Monday, September 27, 2021

TEROR ARWAH PASANGAN CALON PENGANTIN (FULL STORIES)



15 maret 1998

"Kecelakaan Maut, Sepasang Calon Pengantin Meninggal Di Tempat"

Semalam terjadi kecelakaan di belokan tajam menuju Jalan Jagakarsa ketika motor yang di kendarai oleh Johan dan Ayu di tabrak oleh Metromini jurusan Pasar Minggu-Blok M. Kecelakaan terjadi pada pukul 11.10 WIB dengan pengendara motor tewas di tempat sedangkan sopir dan kenek Bus metromini masih buron dan dalam pengejaran pihak Kepolisian. Menurut saksi mata, Bus metromini yang sedang melaju kencang dari arah Blok M ketika akan berbelok tidak mengurangi kecepatan. Sehingga menabrak sepeda motor yang berjalan dari arah yang berlawanan, tidak ayal kecelakaan pun terjadi....

....Kecelakaan ini membawa duka yang dalam bagi kedua keluarga Johan dan Ayu. Menurut pengakuan keluarga, mereka berdua akan melangsungkan akad nikah di akhir bulan Maret ini. Namun takdir berkata lain, dimalam yang naas tersebut, Johan sedang mengantar Ayu untuk pulang kerumahnya di Jl. Radio dalam. Dimana keduanya baru saja pulang dari kediaman Johan untuk membicarakan mengenai masalah persiapan acara...

Pada tanggal dan hari yang sama...

Duduk santai di bangku tempat istirahat pengunjung yang berada di depan sebuah toko buku. Sambil melepaskan penat di badan dan kaki yang dari tadi pegal berjalan. Sekalian menikmati megahnya interior dalam mall ini serta pengunjung-pengunjung yang menurut aan ajaib. Ajaib karena yang maha kuasa bisa menciptakan makhluk yang bernama manusia dalam berjenis-jenis bentuk, sifat dan karakter yang berbeda-beda. Satu hal yang membuat aan mau berlama-lama di tempat tersebut adalah menikmati keindahan dari suatu bentuk ciptaan Tuhan yang tidak habis-habisnya patut disyukuri adalah yang namanya perempuan.

Hal tersebut bisa membuat mata menjadi terang dan pikiran pun menjadi jernih menurut aan. Siang ini walau terlihat lenggang namun kebanyakan para pengunjung Mall yang menuju ke toko buku ini berasal dari kaum hawa. Rata-rata mereka berstatus kuliah dengan dandanan yang menarik, baik dari wajah maupun penampilan dalam berpakaian. Tidak sulit untuk menebak, karena rata-rata penduduk di kota selatan Jakarta ini adalah anak kampus.

Toko buku tersebut merupakan Retail Waralaba Nasional yang terkenal, tempatnya yang berada dalam sebuah mall terkenal di sebuah kota selatan Jakarta, menambah prestise tersendiri bagi pengunjungnya. Pengunjungnya kebetulan berasal dari perumahan real estate yang tersebar di sekitar Mall ini. Belum lagi pengunjung yang berasal dari kalangan anak-anak kuliah. Terhitung di sekitar Mall ini ada 7 kampus terkenal yang tersebar di beberapa tempat atau bagian kota ini. Jadi tidak heran kelau Mall ini terkenal sebagai tempat nongkrongnya anak-anak kuliahan.

Kebetulan juga pada hari ini toko buku tersebut menggelar acara bazzar, terlihat dengan wagon-wagon yang berjajar di depan toko beserta POP besar yang menginfokan jenis promo di setiap wagonnya. Tidak jauh dari tempat duduk aan, berjejer rapi etalase yang menjajakan beberapa barang dagangan seperti boneka, tas dan dompet kulit. Ada juga etalase yang menjual product kerajinan tangan seperti tas rajut, sendal kulit, dan lain-lain, disamping itu beberapa etalase juga menjual berbagai mainan anak-anak. Etalase berjajar rapi yang berukuran sedang ini berada di tengah-tengah jalan utama yang menuju toko buku. Sedangkan disamping kanan dan kirinya etalase, berjejer counter-counter modern seperti counter salon, counter elektronik, counter peralatan rumah tangga, counter mainan anak-anak, counter accessories hp dan komputer serta cafe.

Suasana siang ini memang wajar terlihat tampak lenggang pengunjung, karena memang terhitung jam kerja atau jam kuliah. Hal tersebut tentu saja sangat berbeda dengan hari-hari akhir minggu, karena frekuensi kunjungan ke Mall ini bisa membludak. Walaupun begitu terhitung masih banyak para pengunjung yang lalu lalang di dalam mall ini. Termasuk pengunjung di toko buku ini pun juga relatif ramai. Selain para anak kuliahan banyak juga pengunjung yang berasal dari para perkerja lepas serta ibu rumah tangga yang membawa anak-anaknya. Cukup di maklumi, karena Indonesia dikenal sebagai penduduk terbesar dan penduduk paling konsumtif di dunia. Apalagi jika ada gelaran acara bazaar atau discount untuk product terkenal, pasti ramai. Di berbagai kota, apapun productnya, tentu acara discount atau bazzaar tetap ramai.

Bosan mengamati para pengunjung mall ini dan bosan dengan  perkataan menunggu. Aan pun meraih Hpnya yang ada di saku celana jeansnya. Aan memainkan tuts tuts hapenya untuk mengetikkan pesan singkatnya.

“guys di depan toko buku nih...buruan...

Setelah menekan tombol oke dan memilih no yang di tuju, pesan pun dikirim. Tidak lama kemudian aan menerima pesan bahwa pesan tersebut telah di terima. Sambil menunggu balasan dari temannya, Aan pun dengan bosan tetap mengedarkan pandangannya kesemua penjuru mall dan sambil memperhatikan para pengunjung kaum wanita yang hilir mudik di hadapannya.
Sebenarnya aan sudah mempunyai tautan hati yaitu perempuan kampus berjilbab yang berkuliah bahasa asing di Cikini.

