15 maret
1998
"Kecelakaan
Maut, Sepasang Calon Pengantin Meninggal Di Tempat"
Semalam
terjadi kecelakaan di belokan tajam menuju Jalan Jagakarsa ketika motor yang di
kendarai oleh Johan dan Ayu di tabrak oleh Metromini jurusan Pasar Minggu-Blok
M. Kecelakaan terjadi pada pukul 11.10 WIB dengan pengendara motor tewas di
tempat sedangkan sopir dan kenek Bus metromini masih buron dan dalam pengejaran
pihak Kepolisian. Menurut saksi mata, Bus metromini yang sedang melaju kencang
dari arah Blok M ketika akan berbelok tidak mengurangi kecepatan. Sehingga
menabrak sepeda motor yang berjalan dari arah yang berlawanan, tidak ayal
kecelakaan pun terjadi....
....Kecelakaan
ini membawa duka yang dalam bagi kedua keluarga Johan dan Ayu. Menurut
pengakuan keluarga, mereka berdua akan melangsungkan akad nikah di akhir bulan
Maret ini. Namun takdir berkata lain, dimalam yang naas tersebut, Johan sedang
mengantar Ayu untuk pulang kerumahnya di Jl. Radio dalam. Dimana keduanya baru
saja pulang dari kediaman Johan untuk membicarakan mengenai masalah persiapan
acara...
Pada
tanggal dan hari yang sama...
Duduk
santai di bangku tempat istirahat pengunjung yang berada di depan sebuah toko
buku. Sambil melepaskan penat di badan dan kaki yang dari tadi pegal berjalan.
Sekalian menikmati megahnya interior dalam mall ini serta pengunjung-pengunjung
yang menurut aan ajaib. Ajaib karena yang maha kuasa bisa menciptakan makhluk
yang bernama manusia dalam berjenis-jenis bentuk, sifat dan karakter yang
berbeda-beda. Satu hal yang membuat aan mau berlama-lama di tempat tersebut
adalah menikmati keindahan dari suatu bentuk ciptaan Tuhan yang tidak
habis-habisnya patut disyukuri adalah yang namanya perempuan.
Hal
tersebut bisa membuat mata menjadi terang dan pikiran pun menjadi jernih
menurut aan. Siang ini walau terlihat lenggang namun kebanyakan para pengunjung
Mall yang menuju ke toko buku ini berasal dari kaum hawa. Rata-rata mereka
berstatus kuliah dengan dandanan yang menarik, baik dari wajah maupun
penampilan dalam berpakaian. Tidak sulit untuk menebak, karena rata-rata
penduduk di kota selatan Jakarta ini adalah anak kampus.
Toko buku
tersebut merupakan Retail Waralaba Nasional yang terkenal, tempatnya yang
berada dalam sebuah mall terkenal di sebuah kota selatan Jakarta, menambah
prestise tersendiri bagi pengunjungnya. Pengunjungnya kebetulan berasal dari
perumahan real estate yang tersebar di sekitar Mall ini. Belum lagi pengunjung
yang berasal dari kalangan anak-anak kuliah. Terhitung di sekitar Mall ini ada
7 kampus terkenal yang tersebar di beberapa tempat atau bagian kota ini. Jadi
tidak heran kelau Mall ini terkenal sebagai tempat nongkrongnya anak-anak
kuliahan.
Kebetulan
juga pada hari ini toko buku tersebut menggelar acara bazzar, terlihat dengan
wagon-wagon yang berjajar di depan toko beserta POP besar yang menginfokan
jenis promo di setiap wagonnya. Tidak jauh dari tempat duduk aan, berjejer rapi
etalase yang menjajakan beberapa barang dagangan seperti boneka, tas dan dompet
kulit. Ada juga etalase yang menjual product kerajinan tangan seperti tas
rajut, sendal kulit, dan lain-lain, disamping itu beberapa etalase juga menjual
berbagai mainan anak-anak. Etalase berjajar rapi yang berukuran sedang ini
berada di tengah-tengah jalan utama yang menuju toko buku. Sedangkan disamping
kanan dan kirinya etalase, berjejer counter-counter modern seperti counter salon,
counter elektronik, counter peralatan rumah tangga, counter mainan anak-anak,
counter accessories hp dan komputer serta cafe.
Suasana
siang ini memang wajar terlihat tampak lenggang pengunjung, karena memang
terhitung jam kerja atau jam kuliah. Hal tersebut tentu saja sangat berbeda
dengan hari-hari akhir minggu, karena frekuensi kunjungan ke Mall ini bisa
membludak. Walaupun begitu terhitung masih banyak para pengunjung yang lalu
lalang di dalam mall ini. Termasuk pengunjung di toko buku ini pun juga relatif
ramai. Selain para anak kuliahan banyak juga pengunjung yang berasal dari para
perkerja lepas serta ibu rumah tangga yang membawa anak-anaknya. Cukup di
maklumi, karena Indonesia dikenal sebagai penduduk terbesar dan penduduk paling
konsumtif di dunia. Apalagi jika ada gelaran acara bazaar atau discount untuk
product terkenal, pasti ramai. Di berbagai kota, apapun productnya, tentu acara
discount atau bazzaar tetap ramai.
Bosan
mengamati para pengunjung mall ini dan bosan dengan perkataan menunggu. Aan pun meraih Hpnya yang
ada di saku celana jeansnya. Aan memainkan tuts tuts hapenya untuk mengetikkan
pesan singkatnya.
“guys di
depan toko buku nih...buruan...
Setelah
menekan tombol oke dan memilih no yang di tuju, pesan pun dikirim. Tidak lama
kemudian aan menerima pesan bahwa pesan tersebut telah di terima. Sambil menunggu
balasan dari temannya, Aan pun dengan bosan tetap mengedarkan pandangannya
kesemua penjuru mall dan sambil memperhatikan para pengunjung kaum wanita yang
hilir mudik di hadapannya.
Sebenarnya
aan sudah mempunyai tautan hati yaitu perempuan kampus berjilbab yang berkuliah
bahasa asing di Cikini.