"Tapi tidak ada salahnya kan kalau hanya memperhatikan. Toh tidak menghianati cintaku pada dirinya. Wajarlah laki-laki normal, masa melihat wanita cantik tidak tergoda. Tapi, kalau cewek cantik seperti mereka mereka ini biaya perawatannya mahal juga nih. Mana mau juga mereka kalau jalan kaki. Harus pakai pelet Jepang kalau begini,"

Dari tadi pikiran-pikiran tersebut yang berputar-putar di benak aan. Bertanya-tanya terkadang menjawab sendiri. Bahkan pikiran-pikiran negatif sempat terlintas jika melihat wanita yang berpakaian lebih seksi.

"Kalau gak sengaja melihat, berarti rejeki. Kalau lama-lama di lihat malah jadi dosa" berpikir sok alim namun tetap saja matanya tidak bisa dialihkan.

Tidak terasa waktu berjalan. Sudah setengah jam aan menunggu teman-temannya. Sebenarnya ada keinginan untuk masuk atau pun melihat buku buku bazaar ataupun buku yang baru terbit. Tapi hal tersebut di urungkan aan, bukan karena tidak suka buku. Namun ia tidak pernah bisa menahan diri jika ada buku yang ia suka. Padahal sekarang ia sedang mengirit uang makannya yang menurut perhitungannya, jika di belanjakan maka tidak akan sampai ke akhir bulan.

"Malu untuk minta lagi ke orang tua, kasian ke mereka" pikir aan.

"Wooooiiiii, bengong aja..."Teriak suara cempreng membuyarkan lamunan aan, disambung dengan suara mengikik.

Dion yang tadi berteriak disamping aan langsung duduk menghempaskan badannya di bahu kursi.

"Seksi juga ya an," seru dion bergabung dengan menatap buruan aan,"

tapi sayang an, gak mau ama gue," seru dion menampakkan muka serius. Sedangkan aan hanya diam menatap wajah dion...entah apa pikirannya saat itu, terpana kagumkah, muakkah, atau terpesona...

Andri yang tadi datang bersama dion langsung menyela,"mana ada yang mau sama eloe dion, kurus kering cungkring, jelek lagi kaya hantu kayu," nyaring nyelekit menghujam langsung ke sasaran.

Tapi memang dasar gaya anak anak kost timbul, kebiasaan kasar, tidak di saring, apa adanya. Namun dianggap hal yang biasa, "no hurt feelling" semuanya atas dasar pertemanan. Dion hanya tertawa mengikik seperti kebiasaannya.

Andri memang bukan penghuni satu kost dengan aan dan dion. Ia merupakan penghuni kost yang berada tidak jauh di belakang rumah kost aan. Mereka menyebut anak anak kost dijalan tersebut sebagai komunitas anak anak kost timbul, dimanapun tempat kostnya, asal masih berada di jalan timbul, karena satu kesatuan, senasib dan sepenanggungan. Mereka sering mempunyai sifat nomaden namun tetap menghormati privasi untuk penghuni asli. Maksudnya nomaden karena Anak-anak kost lain sering menyambangi atau menginap di kost teman yang lain, begitu juga sebaliknya.

Terkadang anak-anak sekitar kota Jakarta sengaja untuk bermalam di rumah kost temannya, selain lebih akrab juga menambah keramaian di lingkungan kampus. Rumah kost aan pun sering menjadi sasaran anak-anak kampus menginap, namun semenjak menyebar cerita tentang peristiwa "si baju merah" kost mereka aman dari anak anak yang mau menginap. Hanya saja untuk meramaikan tetap saja kost mereka di pakai base gaplek serta judi gaplek cepek-an (Rp.100-an) sampai Rp.500-an. Mengingat rumah kost mereka sangat strategis mudah di jangkau dan berada di pinggir jalan, untuk keadaan kamar-kamarnya sangat tertutup dan penuh privasi. Memesan makan atau minum pun cepat, tinggal pakai telepon teriak, Bang semi pun meluncur ke arah kost.

"Gimana dri, fix? Dapat bahan-bahannya? Tanya aan mengalihkan.

"Dapat an, fix tadi ketemu costumer. Dia mau pesan 3 lusin dulu utk counternya." Jawab andri

"Oke dri, pakai kost-an kita saja. Pay sama rubby di berdayakan lah, dari pada bengong. Kalau di JK (nama kost andri dan nama organisasi mahasiswa kampus yang artinya "just kiding" aan dan dion masuk menjadi anggota tetapnya) sekarang banyak penghuni keluarga, gak enak sama mereka," ujar aan membujuk.

Kebetulan bentuk kost jk adalah seperti kamar bedeng berjajar. Di mana tiap kamar langsung ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi. Sangat berbeda dengan keadaan kost aan dan dion tempati yaitu berbentuk rumah dan lebih privasi.

Andri mempunyai konsep untuk menambah uang saku bagi anak-anak kost. Yaitu berjualan souvenir lilin yang terbuat dari lilin halus warna warni dan malam yang diukir pada gelas kecil. Pada gelas tersebut malam di bentuk menjadi tulisan ataupun tambahan-tambahan merchandise seperti kerang atau lainnya untuk memperindah. Ditutup dengan lilin pasir atau lilin yang di parut yang berwarna warni lalu di panaskan. Tidak lupa meletakkan sumbu lilin sebelum di panaskan. Lilin atasnya mencair dan menutup merekatkan pasir lilin warna warni yang berada di tengah dan sangat indah. Sedangkan tulisan atau pun merchandise yang melengkapi didalam gelas terpatri dengan aman. Merchandise ini memang berfungsi sebagai souvenir lilin ulang tahun perkawinan, ataupun untuk hiasan di ruang tamu. Andri sudah sangat menguasai tekniknya dan sudah share dengan anak anak kost. Kebetulan untuk ide tersebut mendapat support penuh dari teman-teman satu kost aan.

Hari ini dion dan andri menemui costumer yang akan order barang tersebut. Kebetulan costumer ini masih teman dekatnya andri dan ini order pertama mereka. Pada awalnya, usaha ini mereka jalankan dengan dana patungan. Untuk promosi, mereka jalankan dari kampus baik dari papan pengumuman, "mouth to mouth", serta selebaran di kampung sekitar kost mereka. Untuk rumah kost di pasang lembar reklame yang terbuat dari karton di tempel di dinding, sangat sederhana sekali.

Sesampainya di kost, mereka mengadakan rapat kecil. Dihadiri semua penghuni rumah kost dan sebagian kost jk. Terbentuklah tim aan, dion, pay, rubby, andri dan beni. Sedangkan robert dan apri tidak bisa mengikuti karena tidak suka hal-hal yang berbau "ribet." Entahlah kami tidak memaksa. Sore itu pun kami mulai produksi...

Jam 11.47 WIB, Rubby mendedangkan lagu-lagu iwan fals di depan rumah kost. Produksi di hentikan karena tinggal finishing pemanasan saja yang di lakukan andri. Robert dan dion sibuk memasang biduk untuk bermain catur tidak jauh dari pintu masuk depan ruang tamu atau berkumpul anak kost. Koran yang berada di bawah catur sengaja di jauhkan dan di jadikan alas untuk asbak rokok. Fungsinya agar abunya tidak mengotori lantai. Aan menghisap rokok kreteknya dengan di temani kopi susu buatan bang semi si tukang warung. Pay sedang termenung memperhatikan rubby yang sedang memetik gitar, sedangkan Benny bersenandung menyuarakan suara yang menurutnya merdu tapi menurut anak anak...sangat jauh dari merdu. Tapi lumayanlah untuk malam ini daripada gak ada yang nyanyi....

Malam ini langit menggantung mendung tanpa bintang. Hujan turun rintik-rintik bersama sang angin malam, bertiup dingin melenggak-lenggokkan daun-daun pohon waru yang tumbuh di seberang depan kost mereka. Lalu lintas di depan kost pun sunyi senyap. Hanya satu dua mobil angkot 105 yang lewat namun terkadang berputar balik di depan kost untuk kembali ke terminal karena sepi penumpang. Tiba-tiba entah dari mana asalnya, di depan kost berhenti sebuah motor bebek yang pada awalnya tidak ada seorang pun menyadari. Biasanya suara motor baik dari arah kanan maupun kiri jalan pasti terdengar mendekat. Kecuali motornya di dorong, nah itu pasti tidak akan terdengar.

"Permisi, selamat malam," seru suara perempuan yang turun dari belakang motor tersebut. Motor tersebut di tunggangi oleh dua orang, seorang laki-laki yang mengendarai dan di belakangnya sang perempuan yang turun menyapa kami.

"Maaf, saya mau pesan souvenirnya 8 lusin untuk acara pernikahan kami, bisa?" Tanyanya sambil memberikan sebuah kertas detail nama, tgl pernikahan, ucapan pernikahan, serta tambahan alamat rumah untuk barang diantar.

"Oooh, bisa-bisa mba', sebentar...silahkan duduk dulu, saya panggil andri teman saya, kebetulan ia koordinatornya" seru benny menyilahkan sang tamu untuk duduk di bangku panjang yang berbuat dari kayu. Rubby dan aan pun menyingkir ke teras depan dan berjongkok di sana bersama pay sambil memperhatikan sang tamu

Sang perempuan pun hanya mengangguk dan tersenyum. Ada yang nampak aneh dari kedua orang tersebut. Sang lelaki terus duduk di motor dalam posisi menunduk tanpa bergerak, memakai kemeja putih dan bercelana jeans biru gelap. Motor di parkir di tempat yang lebih gelap di naungi oleh pohon waru agak ke depan pagar depan kost. Sang perempuan pun tidak duduk seperti yang benny persilahkan namun lebih banyak berdiri menjauh ke tempat yang gelap dengan posisi membelakangi kami menghadap ke jalan raya. Tidak ada kata-kata yang ia keluarkan, hanya menunduk dan diam mematung. Pakaian yang di kenakannya menggunakan atasan kebaya putih dan memakai bawahan celana katun gelap.

Keadaan pada saat itu di teras depan memang lampu di padamkan. Sengaja di padamkan ketika anak-anak kost nongkrong di depan kost. Hal ini menjaga supaya tidak menjadi pusat perhatian orang-orang yang lalu lalang ataupun dari orang kampung. Namun siluet pucatnya wajah dan kulit perempuan tersebut masih terlihat jelas walaupun posisinya ia berdiri di tempat yang lebih gelap.

"Baru kali ini aku melihat orang yang aneh," bisik aan ke rubby, rubby pun mengangguk mengiyakan.

Tidak lama kemudian andri pun muncul
"Bisa bu, kalau boleh tau kapan kami antar ya bu?" Tanya andri langsung pada tujuannya.

"10 hari ya mas, antar aja ke alamat yang di tuju, ini uangnya saya kasih panjar Rp.300.000, sudah ya mas, di tunggu" seru sang perempuan menjawab masih dengan posisi membelakangi lalu berbalik menyamping memberikan uang kepada andri lalu melangkah pergi.

"Oh iya bu, terima kasih," seru andri terburu-buru melangkah mengambil uang lalu menatap sang perempuan pergi dari hadapannya menuju motor.

"Ben, mana kertasnya tadi," seru andri mengalihkan perhatian mereka sejenak ke beni. Beni pun memberikan kertas yang di berikan perempuan tadi.

Tidak sampai beberapa menit, perhatian mereka teralihkan, kehadiran kedua orang misterius itu pun lenyap. Tidak ada tanda-tanda suara motor ataupun perbincangan antara laki-laki dan perempuan tersebut. Kedua orang tersebut hilang misterius.

Sebenarnya aan dan rubby menyadari keanehan itu semua. Namun aan beserta yang lain begitu sangat gembira menerima order dari sang tamu misterius. Sedangkan Rubby masih tertegun dingin berusaha untuk menerima semua hal tersebut dengan nalarnya seraya menatap tempat hilangnya pasangan tadi beserta motornya.