"Tapi
tidak ada salahnya kan kalau hanya memperhatikan. Toh tidak menghianati cintaku
pada dirinya. Wajarlah laki-laki normal, masa melihat wanita cantik tidak
tergoda. Tapi, kalau cewek cantik seperti mereka mereka ini biaya perawatannya
mahal juga nih. Mana mau juga mereka kalau jalan kaki. Harus pakai pelet Jepang
kalau begini,"
Dari tadi
pikiran-pikiran tersebut yang berputar-putar di benak aan. Bertanya-tanya
terkadang menjawab sendiri. Bahkan pikiran-pikiran negatif sempat terlintas
jika melihat wanita yang berpakaian lebih seksi.
"Kalau
gak sengaja melihat, berarti rejeki. Kalau lama-lama di lihat malah jadi
dosa" berpikir sok alim namun tetap saja matanya tidak bisa dialihkan.
Tidak
terasa waktu berjalan. Sudah setengah jam aan menunggu teman-temannya.
Sebenarnya ada keinginan untuk masuk atau pun melihat buku buku bazaar ataupun
buku yang baru terbit. Tapi hal tersebut di urungkan aan, bukan karena tidak
suka buku. Namun ia tidak pernah bisa menahan diri jika ada buku yang ia suka.
Padahal sekarang ia sedang mengirit uang makannya yang menurut perhitungannya,
jika di belanjakan maka tidak akan sampai ke akhir bulan.
"Malu
untuk minta lagi ke orang tua, kasian ke mereka" pikir aan.
"Wooooiiiii,
bengong aja..."Teriak suara cempreng membuyarkan lamunan aan, disambung
dengan suara mengikik.
Dion yang
tadi berteriak disamping aan langsung duduk menghempaskan badannya di bahu
kursi.
"Seksi
juga ya an," seru dion bergabung dengan menatap buruan aan,"
tapi
sayang an, gak mau ama gue," seru dion menampakkan muka serius. Sedangkan
aan hanya diam menatap wajah dion...entah apa pikirannya saat itu, terpana
kagumkah, muakkah, atau terpesona...
Andri yang
tadi datang bersama dion langsung menyela,"mana ada yang mau sama eloe
dion, kurus kering cungkring, jelek lagi kaya hantu kayu," nyaring
nyelekit menghujam langsung ke sasaran.
Tapi
memang dasar gaya anak anak kost timbul, kebiasaan kasar, tidak di saring, apa
adanya. Namun dianggap hal yang biasa, "no hurt feelling" semuanya
atas dasar pertemanan. Dion hanya tertawa mengikik seperti kebiasaannya.
Andri
memang bukan penghuni satu kost dengan aan dan dion. Ia merupakan penghuni kost
yang berada tidak jauh di belakang rumah kost aan. Mereka menyebut anak anak
kost dijalan tersebut sebagai komunitas anak anak kost timbul, dimanapun tempat
kostnya, asal masih berada di jalan timbul, karena satu kesatuan, senasib dan
sepenanggungan. Mereka sering mempunyai sifat nomaden namun tetap menghormati
privasi untuk penghuni asli. Maksudnya nomaden karena Anak-anak kost lain
sering menyambangi atau menginap di kost teman yang lain, begitu juga
sebaliknya.
Terkadang
anak-anak sekitar kota Jakarta sengaja untuk bermalam di rumah kost temannya,
selain lebih akrab juga menambah keramaian di lingkungan kampus. Rumah kost aan
pun sering menjadi sasaran anak-anak kampus menginap, namun semenjak menyebar
cerita tentang peristiwa "si baju merah" kost mereka aman dari anak
anak yang mau menginap. Hanya saja untuk meramaikan tetap saja kost mereka di
pakai base gaplek serta judi gaplek cepek-an (Rp.100-an) sampai Rp.500-an. Mengingat
rumah kost mereka sangat strategis mudah di jangkau dan berada di pinggir
jalan, untuk keadaan kamar-kamarnya sangat tertutup dan penuh privasi. Memesan
makan atau minum pun cepat, tinggal pakai telepon teriak, Bang semi pun
meluncur ke arah kost.
"Gimana
dri, fix? Dapat bahan-bahannya? Tanya aan mengalihkan.
"Dapat
an, fix tadi ketemu costumer. Dia mau pesan 3 lusin dulu utk counternya."
Jawab andri
"Oke
dri, pakai kost-an kita saja. Pay sama rubby di berdayakan lah, dari pada
bengong. Kalau di JK (nama kost andri dan nama organisasi mahasiswa kampus yang
artinya "just kiding" aan dan dion masuk menjadi anggota tetapnya)
sekarang banyak penghuni keluarga, gak enak sama mereka," ujar aan
membujuk.
Kebetulan
bentuk kost jk adalah seperti kamar bedeng berjajar. Di mana tiap kamar
langsung ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi. Sangat berbeda
dengan keadaan kost aan dan dion tempati yaitu berbentuk rumah dan lebih
privasi.
Andri
mempunyai konsep untuk menambah uang saku bagi anak-anak kost. Yaitu berjualan
souvenir lilin yang terbuat dari lilin halus warna warni dan malam yang diukir
pada gelas kecil. Pada gelas tersebut malam di bentuk menjadi tulisan ataupun
tambahan-tambahan merchandise seperti kerang atau lainnya untuk memperindah.
Ditutup dengan lilin pasir atau lilin yang di parut yang berwarna warni lalu di
panaskan. Tidak lupa meletakkan sumbu lilin sebelum di panaskan. Lilin atasnya
mencair dan menutup merekatkan pasir lilin warna warni yang berada di tengah
dan sangat indah. Sedangkan tulisan atau pun merchandise yang melengkapi
didalam gelas terpatri dengan aman. Merchandise ini memang berfungsi sebagai
souvenir lilin ulang tahun perkawinan, ataupun untuk hiasan di ruang tamu.
Andri sudah sangat menguasai tekniknya dan sudah share dengan anak anak kost.
Kebetulan untuk ide tersebut mendapat support penuh dari teman-teman satu kost
aan.
Hari ini
dion dan andri menemui costumer yang akan order barang tersebut. Kebetulan
costumer ini masih teman dekatnya andri dan ini order pertama mereka. Pada
awalnya, usaha ini mereka jalankan dengan dana patungan. Untuk promosi, mereka
jalankan dari kampus baik dari papan pengumuman, "mouth to mouth",
serta selebaran di kampung sekitar kost mereka. Untuk rumah kost di pasang
lembar reklame yang terbuat dari karton di tempel di dinding, sangat sederhana
sekali.
Sesampainya
di kost, mereka mengadakan rapat kecil. Dihadiri semua penghuni rumah kost dan
sebagian kost jk. Terbentuklah tim aan, dion, pay, rubby, andri dan beni.
Sedangkan robert dan apri tidak bisa mengikuti karena tidak suka hal-hal yang
berbau "ribet." Entahlah kami tidak memaksa. Sore itu pun kami mulai
produksi...
Jam 11.47
WIB, Rubby mendedangkan lagu-lagu iwan fals di depan rumah kost. Produksi di
hentikan karena tinggal finishing pemanasan saja yang di lakukan andri. Robert
dan dion sibuk memasang biduk untuk bermain catur tidak jauh dari pintu masuk
depan ruang tamu atau berkumpul anak kost. Koran yang berada di bawah catur
sengaja di jauhkan dan di jadikan alas untuk asbak rokok. Fungsinya agar abunya
tidak mengotori lantai. Aan menghisap rokok kreteknya dengan di temani kopi
susu buatan bang semi si tukang warung. Pay sedang termenung memperhatikan
rubby yang sedang memetik gitar, sedangkan Benny bersenandung menyuarakan suara
yang menurutnya merdu tapi menurut anak anak...sangat jauh dari merdu. Tapi
lumayanlah untuk malam ini daripada gak ada yang nyanyi....
Malam ini
langit menggantung mendung tanpa bintang. Hujan turun rintik-rintik bersama
sang angin malam, bertiup dingin melenggak-lenggokkan daun-daun pohon waru yang
tumbuh di seberang depan kost mereka. Lalu lintas di depan kost pun sunyi
senyap. Hanya satu dua mobil angkot 105 yang lewat namun terkadang berputar
balik di depan kost untuk kembali ke terminal karena sepi penumpang. Tiba-tiba
entah dari mana asalnya, di depan kost berhenti sebuah motor bebek yang pada
awalnya tidak ada seorang pun menyadari. Biasanya suara motor baik dari arah
kanan maupun kiri jalan pasti terdengar mendekat. Kecuali motornya di dorong,
nah itu pasti tidak akan terdengar.
"Permisi,
selamat malam," seru suara perempuan yang turun dari belakang motor
tersebut. Motor tersebut di tunggangi oleh dua orang, seorang laki-laki yang
mengendarai dan di belakangnya sang perempuan yang turun menyapa kami.
"Maaf,
saya mau pesan souvenirnya 8 lusin untuk acara pernikahan kami, bisa?"
Tanyanya sambil memberikan sebuah kertas detail nama, tgl pernikahan, ucapan
pernikahan, serta tambahan alamat rumah untuk barang diantar.
"Oooh,
bisa-bisa mba', sebentar...silahkan duduk dulu, saya panggil andri teman saya,
kebetulan ia koordinatornya" seru benny menyilahkan sang tamu untuk duduk
di bangku panjang yang berbuat dari kayu. Rubby dan aan pun menyingkir ke teras
depan dan berjongkok di sana bersama pay sambil memperhatikan sang tamu
Sang
perempuan pun hanya mengangguk dan tersenyum. Ada yang nampak aneh dari kedua
orang tersebut. Sang lelaki terus duduk di motor dalam posisi menunduk tanpa
bergerak, memakai kemeja putih dan bercelana jeans biru gelap. Motor di parkir
di tempat yang lebih gelap di naungi oleh pohon waru agak ke depan pagar depan
kost. Sang perempuan pun tidak duduk seperti yang benny persilahkan namun lebih
banyak berdiri menjauh ke tempat yang gelap dengan posisi membelakangi kami
menghadap ke jalan raya. Tidak ada kata-kata yang ia keluarkan, hanya menunduk
dan diam mematung. Pakaian yang di kenakannya menggunakan atasan kebaya putih
dan memakai bawahan celana katun gelap.
Keadaan
pada saat itu di teras depan memang lampu di padamkan. Sengaja di padamkan
ketika anak-anak kost nongkrong di depan kost. Hal ini menjaga supaya tidak
menjadi pusat perhatian orang-orang yang lalu lalang ataupun dari orang
kampung. Namun siluet pucatnya wajah dan kulit perempuan tersebut masih
terlihat jelas walaupun posisinya ia berdiri di tempat yang lebih gelap.
"Baru
kali ini aku melihat orang yang aneh," bisik aan ke rubby, rubby pun
mengangguk mengiyakan.
Tidak lama
kemudian andri pun muncul
"Bisa
bu, kalau boleh tau kapan kami antar ya bu?" Tanya andri langsung pada
tujuannya.
"10
hari ya mas, antar aja ke alamat yang di tuju, ini uangnya saya kasih panjar
Rp.300.000, sudah ya mas, di tunggu" seru sang perempuan menjawab masih
dengan posisi membelakangi lalu berbalik menyamping memberikan uang kepada
andri lalu melangkah pergi.
"Oh
iya bu, terima kasih," seru andri terburu-buru melangkah mengambil uang
lalu menatap sang perempuan pergi dari hadapannya menuju motor.
"Ben,
mana kertasnya tadi," seru andri mengalihkan perhatian mereka sejenak ke
beni. Beni pun memberikan kertas yang di berikan perempuan tadi.
Tidak
sampai beberapa menit, perhatian mereka teralihkan, kehadiran kedua orang
misterius itu pun lenyap. Tidak ada tanda-tanda suara motor ataupun
perbincangan antara laki-laki dan perempuan tersebut. Kedua orang tersebut
hilang misterius.
Sebenarnya
aan dan rubby menyadari keanehan itu semua. Namun aan beserta yang lain begitu
sangat gembira menerima order dari sang tamu misterius. Sedangkan Rubby masih
tertegun dingin berusaha untuk menerima semua hal tersebut dengan nalarnya
seraya menatap tempat hilangnya pasangan tadi beserta motornya.
Rasa
penasaran membuat rubby melangkah menuju ke arah luar pagar tempat tersebut.
Namun yang ia lihat hanya jalan yang gelap, suram dan sepi dengan penerang
lampu jalan yang redup karena terhalang daun pohon waru. Hanya Warung makan
semi yang terlihat terang dengan beberapa anak kost yang mengobrol di dalamnya.