Rasa penasaran membuat rubby melangkah menuju ke arah luar pagar tempat tersebut. Namun yang ia lihat hanya jalan yang gelap, suram dan sepi dengan penerang lampu jalan yang redup karena terhalang daun pohon waru. Hanya Warung makan semi yang terlihat terang dengan beberapa anak kost yang mengobrol di dalamnya. Rubby merasakan rintik-rintik hujan dan angin dingin yang menyapa tubuhnya. Seperti sebuah hembusan napas dingin menyapa tengkuknya, membuat ia segera mengambil keputusan untuk secepatnya berlari masuk dan bergabung dengan teman-temannya.

"Dri, mana kertas ordernya gue lihat," seru Robert. Kebetulan Robert dan Dion tidak menyadari bahwa baru saja ada tamu datang untuk order souvenir. Hanya teriakan gembira saja yang mereka ketahui dari teman-temannya.

"Johan dan Ayu, Menikah Tanggal 1 April 1998, Terima Kasih Atas Kehadirannya" seru robert membaca dengan suara yang agak keras, lalu membaca dalam hati alamat untuk mengantarkan barang.
"Dekat kok dri, ini "Akamsi (anak kampung sini maksudnya)" nih." Ujar Robert.

"Wah, kena dong promosi gue, aa ganteng yang promosi pasti dapetlah costumer, yang datang cantik khan an?" seru Dion seperti biasanya membual membanggakan dirinya sambil tertawa mengikik

"Iya dion, cantik...cantik," seru aan memuluskan pertanyaan dion untuk menyenangkannya sambil menyeruput kopi susunya

"Ganteng...wasaiteng...muka loe kaya septiteng dionnnn," seru Robert nyaring seperti biasanya...skak...mampus loh..." Lanjut robert mengagetkan, mengejutkan dion.

Tampak dion berpikir sangat dalam sambil menatap lekat biduk-biduk catur yang ada di hadapannya. Pada akhirnya ia menyentil rajanya jatuh dan mengakui kekalahannya. Robert tertawa-tawa ringkih melihat kelakuan dion. Dion selalu menganggap setiap permainan menang atau kalah adalah sebuah perang yang harus wajib di menangkan. Oleh karena itu, ia selalu kecewa jika ia kalah dalam suatu permainan ataupun pertandingan. Setiap kekalahan membuat kelakuannya berubah 180 derajat menjadi orang pendiam, serius dan terlihat seperti orang yang sedang berpikir keras. Sebuah kelakuan yang tidak seperti biasanya ia tampilkan, dimana ia yang selalu ceria, bermulut besar dan tidak tau malu serta terkesan angkuh.

"Pesen susu akh..." Seru dion seraya bangkit dari tempat duduknya, keluar menuju warung makan semi dengan muka yang kusut.

Malam ini, angin semilir malam tetap menerbangkan bulir-bulir hujan rintik-rintik yang menari di luar kost-an. Sementara anak-anak kost sebagian sudah ada yang tenggelam dalam mimpi indahnya termasuk aan, dion, apri dan robert. Sementara beny, rubi dan pay dan andri masih memperbincangkan rencana mereka untuk menyelesaikan order pesanan pasangan misterius tersebut dengan semangat.

"Ndri, aku gak yakin dengan order ini. Kalian gak merasa aneh dengan gerak-gerik tamu tadi. Gue aneh guys," seru rubby memasang tampang yang serius sambil meringkuk di ujung kamar dengan sarung tidur dirapatkan ke badan.

"Alaaah, parno (paranoid maksudnya) loe akh..., " seru pay sambil tertawa dan menepuk badan rubby. Pay melihat keadaan rubby yang meringkuk seperti ketakutan seperti baru melihat hantu, membuat dirinya tidak bisa menahan tawa. Ini kejadian kedua kalinya setelah kejadian penampakan si baju merah. Namun itu sudah lama sekali dan sampai saat ini penampakan itu pun tidak pernah terjadi lagi.

"Rubby, rasional ajalah...maksud mu yang tadi order bercanda? Kalau bercanda masak mau kasih panjer Rp.300.000 men? Ujar andri dengan nada kebapak-an, seperti karakternya selama ini. Penuh dengan ide-ide cemerlang, cerdas, pintar bicara. Karena karakternya tersebut, ia terpilih menjabat sebagai ketua senat di kampus mereka. Jadi wajar jika jiwa kepemimpinannya melekat dan terpancar dari tutur bicaranya

"Bukan, bukan dri, dari datang dan pergi yang tiba-tiba muncul dan lenyap."

"Di tambah kelakuan kedua orang tersebut yang banyak diam, membelakangi lalu menyamping seperti menutupi wajahnya, Jujur sampai sekarang aku tidak bisa ingat wajahnya seperti apa dri,"

"Aan tadi bilang ke gue juga aneh, satu hal lagi perempuan tersebut tampak putih seputih mayat", jelas rubby, dengan gerakan-gerakan tangan seperti politikus di rapat-rapat gedung dewan.

Ada sebersit muka cemas terlihat dari rubby menjelaskan. Rasa takut yang barusaha ia sembunyikan tapi tidak berhasil dan dapat tertangkap oleh teman-temannya. Bukannya menenangkan namun teman-temannya malah mengolok-olok Rubby

"Jadi yang pesan hantu dong...., aneh-aneh juga kau rubby," seru benny tertawa mengakak..."Souvenir lilin calon pengantin kubur," sambung benny setengah berteriak, sambil tertawa lalu merebahkan diri di kasur.

Semuanya membubarkan diri untuk tidur. Pay kembali ke kamarnya, sedangkan andri dan benny memilih untuk menemani rubby tidur di dalam kamarnya atas permintaan rubby.

Malam tersebut mereka tidur dengan lelapnya. Hanya rubby yang gelisah untuk memejamkan matanya dan memilih untuk tetap terjaga. Di ambil gitarnya lalu mulai untuk bernyanyi.

Namun baru saja hendak memetik gitar, terdengar ketukan halus di pintu depan rumah kost. Ketukan tersebut terus terdengar berulang-ulang, rubby berusaha menebak,

"kalau anak kost lain pasti sudah teriak-teriak dan juga mengetuk-ketuk kaca memanggil," gumam rubby berkata kepada dirinya sendiri."Tapi ketukan ini....," ujar dirinya sendiri.