Rubby merasakan rintik-rintik hujan dan angin dingin yang menyapa tubuhnya.
Seperti sebuah hembusan napas dingin menyapa tengkuknya, membuat ia segera
mengambil keputusan untuk secepatnya berlari masuk dan bergabung dengan
teman-temannya.
"Dri,
mana kertas ordernya gue lihat," seru Robert. Kebetulan Robert dan Dion
tidak menyadari bahwa baru saja ada tamu datang untuk order souvenir. Hanya
teriakan gembira saja yang mereka ketahui dari teman-temannya.
"Johan
dan Ayu, Menikah Tanggal 1 April 1998, Terima Kasih Atas Kehadirannya"
seru robert membaca dengan suara yang agak keras, lalu membaca dalam hati
alamat untuk mengantarkan barang.
"Dekat
kok dri, ini "Akamsi (anak kampung sini maksudnya)" nih." Ujar
Robert.
"Wah,
kena dong promosi gue, aa ganteng yang promosi pasti dapetlah costumer, yang
datang cantik khan an?" seru Dion seperti biasanya membual membanggakan
dirinya sambil tertawa mengikik
"Iya
dion, cantik...cantik," seru aan memuluskan pertanyaan dion untuk
menyenangkannya sambil menyeruput kopi susunya
"Ganteng...wasaiteng...muka
loe kaya septiteng dionnnn," seru Robert nyaring seperti
biasanya...skak...mampus loh..." Lanjut robert mengagetkan, mengejutkan
dion.
Tampak
dion berpikir sangat dalam sambil menatap lekat biduk-biduk catur yang ada di
hadapannya. Pada akhirnya ia menyentil rajanya jatuh dan mengakui kekalahannya.
Robert tertawa-tawa ringkih melihat kelakuan dion. Dion selalu menganggap
setiap permainan menang atau kalah adalah sebuah perang yang harus wajib di
menangkan. Oleh karena itu, ia selalu kecewa jika ia kalah dalam suatu
permainan ataupun pertandingan. Setiap kekalahan membuat kelakuannya berubah
180 derajat menjadi orang pendiam, serius dan terlihat seperti orang yang
sedang berpikir keras. Sebuah kelakuan yang tidak seperti biasanya ia tampilkan,
dimana ia yang selalu ceria, bermulut besar dan tidak tau malu serta terkesan
angkuh.
"Pesen
susu akh..." Seru dion seraya bangkit dari tempat duduknya, keluar menuju
warung makan semi dengan muka yang kusut.
Malam ini,
angin semilir malam tetap menerbangkan bulir-bulir hujan rintik-rintik yang
menari di luar kost-an. Sementara anak-anak kost sebagian sudah ada yang
tenggelam dalam mimpi indahnya termasuk aan, dion, apri dan robert. Sementara
beny, rubi dan pay dan andri masih memperbincangkan rencana mereka untuk
menyelesaikan order pesanan pasangan misterius tersebut dengan semangat.
"Ndri,
aku gak yakin dengan order ini. Kalian gak merasa aneh dengan gerak-gerik tamu
tadi. Gue aneh guys," seru rubby memasang tampang yang serius sambil
meringkuk di ujung kamar dengan sarung tidur dirapatkan ke badan.
"Alaaah,
parno (paranoid maksudnya) loe akh..., " seru pay sambil tertawa dan
menepuk badan rubby. Pay melihat keadaan rubby yang meringkuk seperti ketakutan
seperti baru melihat hantu, membuat dirinya tidak bisa menahan tawa. Ini
kejadian kedua kalinya setelah kejadian penampakan si baju merah. Namun itu
sudah lama sekali dan sampai saat ini penampakan itu pun tidak pernah terjadi
lagi.
"Rubby,
rasional ajalah...maksud mu yang tadi order bercanda? Kalau bercanda masak mau
kasih panjer Rp.300.000 men? Ujar andri dengan nada kebapak-an, seperti
karakternya selama ini. Penuh dengan ide-ide cemerlang, cerdas, pintar bicara.
Karena karakternya tersebut, ia terpilih menjabat sebagai ketua senat di kampus
mereka. Jadi wajar jika jiwa kepemimpinannya melekat dan terpancar dari tutur
bicaranya
"Bukan,
bukan dri, dari datang dan pergi yang tiba-tiba muncul dan lenyap."
"Di
tambah kelakuan kedua orang tersebut yang banyak diam, membelakangi lalu
menyamping seperti menutupi wajahnya, Jujur sampai sekarang aku tidak bisa
ingat wajahnya seperti apa dri,"
"Aan
tadi bilang ke gue juga aneh, satu hal lagi perempuan tersebut tampak putih
seputih mayat", jelas rubby, dengan gerakan-gerakan tangan seperti
politikus di rapat-rapat gedung dewan.
Ada
sebersit muka cemas terlihat dari rubby menjelaskan. Rasa takut yang barusaha
ia sembunyikan tapi tidak berhasil dan dapat tertangkap oleh teman-temannya.
Bukannya menenangkan namun teman-temannya malah mengolok-olok Rubby
"Jadi
yang pesan hantu dong...., aneh-aneh juga kau rubby," seru benny tertawa
mengakak..."Souvenir lilin calon pengantin kubur," sambung benny
setengah berteriak, sambil tertawa lalu merebahkan diri di kasur.
Semuanya
membubarkan diri untuk tidur. Pay kembali ke kamarnya, sedangkan andri dan
benny memilih untuk menemani rubby tidur di dalam kamarnya atas permintaan
rubby.
Malam
tersebut mereka tidur dengan lelapnya. Hanya rubby yang gelisah untuk
memejamkan matanya dan memilih untuk tetap terjaga. Di ambil gitarnya lalu
mulai untuk bernyanyi.
Namun baru
saja hendak memetik gitar, terdengar ketukan halus di pintu depan rumah kost.
Ketukan tersebut terus terdengar berulang-ulang, rubby berusaha menebak,
"kalau
anak kost lain pasti sudah teriak-teriak dan juga mengetuk-ketuk kaca
memanggil," gumam rubby berkata kepada dirinya sendiri."Tapi ketukan
ini....," ujar dirinya sendiri.