Ketukan tersebut masih terus terdengar. Ada kesadaran dalam diri rubby yang muncul. Sebuah pikiran positif karena berada dalam lingkungan perantauan yang menyandang predikat anak kost. Sebuah perasaan senasib dengan anak-anak rantau lainnya,

"mungkin anak-anak kampus yang kemalaman atau mungkin ada yang butuh sesuatu, kasihan juga," akhirnya rubby pun memberanikan dirinya untuk berniat membuka pintu.

"Siapa," seru rubby sambil berjalan menuju pintu rumah kost, namun tidak ada yang menyahut.

Ketukan tersebut berhenti bersamaan dengan rubby berhenti tepat di belakang pintu. Perasaan rubby saat itu tidak menentu, ada perasaan takut yang menyelinap di dadanya bersamaan dengan pikiran aneh yang timbul.

"kok tidak seperti biasanya," pikir rubby. Ia pun mengambil keputusan tidak mengambil resiko yang terlalu jauh, " akh, anak anak iseng, bodo amat lah," pikir rubby sambil berlalu dan akan melangkah pergi menuju kamarnya.

Namun baru dua langkah, ketukan tersebut terdengar lagi. Rubby pun tertegun, ada perasaan marah yang muncul,

"sialan," serunya, siapa?" Setengah berteriak, dia pun melangkah menuju ke belakang pintu kembali.

Perasaan kesal bercampur takut membuat ia bertindak lebih represif, diambilnya sapu ijuk yang bersandar di ujung ruangan. Perlahan ia memutar gagang pintu," klik," tanda kunci pintu terbuka. Tinggal saatnya untuk membuka pintu. Dengan dorongan kebelakang membuka pintu yang tiba-tiba dan mundur kebelakang untuk antisipasi jika memang orang yang berniat jahat membacokkan benda tajam. Rubby pun membuka pintu, apa yang terjadi?

Hanya gelapnya malam yang terpampang di depan rubby. Area teras depan kosong tidak ada siapa pun. Pintu pagarpun masih di gerendel dan tidak ada tanda-tanda terbuka ataupun ada orang masuk. Angin malam semilir masuk melewati pintu yang terbuka. Menyapu rambut dan muka rubby yang terpaku diam pucat pasi tanpa darah terpampang jelas di raut wajahnya. Di kurung oleh angin malam yang dingin mencekat di tambah keanehan yang terjadi di hadapannya membuat bulu kuduk nya pun berdiri.

Tanpa pikir panjang rubby membanting pintu, mengunci lalu berlari menuju kamarnya. Tindakan kedua adalah mengunci rapat kamarnya, lalu menyelinap tidur di antara andri dan benny. Sarung tidurnya pun di tutupkan ke wajahnya lalu meringkuk dengan gemetar. Namun kejadian tersebut tidak berhenti sampai di situ, kejadian aneh malam tersebut terus berlanjut...

Tak beberapa lama berselang, terdengar tersaruk-saruk langkah kaki yang berjalan di ubin lantai. Langkah-langkah tersebut hanya terdengar di ruang tamu. Terdengar beberapa catur di geser, buku-buku dan majalah serta koran di buka, tutup gelas bekas susu dan kopi di letakkan berdenting diatas gelas.

Rubby dari balik sarungnya bertambah gemetar namun masih mencoba untuk berpikir positif. Ia mencoba mengingat-ingat apakah ada kucing masuk atau tikus. Namun selama ini rumah kost ini bersih dari hama tikus maupun binatang lainnya seperti kucing. Tidak ada satu orang pun penghuni kost di sini yang menyukai binatang yang bernama kucing.

"Apakah anak-anak penghuni lainnya bangun karena teriakan ku tadi ya?" Tanya rubby,

"tapi tidak mungkin, semua anak-anak kalau membuka pintu kamar pasti terdengar jelas gerendel pembukanya. langkah-langkah kaki mereka juga, rubby sudah sangat hapal. Tidak ada yang tersaruk-saruk melangkah.

"Mungkinkah pak de?" Pertanyaan lainnya pun muncul," semenjak kapan pak de datang tengah malam, kalaupun pak de ketika membuka kamar pasti sudah terdengar dari tadi.

Pak De adalah pemilik rumah kost ini. Dia merupakan pengusaha kost kostan. Usahanya tersebar diberbagai daerah di Jakarta. Kebetulan kamar pak de berada di samping kamarnya Rubby, sehingga ia yakin bukan Pak De yang datang. Terus pertanyaan-pertanyaan lain muncul berputar-putar di kepala rubby dan semuanya terjawab oleh dirinya sendiri dengan sukses. Akhirnya ia pun gagal menyimpulkan,

"siapakah yang berada di ruang tamu saat ini?". Akhirnya Rubby berkesimpulan, hal ini pasti ada kaitannya dengan tamu misterius tadi. Rubby pun bertambah ciut nyalinya, tenggelam dalam lipatan sarung tidurnya.
Entah berapa lama kejadian ini berlangsung, yang pasti rubby tanpa bergerak, tanpa membuka sarung yang menutup sekujur badan dan kepalanya serta membenamkan rapat-rapat wajahnya ke bantal. Hanya telinga yang ia buka jelas-jelas, mulutnya tiada henti merapal ayat-ayat alquran yang ia ingat. Dalam hatinya berdoa semoga malam ini cepat berakhir dan berharap langkah-langkah tersebut tidak menghampiri pintu kamarnya.

Pada akhirnya, sayup sayup terdengar beberapa mesjid mengumandangkan ayat-ayat alquran, tanda sebentar lagi Salat Subuh masuk. Suara yang di dengar rubby di ruang tamu pun hilang tertutup oleh suara-suara yang di kumandangkan mesjid. Beberapa mobil pun lewat di depan kost-an tanda mulainya hari dan petualangan baru. Rubby pun bisa bernapas dengan lega. Urat syarafnya yang selama beberapa jam menegang pun kendur dengan sendirinya, terbebas dari ketakutan dan pertanyaan-pertanyaan yang terus menggantungi pikirannya.

Lelah atas kejadian yang menimpanya, rubby pun ikut terlelap, melepaskan semua hal tersebut termasuk rasa penasarannya dan mencoba untuk menjawabnya esok hari.

Tidak ada yang bisa rubby katakan dan jelaskan untuk hari hari selanjutnya setelah kejadian tersebut. Semuanya di simpan dalam hatinya, cukup untuk konsumsi dirinya sendiri. Ia merasa teman-temannya bakal mentertawakan dirinya sendiri. Ia pun sadar sepenuhnya atas hal tersebut, walaupun yakin juga bahwa teman-temannya masih percaya hal-hal yang gaib karena sudah mengalami sebelumnya (kisah perempuan bergaun merah).

Namun hal ini berbeda, ada realita yang ada bahwa mereka menerima order besar. Terlepas siapa yang order, yang pasti kewajiban mereka adalah berusaha menepati sesuai jadwal yang di berikan. Rubby masih bersikap sewajarnya dan berusaha menutupi cerita kejadian tersebut. Namun ia tidak bisa berbohong dengan aan. Aan selalu mengetahui ada yang berbeda dari tingkah teman-temannya dan selalu bisa memaksa mereka untuk berbicara.

Termasuk rubby, akhirnya ia menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Ia juga mengasumsikan kejadian tersebut ada kaitannya dengan order souvenir lilin tersebut. Namun itu baru asumsi yang juga menimbulkan rasa penasaran di antara kedua orang tersebut. Untuk sementara mereka berkesimpulan kejadian ini mereka simpan dahulu, karena memang belum saatnya untuk di ceritakan kepada teman-teman yang lain. Lagian masalah ini tidak memerlukan solusi apapun yang harus diambil. Mereka berdua sepakat untuk terus menjalani ini sampai dengan selesai. Melihat apa yang akan terjadi dan siapakah pasangan tersebut.

Pesanan pun selesai sebelum waktunya tiba. Mereka juga kini sudah mengalihkan proses produksi untuk pesanan lainnya. Bertugas sebagai kurir untuk mengantarkan pesanan, sengaja rubby dan aan yang bersedia. Hal ini sudah di rencanakan sebelumnya oleh mereka berdua. Namun pada hari H, pay memaksa untuk ikut dan tidak ada pilihan selain mengijinkan.

Rumah yang mereka tuju tidak beberapa jauh jaraknya dari kost. Daerahnya masih bisa di jangkau dengan jalan kaki dan masuk daerah perkampungan. Tidak sulit mencari rumah yang di maksud karena semua orang yang mereka tanyai bisa langsung menunjuk tepat. Namun setiap mereka menyebutkan nama Johan, orang kampung yang di tanyai selalu tampak mengernyitkan muka dan menatap heran kepada kami. Sudah 3 orang yang kami tanyai selalu bersikap yang sama. Hal tersebut menambah kecurigaan mereka terhadap si pemilik bernama Johan.

Sampai dirumah yang di tuju, mereka melihat bahwa rumah tersebut sedang menerima banyak tamu. Hal tersebut tampak dari banyaknya sendal, sepatu baik dewasa maupun anak-anak yang berserakan di teras rumah. Tampak rumah Johan lebih mewah dibandingkan dengan rumah kampung lainnya. Terbuat dari semen beton dengan teras rumah yang luas dan di naungi oleh atap beton. Dindingnya pun di lapisi keramik berwarna biru. Melihat ukuran rumahnya pun cukup besar untuk ukuran orang kampung. Di samping itu juga rumah ini mempunyai halaman yang luas dengan kolam ikan dan taman-taman kecil di sekelilingnya yang tumbuhi oleh tanaman-tanaman bonsai.

Sesuatu yang wajar jika rumah ini di penuhi tamu, mungkin kerabat sanak saudara yang datang untuk membahas mengenai masalah pernikahan. Setelah mengucapkan salam, mereka disambut oleh seorang ibu separuh baya, berambut pendek dengan uban putih yang menghiasi sebagian rambutnya. Melihat mimik mukanya, ibu ini menampilkan muka tengah bersedih karena terlihat dari kantung matanya yang membengkak. Mereka pun tanpa mengulur waktu langsung mengutarakan niat datang ke tempat ini. Namun bukannya di persilahkan masuk ke rumah atau di panggilkan orang yang bernama Johan, tetapi mereka di sambut dengan jatuhnya ibu tersebut ke lantai, pingsan...

Tidak membutuhkan waktu lama, pada akhirnya mereka pun mengetahui hal ikhwal sebenarnya. Mereka di interogasi oleh pihak keluarga dan menjelaskan bahwa ciri-ciri pakaian yang di kenakan calon pengantin tersebut sama persis seperti terakhir ketika mereka tewas dalam kecelakaan. Penjelasan tersebut membuat mereka semua shock, termasuk keluarga juga yang mendengarkan penjelasan dari mereka.

Johan telah meninggal dunia bersama dengan Ayu satu hari sebelum mereka berkunjung datang ke kost. Jadi yang datang ke kost adalah arwahnya Johan dan Ayu. Menurut cerita keluarga juga, dimana malam ketika kecelakaan terjadi. Sebelumnya pasangan tersebut sudah merencanakan untuk membuat souvenir lilin pernikahan produksi anak-anak kost. Namun keinginan tersebut tidak kesampaian semasa mereka hidup, namun kesampaian setelah mereka meninggal dengan arwahnya yang mendatangi mereka.

Setelah puas dengan penjelasan keluarga dan tidak mau berlama-lama di tempat tersebut mereka pun mohon diri, dengan tetap membawa pesanan johan dan ayu kembali ke kost. Sepanjang perjalanan, bulu kuduk mereka terus meremang padahal hari masih siang. Mereka saling berpandangan dengan muka yang serius dan setengah ketakutan sambil berjalan pulang. Teka-teki terjawabkan, rubby pun menghela napas panjang. Ternyata benar selama ini kejadian malam tersebut ada kaitannya.