Ketukan
tersebut masih terus terdengar. Ada kesadaran dalam diri rubby yang muncul.
Sebuah pikiran positif karena berada dalam lingkungan perantauan yang
menyandang predikat anak kost. Sebuah perasaan senasib dengan anak-anak rantau
lainnya,
"mungkin
anak-anak kampus yang kemalaman atau mungkin ada yang butuh sesuatu, kasihan
juga," akhirnya rubby pun memberanikan dirinya untuk berniat membuka pintu.
"Siapa,"
seru rubby sambil berjalan menuju pintu rumah kost, namun tidak ada yang
menyahut.
Ketukan
tersebut berhenti bersamaan dengan rubby berhenti tepat di belakang pintu.
Perasaan rubby saat itu tidak menentu, ada perasaan takut yang menyelinap di
dadanya bersamaan dengan pikiran aneh yang timbul.
"kok
tidak seperti biasanya," pikir rubby. Ia pun mengambil keputusan tidak
mengambil resiko yang terlalu jauh, " akh, anak anak iseng, bodo amat
lah," pikir rubby sambil berlalu dan akan melangkah pergi menuju kamarnya.
Namun baru
dua langkah, ketukan tersebut terdengar lagi. Rubby pun tertegun, ada perasaan
marah yang muncul,
"sialan,"
serunya, siapa?" Setengah berteriak, dia pun melangkah menuju ke belakang
pintu kembali.
Perasaan
kesal bercampur takut membuat ia bertindak lebih represif, diambilnya sapu ijuk
yang bersandar di ujung ruangan. Perlahan ia memutar gagang pintu,"
klik," tanda kunci pintu terbuka. Tinggal saatnya untuk membuka pintu.
Dengan dorongan kebelakang membuka pintu yang tiba-tiba dan mundur kebelakang
untuk antisipasi jika memang orang yang berniat jahat membacokkan benda tajam.
Rubby pun membuka pintu, apa yang terjadi?
Hanya
gelapnya malam yang terpampang di depan rubby. Area teras depan kosong tidak
ada siapa pun. Pintu pagarpun masih di gerendel dan tidak ada tanda-tanda
terbuka ataupun ada orang masuk. Angin malam semilir masuk melewati pintu yang
terbuka. Menyapu rambut dan muka rubby yang terpaku diam pucat pasi tanpa darah
terpampang jelas di raut wajahnya. Di kurung oleh angin malam yang dingin
mencekat di tambah keanehan yang terjadi di hadapannya membuat bulu kuduk nya
pun berdiri.
Tanpa
pikir panjang rubby membanting pintu, mengunci lalu berlari menuju kamarnya.
Tindakan kedua adalah mengunci rapat kamarnya, lalu menyelinap tidur di antara
andri dan benny. Sarung tidurnya pun di tutupkan ke wajahnya lalu meringkuk
dengan gemetar. Namun kejadian tersebut tidak berhenti sampai di situ, kejadian
aneh malam tersebut terus berlanjut...
Tak
beberapa lama berselang, terdengar tersaruk-saruk langkah kaki yang berjalan di
ubin lantai. Langkah-langkah tersebut hanya terdengar di ruang tamu. Terdengar
beberapa catur di geser, buku-buku dan majalah serta koran di buka, tutup gelas
bekas susu dan kopi di letakkan berdenting diatas gelas.
Rubby dari
balik sarungnya bertambah gemetar namun masih mencoba untuk berpikir positif.
Ia mencoba mengingat-ingat apakah ada kucing masuk atau tikus. Namun selama ini
rumah kost ini bersih dari hama tikus maupun binatang lainnya seperti kucing.
Tidak ada satu orang pun penghuni kost di sini yang menyukai binatang yang
bernama kucing.
"Apakah
anak-anak penghuni lainnya bangun karena teriakan ku tadi ya?" Tanya
rubby,
"tapi
tidak mungkin, semua anak-anak kalau membuka pintu kamar pasti terdengar jelas
gerendel pembukanya. langkah-langkah kaki mereka juga, rubby sudah sangat
hapal. Tidak ada yang tersaruk-saruk melangkah.
"Mungkinkah
pak de?" Pertanyaan lainnya pun muncul," semenjak kapan pak de datang
tengah malam, kalaupun pak de ketika membuka kamar pasti sudah terdengar dari
tadi.
Pak De
adalah pemilik rumah kost ini. Dia merupakan pengusaha kost kostan. Usahanya tersebar
diberbagai daerah di Jakarta. Kebetulan kamar pak de berada di samping kamarnya
Rubby, sehingga ia yakin bukan Pak De yang datang. Terus pertanyaan-pertanyaan
lain muncul berputar-putar di kepala rubby dan semuanya terjawab oleh dirinya
sendiri dengan sukses. Akhirnya ia pun gagal menyimpulkan,
"siapakah
yang berada di ruang tamu saat ini?". Akhirnya Rubby berkesimpulan, hal
ini pasti ada kaitannya dengan tamu misterius tadi. Rubby pun bertambah ciut
nyalinya, tenggelam dalam lipatan sarung tidurnya.
Entah
berapa lama kejadian ini berlangsung, yang pasti rubby tanpa bergerak, tanpa
membuka sarung yang menutup sekujur badan dan kepalanya serta membenamkan
rapat-rapat wajahnya ke bantal. Hanya telinga yang ia buka jelas-jelas,
mulutnya tiada henti merapal ayat-ayat alquran yang ia ingat. Dalam hatinya
berdoa semoga malam ini cepat berakhir dan berharap langkah-langkah tersebut
tidak menghampiri pintu kamarnya.
Pada
akhirnya, sayup sayup terdengar beberapa mesjid mengumandangkan ayat-ayat
alquran, tanda sebentar lagi Salat Subuh masuk. Suara yang di dengar rubby di
ruang tamu pun hilang tertutup oleh suara-suara yang di kumandangkan mesjid.
Beberapa mobil pun lewat di depan kost-an tanda mulainya hari dan petualangan
baru. Rubby pun bisa bernapas dengan lega. Urat syarafnya yang selama beberapa
jam menegang pun kendur dengan sendirinya, terbebas dari ketakutan dan
pertanyaan-pertanyaan yang terus menggantungi pikirannya.
Lelah atas
kejadian yang menimpanya, rubby pun ikut terlelap, melepaskan semua hal
tersebut termasuk rasa penasarannya dan mencoba untuk menjawabnya esok hari.
Tidak ada
yang bisa rubby katakan dan jelaskan untuk hari hari selanjutnya setelah
kejadian tersebut. Semuanya di simpan dalam hatinya, cukup untuk konsumsi
dirinya sendiri. Ia merasa teman-temannya bakal mentertawakan dirinya sendiri.
Ia pun sadar sepenuhnya atas hal tersebut, walaupun yakin juga bahwa
teman-temannya masih percaya hal-hal yang gaib karena sudah mengalami
sebelumnya (kisah perempuan bergaun merah).
Namun hal
ini berbeda, ada realita yang ada bahwa mereka menerima order besar. Terlepas
siapa yang order, yang pasti kewajiban mereka adalah berusaha menepati sesuai
jadwal yang di berikan. Rubby masih bersikap sewajarnya dan berusaha menutupi
cerita kejadian tersebut. Namun ia tidak bisa berbohong dengan aan. Aan selalu
mengetahui ada yang berbeda dari tingkah teman-temannya dan selalu bisa memaksa
mereka untuk berbicara.
Termasuk
rubby, akhirnya ia menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Ia juga
mengasumsikan kejadian tersebut ada kaitannya dengan order souvenir lilin
tersebut. Namun itu baru asumsi yang juga menimbulkan rasa penasaran di antara
kedua orang tersebut. Untuk sementara mereka berkesimpulan kejadian ini mereka
simpan dahulu, karena memang belum saatnya untuk di ceritakan kepada
teman-teman yang lain. Lagian masalah ini tidak memerlukan solusi apapun yang
harus diambil. Mereka berdua sepakat untuk terus menjalani ini sampai dengan
selesai. Melihat apa yang akan terjadi dan siapakah pasangan tersebut.
Pesanan
pun selesai sebelum waktunya tiba. Mereka juga kini sudah mengalihkan proses
produksi untuk pesanan lainnya. Bertugas sebagai kurir untuk mengantarkan
pesanan, sengaja rubby dan aan yang bersedia. Hal ini sudah di rencanakan
sebelumnya oleh mereka berdua. Namun pada hari H, pay memaksa untuk ikut dan
tidak ada pilihan selain mengijinkan.
Rumah yang
mereka tuju tidak beberapa jauh jaraknya dari kost. Daerahnya masih bisa di
jangkau dengan jalan kaki dan masuk daerah perkampungan. Tidak sulit mencari
rumah yang di maksud karena semua orang yang mereka tanyai bisa langsung
menunjuk tepat. Namun setiap mereka menyebutkan nama Johan, orang kampung yang
di tanyai selalu tampak mengernyitkan muka dan menatap heran kepada kami. Sudah
3 orang yang kami tanyai selalu bersikap yang sama. Hal tersebut menambah
kecurigaan mereka terhadap si pemilik bernama Johan.
Sampai
dirumah yang di tuju, mereka melihat bahwa rumah tersebut sedang menerima
banyak tamu. Hal tersebut tampak dari banyaknya sendal, sepatu baik dewasa
maupun anak-anak yang berserakan di teras rumah. Tampak rumah Johan lebih mewah
dibandingkan dengan rumah kampung lainnya. Terbuat dari semen beton dengan
teras rumah yang luas dan di naungi oleh atap beton. Dindingnya pun di lapisi
keramik berwarna biru. Melihat ukuran rumahnya pun cukup besar untuk ukuran
orang kampung. Di samping itu juga rumah ini mempunyai halaman yang luas dengan
kolam ikan dan taman-taman kecil di sekelilingnya yang tumbuhi oleh
tanaman-tanaman bonsai.
Sesuatu
yang wajar jika rumah ini di penuhi tamu, mungkin kerabat sanak saudara yang
datang untuk membahas mengenai masalah pernikahan. Setelah mengucapkan salam,
mereka disambut oleh seorang ibu separuh baya, berambut pendek dengan uban
putih yang menghiasi sebagian rambutnya. Melihat mimik mukanya, ibu ini
menampilkan muka tengah bersedih karena terlihat dari kantung matanya yang
membengkak. Mereka pun tanpa mengulur waktu langsung mengutarakan niat datang
ke tempat ini. Namun bukannya di persilahkan masuk ke rumah atau di panggilkan
orang yang bernama Johan, tetapi mereka di sambut dengan jatuhnya ibu tersebut
ke lantai, pingsan...
Tidak
membutuhkan waktu lama, pada akhirnya mereka pun mengetahui hal ikhwal
sebenarnya. Mereka di interogasi oleh pihak keluarga dan menjelaskan bahwa
ciri-ciri pakaian yang di kenakan calon pengantin tersebut sama persis seperti
terakhir ketika mereka tewas dalam kecelakaan. Penjelasan tersebut membuat
mereka semua shock, termasuk keluarga juga yang mendengarkan penjelasan dari
mereka.
Johan
telah meninggal dunia bersama dengan Ayu satu hari sebelum mereka berkunjung
datang ke kost. Jadi yang datang ke kost adalah arwahnya Johan dan Ayu. Menurut
cerita keluarga juga, dimana malam ketika kecelakaan terjadi. Sebelumnya
pasangan tersebut sudah merencanakan untuk membuat souvenir lilin pernikahan
produksi anak-anak kost. Namun keinginan tersebut tidak kesampaian semasa
mereka hidup, namun kesampaian setelah mereka meninggal dengan arwahnya yang
mendatangi mereka.
Setelah
puas dengan penjelasan keluarga dan tidak mau berlama-lama di tempat tersebut
mereka pun mohon diri, dengan tetap membawa pesanan johan dan ayu kembali ke
kost. Sepanjang perjalanan, bulu kuduk mereka terus meremang padahal hari masih
siang. Mereka saling berpandangan dengan muka yang serius dan setengah
ketakutan sambil berjalan pulang. Teka-teki terjawabkan, rubby pun menghela
napas panjang. Ternyata benar selama ini kejadian malam tersebut ada kaitannya.
Sesampainya
di Kost, teman-temannya pun gempar, sebagian masih tidak percaya dengan apa
yang aan, rubby serta pay jelaskan. Namun pada akhirnya semua percaya, setelah
mereka melihat apa yang selama ini mereka lewatkan. Koran tertanggal 15 Maret
1998, teronggok diatas papan catur yang selama ini tidak mereka perhatikan.
Entah siapa yang membeli atau membawa koran ini.
Tiba-tiba
mereka semua menyadari bahwa koran tersebut sudah ada semenjak pasangan
misterius tersebut datang. Koran yang sebelumnya menjadi alas papan catur yang
dimainkan dion dan robert di malam tersebut, serta beralih fungsi menjadi alas
asbak. Padahal berita kejadian kecelakaan tersebut tepat berada didepan mereka.
Mereka pun cemas, setengah ketakutan, namun masih bisa bernapas lega karena
untungnya pada malam tersebut mereka tidak menyadari yang datang adalah arwah
penasaran. Kalaupun tau, mereka sudah pasti minggat dari tempat kost ini
ataupun menutup pintu kost rapat-rapat. Ini kejadian kedua kalinya yang terjadi
di rumah kost ini. Namun belum sampai titik klimaksnya sampai malam menjelang
tiba...tanpa di sadari mereka semua...
Tepat jam
11 malam, semuanya lengkap sedang berkumpul di ruang tamu. Hanya andri yang
tidak di tempat karena kembali ke kost JK untuk mengambil beberapa peralatan.
Seperti biasanya acara gaplek sedang berlangsung. Di luar seperti hari
sebelumnya, tanah masih basah akibat hujan yang berlangsung dari sore. Namun
malam ini masih menyisakan hujan yang rintik-rintik dengan angin malam yang
dingin menusuk. Bulan maret seharusnya sudah menjelang masa transisi ke musim
panas, namun hujan masih terus turun tiap hari mendera kota tempat mereka
berada.
Tidah
heran jika dari sore lalu lintas sudah mulai sepi di sebabkan oleh hujan yang
panjang. Semua penduduk lebih memilih tinggal di dalam rumah dengan di temani
secangkir susu ataupun kopi panas serta selembar selimut yang melindungi dari
hawa dingin yang menusuk. Malam pun terus merayap bertambah kelam. Malam yang
terkesan mencekam mengingat topik hangat masih seputar kisah pesanan misterius
pasangan calon pengantin. Di tambah dengan cerita rubby yang menceritakaan
kejadian yang dialaminya, setelah kedatangan kedua pasangan misterius tersebut
di kost ini.
Angin
dingin menusuk masuk ke ruang tamu tempat mereka berkumpul. Robert menggigil
dan mengayunkan tangannya untuk menutupkan pintu masuk hampir sepertiganya,
agar angin tidak terlalu masuk menerpa mereka. Gelas-gelas kopi dan susu
berserakan tidak teratur berada di depan mereka. Asap-asap rokok pun
bergelantungan di langit-langit ruang tamu, menimbulkan kabut tipis transparan
yang di tembus sinar lampu. Setelah mendengarkan cerita Rubby, merekapun
terdiam, terhenyak di tempat duduk masing-masing. Berusaha menerima secara
rasional kejadian yang mereka alami selama ini.
"Ini
tepatnya malam kesepuluh seperti yang kita janjikan untuk menyelesaikan
pesanan," ujar Benny dengan napas tertahan dan berusaha untuk menepis
pikiran yang muncul secara tiba-tiba.
Aan pun
menangkap maksud Benny," jangan berpikir aneh ben, tadi khan kita udah
coba antar ke rumahnya. Masa iya ada arwah yang masih menagih janjinya,"
ujar aan mencoba untuk menghilangkan pikiran negatif benny.
Walaupun
kalau secara jujur, pikiran aan sepaham dengan apa yang dirasakan Benny. Namun
aan tidak mau teman-temannya merasa khawatir dan takut, makanya ia pun berusaha
untuk menepis perasaan tersebut.
"Untuk
acara di alam kubur kali an," seru Dion sambil tertawa mengikik seperti
khasnya,
"lumayan
khan lilin bisa untuk candle light Dinner," sambung Dion berusaha
mencairkan ketegangan dengan guyonannya yang terkesan keterlaluan namun
mengocok perut. Namun sebelum sempat mereka tertawa, tiba-tiba...
"Selamat
malam...., mas kok pesanan saya gak dikirim," sebuah suara mengiang lembut
dibawa angin luar masuk ke dalam.
Suara
perempuan yang persis sama seperti 10 hari yang lalu. Seperti terkena sihir,
mereka semuanya kompak terdiam, tidak ada seorang pun yang bergerak. Mereka
tertegun kaku, antara mau bergerak menuju luar atau menoleh ke arah pintu yang
tertutup sepertiganya atau kah harus diam terpaku.
Diantaranya
hanya memilih diam. Robert dan dion yang berada persis didepan pintu
tergopoh-gopoh merapat menjauhi pintu. Mereka menunggu tindakan selanjutnya dari
sang pemilik suara. Seluruhnya memandang ke arah pintu dan berharap cemas
semoga pintu tersebut tidak terbuka Atau pun terdorong oleh sang pemilik suara.
"Mas,
kok pesanan saya gak dikirim," suara tersebut kembali terulang dengan
pertanyaan yang sama. Namun kali ini suaranya mengiang seperti tertahan dinding
dan mengayun dari dalam ruang tamu semakin jelas dan dekat di mulut pintu.
Semuanya tetap diam, sebagian ada yang menutup mata. Seperti rubby dengan
kebiasaannya menutup kan sarung tidur ke kepalannya, pay dan benny memilih
menyusupkan wajahnya ke bahu aan dan robert. Hanya dion, apri, robert dan aan
terpaku tetap menatap ke arah pintu.
Robert
memberanikan diri menjangkau bungkusan yang berisi souvenir yang berada tidak
jauh dari kami. Tanpa bergerak dari tempat semula, Robert menjangkau bungkusan
tersebut dengan kaki lalu menyorongkannya ke arah sisi pintu yang terbuka.
Mereka menatap bungkusan tersebut dan menunggu tindakan selanjutnya. Rasa
dingin, gemetar dan takut menghinggapi mereka semua.
"Mas,
pesenannya kok gak diantar," kembali suara tersebut terngiang bergema
kembali seperti terbatas pada dinding. Tambah gemetarlah seluruh persendian,
kering sudah kerongkongan, terhenyak di sudut dinding mereka terkumpul jadi
satu.
"seharusnya
bungkusan tadi ditinggal saja di rumah orang tersebut." Pikir aan
menyesali tindakannya yang bodoh. Tapi belum di bayar lunas?" Pikir aan
kembali.
Menit...demi
menit berlalu tanpa sadar. Di teror oleh suara yang tanpa wujud. Yakin bahwa
sang pemilik suara adalah orang yang sama 10 hari yang lalu datang ke kost ini.
Yakin kalau itu adalah arwah ayu dan johan. Tidak ada seorang pun punya
keinginan untuk membuka pintu dan melihat kenyataan siapakah orang dibalik
pintu itu sendiri.
Mereka
semua benar-benar yakin itu adalah suara perempuan yang sama. Walaupun robert
dan Dion tidak pernah mendengar suara perempuan itu sebelumnya, tapi melihat
gelagat ketakutan pada teman-temannya mau tidak mau ikut percaya.
Pintu
tersebut bergerak membuka dengan perlahan. Jantung anak-anak pun bedegub
kencang. Ini kedua kalinya mereka di paksa menatap wujud makhluk gaib. Entah
apa dosa mereka, entah apa maksudnya mereka harus begini. Mereka sangat pasrah,
bibir aan bergerak-gerak ingin berteriak melihat tambah melebarnya pintu
tersebut membuka, tiba-tiba..
"Woiiii,
ngapain kalian pada tumplek...dasar kaum homo...," suara teriakan kasar
mengagetkan mereka, muncul dari balik pintu dengan membawa panci besar di kedua
tangannya
Haaaaaaaaaaa....seru
aan, dion, robert, Apri tercekat berteriak sekuat tenaga, sedangkan Robert
sambil berteriak dan melompat untuk berlari ke kamar.
Blentang...prok..mprak...."
Bunyai Panci yang berisi lilin jatuh ke lantai, sedangkan sang pembawa panci
kembali melompat mundur, sangat kaget mendengarkan teriakan seperti sebuah koor
yang serempak dan sumbang dari paduan suara yang sebelumnya di sumpal mulutnya.
“Bangsat...sialan...kucing
kurap," seru benny kasar sambil melempar Andry dengan koran. Kini giliaran
andri yang menampakkan muka pucat karena di teriakin kembali oleh teman-temannya.
Mereka semuanya tertawa lepas, lega karena terbebas dari terror yang baru saja
terjadi. Hanya Andri yang tidak mengerti apa yang terjadi sebelumnya. Ia hanya
menyesali satu, bahan-bahan yang ia bawa dari JK tercampur jadi satu berwarna
warni lilin pasir putih di hamparan lantai...
Malam itu,
mereka akhirnya sepakat untuk tidur di dua kamar bersamaan. Robert pun untuk
menghilangkan rasa takutnya akhirnya menyetel radio yang berisi lagu-lagu
barat. Tidak ada satu pun yang protes, menurut mereka itu ide yang bagus agar
mereka tidak mendengar hal-hal yang aneh kembali. Begitu juga di kamar aan,
radio pun di stel juga. Malam itu mereka akhirnya sukses untuk tidur dengan
sangat tenang dan mencoba untuk melupakan kejadian sebelumnya.
Sebelum
tidur memang tercetus ide, besok aan dan rubby akan kembali ke rumah Johan
untuk mengantarkan pesanan pasangan arwah tersebut agar lebih tenang. Tentunya
dengan gratis. Ini di sepakati oleh teman-teman yang lain, agar mereka tidak di
teror kembali.
Namun ke
esokan harinya keanehan pun terjadi. Bingkisan lilin untuk pasangan arwah
tersebut hilang. Berganti dengan secarik kertas yang terlipat dan terlihat ada
uang di dalamnya. Pay yang pertama kali menemukan dan tidak berani untuk
menyentuhnya. Kebetulan pay bertugas piket untuk membersihkan rumah kost pada
hari tersebut. Ia membangunkan seluruh penghuni kost, sehingga pagi hari ini
pun mereka sudah heboh berkerumun memperhatikan lipatan kertas tersebut.
Terima
kasih dan mohon maaf telah menggangu.
Souvenir
ini sangat berarti bagi kami,"
Ttd
Johan dan
Ayu
Bersama
surat tersebut, terlipat uang Rp800.000. Jelas kalau itu uang asli dan bukan
daun seperti yang di film ataupun sinetron. Mereka pun saking penasaran terus
memperhatikan tulisan dan uang, bergilir membaca, memegang dan meraba uang
tersebut tanda tak percaya. Hilang sudah pelajaran dasar-dasar logika yang
diajarkan di Kampus. Hilang sudah rasionalisasi ataupun nalar berada di atas
segalanya (hegel). Ini Indonesia bung, bukan negeri barat. Susah di terima oleh
akal sehat, sulit di terima dengan kenyataan yang ada.
Semuanya
berkumpul mencari kebenaran atas kejadian ini. Tidak mungkin rasanya ada arwah
yang butuh lilin souvenir ataupun memiliki uang nyata. Pandangan-pandangan
mungkin ada pihak keluarga, duplikat ataupun kembaran pasangan misterius
tersebut yang datang mengambil. Tapi semuanya terbantah, karena kondisinya
pintu depan dalam keadaan terkunci rapat dan sudah di buktikan. Tidak ada
seorang pun yang masuk tadi malam.
Satu
persatu mereka pun menginterogasi yang berada di dalam rumah kost ini, tapi
pada akhirnya menimbulkan rasa tidak nyaman dan api kecurigaan yang dapat
menimbulkan permusuhan. Tidak ada alasan untuk menuduh sesama teman. Tidak ada
untungnya juga mempermainkan hal seperti ini. Akhirnya mereka pun sepakat
melupakan hal ini dan menganggap bahwa siapapun pelanggan atau costumer, wajib
mereka layani dan penuhi keinginannya. Apapun itu status sosial ataupun status
dalam kehidupannya. Mereka juga makhluk Tuhan bukan? Siapa tahu mereka akan
berkunjung ke tempatmu untuk memesan sesuatu yang mereka butuhkan, persiapkan
mentalmu.