Sesampainya di Kost, teman-temannya pun gempar, sebagian masih tidak percaya dengan apa yang aan, rubby serta pay jelaskan. Namun pada akhirnya semua percaya, setelah mereka melihat apa yang selama ini mereka lewatkan. Koran tertanggal 15 Maret 1998, teronggok diatas papan catur yang selama ini tidak mereka perhatikan. Entah siapa yang membeli atau membawa koran ini.

Tiba-tiba mereka semua menyadari bahwa koran tersebut sudah ada semenjak pasangan misterius tersebut datang. Koran yang sebelumnya menjadi alas papan catur yang dimainkan dion dan robert di malam tersebut, serta beralih fungsi menjadi alas asbak. Padahal berita kejadian kecelakaan tersebut tepat berada didepan mereka. Mereka pun cemas, setengah ketakutan, namun masih bisa bernapas lega karena untungnya pada malam tersebut mereka tidak menyadari yang datang adalah arwah penasaran. Kalaupun tau, mereka sudah pasti minggat dari tempat kost ini ataupun menutup pintu kost rapat-rapat. Ini kejadian kedua kalinya yang terjadi di rumah kost ini. Namun belum sampai titik klimaksnya sampai malam menjelang tiba...tanpa di sadari mereka semua...

Tepat jam 11 malam, semuanya lengkap sedang berkumpul di ruang tamu. Hanya andri yang tidak di tempat karena kembali ke kost JK untuk mengambil beberapa peralatan. Seperti biasanya acara gaplek sedang berlangsung. Di luar seperti hari sebelumnya, tanah masih basah akibat hujan yang berlangsung dari sore. Namun malam ini masih menyisakan hujan yang rintik-rintik dengan angin malam yang dingin menusuk. Bulan maret seharusnya sudah menjelang masa transisi ke musim panas, namun hujan masih terus turun tiap hari mendera kota tempat mereka berada.

Tidah heran jika dari sore lalu lintas sudah mulai sepi di sebabkan oleh hujan yang panjang. Semua penduduk lebih memilih tinggal di dalam rumah dengan di temani secangkir susu ataupun kopi panas serta selembar selimut yang melindungi dari hawa dingin yang menusuk. Malam pun terus merayap bertambah kelam. Malam yang terkesan mencekam mengingat topik hangat masih seputar kisah pesanan misterius pasangan calon pengantin. Di tambah dengan cerita rubby yang menceritakaan kejadian yang dialaminya, setelah kedatangan kedua pasangan misterius tersebut di kost ini.

Angin dingin menusuk masuk ke ruang tamu tempat mereka berkumpul. Robert menggigil dan mengayunkan tangannya untuk menutupkan pintu masuk hampir sepertiganya, agar angin tidak terlalu masuk menerpa mereka. Gelas-gelas kopi dan susu berserakan tidak teratur berada di depan mereka. Asap-asap rokok pun bergelantungan di langit-langit ruang tamu, menimbulkan kabut tipis transparan yang di tembus sinar lampu. Setelah mendengarkan cerita Rubby, merekapun terdiam, terhenyak di tempat duduk masing-masing. Berusaha menerima secara rasional kejadian yang mereka alami selama ini.

"Ini tepatnya malam kesepuluh seperti yang kita janjikan untuk menyelesaikan pesanan," ujar Benny dengan napas tertahan dan berusaha untuk menepis pikiran yang muncul secara tiba-tiba.

Aan pun menangkap maksud Benny," jangan berpikir aneh ben, tadi khan kita udah coba antar ke rumahnya. Masa iya ada arwah yang masih menagih janjinya," ujar aan mencoba untuk menghilangkan pikiran negatif benny.

Walaupun kalau secara jujur, pikiran aan sepaham dengan apa yang dirasakan Benny. Namun aan tidak mau teman-temannya merasa khawatir dan takut, makanya ia pun berusaha untuk menepis perasaan tersebut.

"Untuk acara di alam kubur kali an," seru Dion sambil tertawa mengikik seperti khasnya,

"lumayan khan lilin bisa untuk candle light Dinner," sambung Dion berusaha mencairkan ketegangan dengan guyonannya yang terkesan keterlaluan namun mengocok perut. Namun sebelum sempat mereka tertawa, tiba-tiba...
"Selamat malam...., mas kok pesanan saya gak dikirim," sebuah suara mengiang lembut dibawa angin luar masuk ke dalam.

Suara perempuan yang persis sama seperti 10 hari yang lalu. Seperti terkena sihir, mereka semuanya kompak terdiam, tidak ada seorang pun yang bergerak. Mereka tertegun kaku, antara mau bergerak menuju luar atau menoleh ke arah pintu yang tertutup sepertiganya atau kah harus diam terpaku.

Diantaranya hanya memilih diam. Robert dan dion yang berada persis didepan pintu tergopoh-gopoh merapat menjauhi pintu. Mereka menunggu tindakan selanjutnya dari sang pemilik suara. Seluruhnya memandang ke arah pintu dan berharap cemas semoga pintu tersebut tidak terbuka Atau pun terdorong oleh sang pemilik suara.

"Mas, kok pesanan saya gak dikirim," suara tersebut kembali terulang dengan pertanyaan yang sama. Namun kali ini suaranya mengiang seperti tertahan dinding dan mengayun dari dalam ruang tamu semakin jelas dan dekat di mulut pintu. Semuanya tetap diam, sebagian ada yang menutup mata. Seperti rubby dengan kebiasaannya menutup kan sarung tidur ke kepalannya, pay dan benny memilih menyusupkan wajahnya ke bahu aan dan robert. Hanya dion, apri, robert dan aan terpaku tetap menatap ke arah pintu.

Robert memberanikan diri menjangkau bungkusan yang berisi souvenir yang berada tidak jauh dari kami. Tanpa bergerak dari tempat semula, Robert menjangkau bungkusan tersebut dengan kaki lalu menyorongkannya ke arah sisi pintu yang terbuka. Mereka menatap bungkusan tersebut dan menunggu tindakan selanjutnya. Rasa dingin, gemetar dan takut menghinggapi mereka semua.

"Mas, pesenannya kok gak diantar," kembali suara tersebut terngiang bergema kembali seperti terbatas pada dinding. Tambah gemetarlah seluruh persendian, kering sudah kerongkongan, terhenyak di sudut dinding mereka terkumpul jadi satu.

"seharusnya bungkusan tadi ditinggal saja di rumah orang tersebut." Pikir aan menyesali tindakannya yang bodoh. Tapi belum di bayar lunas?" Pikir aan kembali.

Menit...demi menit berlalu tanpa sadar. Di teror oleh suara yang tanpa wujud. Yakin bahwa sang pemilik suara adalah orang yang sama 10 hari yang lalu datang ke kost ini. Yakin kalau itu adalah arwah ayu dan johan. Tidak ada seorang pun punya keinginan untuk membuka pintu dan melihat kenyataan siapakah orang dibalik pintu itu sendiri.
Mereka semua benar-benar yakin itu adalah suara perempuan yang sama. Walaupun robert dan Dion tidak pernah mendengar suara perempuan itu sebelumnya, tapi melihat gelagat ketakutan pada teman-temannya mau tidak mau ikut percaya.

Pintu tersebut bergerak membuka dengan perlahan. Jantung anak-anak pun bedegub kencang. Ini kedua kalinya mereka di paksa menatap wujud makhluk gaib. Entah apa dosa mereka, entah apa maksudnya mereka harus begini. Mereka sangat pasrah, bibir aan bergerak-gerak ingin berteriak melihat tambah melebarnya pintu tersebut membuka, tiba-tiba..

"Woiiii, ngapain kalian pada tumplek...dasar kaum homo...," suara teriakan kasar mengagetkan mereka, muncul dari balik pintu dengan membawa panci besar di kedua tangannya

Haaaaaaaaaaa....seru aan, dion, robert, Apri tercekat berteriak sekuat tenaga, sedangkan Robert sambil berteriak dan melompat untuk berlari ke kamar.

Blentang...prok..mprak...." Bunyai Panci yang berisi lilin jatuh ke lantai, sedangkan sang pembawa panci kembali melompat mundur, sangat kaget mendengarkan teriakan seperti sebuah koor yang serempak dan sumbang dari paduan suara yang sebelumnya di sumpal mulutnya.

“Bangsat...sialan...kucing kurap," seru benny kasar sambil melempar Andry dengan koran. Kini giliaran andri yang menampakkan muka pucat karena di teriakin kembali oleh teman-temannya. Mereka semuanya tertawa lepas, lega karena terbebas dari terror yang baru saja terjadi. Hanya Andri yang tidak mengerti apa yang terjadi sebelumnya. Ia hanya menyesali satu, bahan-bahan yang ia bawa dari JK tercampur jadi satu berwarna warni lilin pasir putih di hamparan lantai...

Malam itu, mereka akhirnya sepakat untuk tidur di dua kamar bersamaan. Robert pun untuk menghilangkan rasa takutnya akhirnya menyetel radio yang berisi lagu-lagu barat. Tidak ada satu pun yang protes, menurut mereka itu ide yang bagus agar mereka tidak mendengar hal-hal yang aneh kembali. Begitu juga di kamar aan, radio pun di stel juga. Malam itu mereka akhirnya sukses untuk tidur dengan sangat tenang dan mencoba untuk melupakan kejadian sebelumnya.

Sebelum tidur memang tercetus ide, besok aan dan rubby akan kembali ke rumah Johan untuk mengantarkan pesanan pasangan arwah tersebut agar lebih tenang. Tentunya dengan gratis. Ini di sepakati oleh teman-teman yang lain, agar mereka tidak di teror kembali.
Namun ke esokan harinya keanehan pun terjadi. Bingkisan lilin untuk pasangan arwah tersebut hilang. Berganti dengan secarik kertas yang terlipat dan terlihat ada uang di dalamnya. Pay yang pertama kali menemukan dan tidak berani untuk menyentuhnya. Kebetulan pay bertugas piket untuk membersihkan rumah kost pada hari tersebut. Ia membangunkan seluruh penghuni kost, sehingga pagi hari ini pun mereka sudah heboh berkerumun memperhatikan lipatan kertas tersebut.

Terima kasih dan mohon maaf telah menggangu.
Souvenir ini sangat berarti bagi kami,"
Ttd
Johan dan Ayu

Bersama surat tersebut, terlipat uang Rp800.000. Jelas kalau itu uang asli dan bukan daun seperti yang di film ataupun sinetron. Mereka pun saking penasaran terus memperhatikan tulisan dan uang, bergilir membaca, memegang dan meraba uang tersebut tanda tak percaya. Hilang sudah pelajaran dasar-dasar logika yang diajarkan di Kampus. Hilang sudah rasionalisasi ataupun nalar berada di atas segalanya (hegel). Ini Indonesia bung, bukan negeri barat. Susah di terima oleh akal sehat, sulit di terima dengan kenyataan yang ada.

Semuanya berkumpul mencari kebenaran atas kejadian ini. Tidak mungkin rasanya ada arwah yang butuh lilin souvenir ataupun memiliki uang nyata. Pandangan-pandangan mungkin ada pihak keluarga, duplikat ataupun kembaran pasangan misterius tersebut yang datang mengambil. Tapi semuanya terbantah, karena kondisinya pintu depan dalam keadaan terkunci rapat dan sudah di buktikan. Tidak ada seorang pun yang masuk tadi malam.

Satu persatu mereka pun menginterogasi yang berada di dalam rumah kost ini, tapi pada akhirnya menimbulkan rasa tidak nyaman dan api kecurigaan yang dapat menimbulkan permusuhan. Tidak ada alasan untuk menuduh sesama teman. Tidak ada untungnya juga mempermainkan hal seperti ini. Akhirnya mereka pun sepakat melupakan hal ini dan menganggap bahwa siapapun pelanggan atau costumer, wajib mereka layani dan penuhi keinginannya. Apapun itu status sosial ataupun status dalam kehidupannya. Mereka juga makhluk Tuhan bukan? Siapa tahu mereka akan berkunjung ke tempatmu untuk memesan sesuatu yang mereka butuhkan, persiapkan mentalmu.

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO