Sunday, February 10, 2019

DONGENG MERPATI MAS DAN MERPATI PERAK DALAM CERITA TUAN PUTRI DIDALAM KULIT MUTIARA Bagian Ke-delapan


Dengan sengaja kedua saudara tersebut terus berjalan tanpa menghiraukan kerumunan para anak raja yang sedang menghadang perjalanan mereka.

“Hei Kamu, berhentilah…. Manakah kulit mutiara yang isinya tuan putri? Berikan kepadaku…’ Teriak salah satu anak raja.

“Sepatutnya akulah yang pantas beristrikan tuan putri tersebut, jika kamu tidak memberi, niscaya matilah kamu aku bunuh dan akan ku rampas tuan putrid,” Sambungnya kembali.

Dari belakang Merpati Mas datanglah Tunca Wasi seorang anak raja, ia menarik pundak Merpati mas, sambil berkata,

“alangkah baiknya kamu memberi mutiara tersebut, jika tidak aku rampas dan kucincang dagingmu.”

Datang juga Talala Saca dari sampingnya Merpati Perak dengan berkata,

“jika kamu memberikan, pulanglah kalian dengan selamat.”

Buwanda Wari pun salah seorang anak raja ikut datang dan berteriak lantang,” sekarang berikan mutiara tersebut agar kalian tidak berpisah badan dan nyawa. Pulanglah kamu dan akan aku antarkan sehingga kalian bisa bertemu dengan saudara kandung serta ibu bapakmu. Jikalau tidak kalian berikan, maka matilah kalian.”

Sehingga banyaklah para anak raja yang menghampiri mereka berdua, baik dari kanan, kiri, depan dan belakang. Maka Merpati Mas pun berkata,

“Hai anak raja bedebah, siapa namamu? dimana kah negerimu? Siapakah ibu bapakmu? Adat kalian seperti perampas yang tiada berbudi. Karena aku yang usaha maka aku yang dapat dan sekarang akulah yang empunya istri. Mengapa kalian hendak mengambil? Biarlah aku mati ditempat ini, tiadalah aku akan berikan kepadamu, karena aku yang mendapat untung seorang istri dengan seekor merak mas sedangkan kamu meminta untungku. Masakan aku memberi? Tinggallah aku lacur gigit tangan dan kamu duduk dengan istriku bersedap sedap,tinggallah aku gigit ujung jaridengan sakit hati.”

Salah satu anak raja pun berteriak menimpali,”beri atau tiada beri, kasih tiada kasih, rampas tiada rampas tetap aku rampas juga. Bahwa kenallah aku dan anak siapa aku dan akulah anak raja Tunca Wasi.”

“Aku anak raja Talala Suca.” Berteriak salah satu anak raja.

Menyahut juga yang lainnya,” Akulah yang bernama Ngalangsa Kara, itulah namaku.”
Maka Merpati Mas pun berkata,” Hai para anak raja, cobalah kalian rampas, biarlah aku mati ditangan kalian, aku rela dan aku tiada pun memberikan kepadamu mutiara ini. Dan perkenalkan namaku Merpati Mas anak Bujangga Tala.”

Setelah mendengar perkataan tersebut. Anak raja Tunca Wasi pun dengan marah segera memukulkan palunya ke muka Merpati Mas, maka segera ditangkis olehnya. Maka berperanglah Merpati Mas dan Anak raja Tunca wasi dipinggir padang. Terlalu ramai yang mengeroyok Merpati Mas dan Merpati Perak, mereka di kerubungi para anak raja dan pasukannya, saling menangkis serta saling palu memalu. Saking ramainya ada juga pasukan dan anak raja saling terpukul kawan sendiri, lompat-melompat dan saling tending-menendang. Memang sebenarnya Merpati Mas telah biasa melawan banyak orang serta ia juga sangat mahir dalam berperang. Ia pun mengetahui beberapa jurus dan sangat ahli karena sehari harinya ia terus melatih jurus jurusnya.

Maka sangat ramai sekali kala itu mereka berperang. Saat itu Talala Saca pun terkena palu pada matanya oleh Merpati Mas, maka hancurlah mata Talala Saca berhamburan darah. Mundurlah ia dari arena pertempuran dengan terluka parah. Banca Wangi, Warta Nali beserta delapan belas anak raja lainnya mengerubungi Merpati Perak. Secara kebetulan Banca Wangi terkena pukulan palu di lambung kirinya oleh kawan sendiri, maka serasa rontok tulang iganya lalu mundur dari arena pertempuran dengan terhuyung huyung dan berguling guling di tanah sambil memegangi perutnya. Warta Nali pun lalu memukul dengan palunya dari arah belakang Merpati Perak bersamaan dengan Sajuri Boga pun memukul, maka beradulah palu mereka kayu dan kayu. Saking kerasnya beradu, berakibat pada tangan mereka serasa patah tangannya sehingga tidak dapat memegang palu lagi, lalu mundurlah mereka sambil memegangi tangan masing masing.

Merpati Mas dan Merpati Perak pun mengamuk, banyak dari para anak raja tidak mampu lagi melanjutkan peperangan karena merasa tidak mampu melawan kedua saudara tersebut. Ada yang kena tampar mukanya oleh Merpati Mas sampai mengeluarkan darah segar dari mulut dan hidungnya.  Ada juga anak raja yang terpental jatuh ke tanah lalu terinjak injak teman nya sendiri karena tertabrak oleh Anak Raja Tunca Wasi. Tunca Wasi pun segera menampar mengenai muka Merpati Mas lalu sempoyonganlah dia, namun MerpatI Mas segera membalas dengan memukulkan palu nya dan terkena belakang badan Tunca Wasi, maka serasa rontoklah Jantungnya. Dari belakang datanglah anak raja Buwanda Nari, menangkap pinggangnya Merpati Mas lalu melemparkannya ke tanah dan diinjaknya. Merpati Mas yang merasa sudah tidak berdaya lagi, terus berupaya menanggapi serangan dari Buwanda Nari dengan menangkap kakinya serta diangkatnya ke atas oleh Merpati Mas. Maka Anak raja itu pun terjungkir balik dengan kepala dibawah dan kaki diatas. Ditekannya badan anak raja tersebut oleh Merpati Emas ke bumi sehingga hancurlah kepala anak raja tersebut sehingga menghembuskan nafas terakhirnya.

Datang pula seorang anak raja lainnya menendang Merpati mas, namun terlewat dan pada akhirnya jatuh berguling guling. Tidak menyia nyiakan kesempatan lagi Merpati Emas pun menginjak perut anak raja tersebut sehingga matanya mendelik dan lidahnya pun keluar sampai mukanya menjadi biru dan tidak lama matilah anak raja tersebut. Tanpa diketahui Merpati Emas, anak raja lainpun menuburk dari belakang Merpati Mas dengan kerasnya sehingga jatuhlah Merpati Mas bersamaan dengan Anak raja tersebut berguling guling, terkadang Merpati Mas dibawah dan Anak raja itu pun diatas. Mereka berdua berusaha untuk berdiri namun tidak dapat karena saling tarik menarik dan saling berpegangan satu sama lainnnya. Hal tersebut dimanfaatkan oleh anak raja lainnya untuk memegang kaki Merpati Mas untuk menolong temannya mengkeroyok Merpati Emas, namun Merpati Mas pun menendang anak raja yang memegang kakinya pada selangkangan anak raja tersebut. Karena saking kuatnya Merpati Mas menendang sampai melesat keluar biji pelir Anak Raja tersebut dan jatuhlah anak raja tersebut mati.

Merpati perak yang tengah sengit berperang pun, melihat dengan jelas bahwa saudaranya Merpati Mas jatuh bergulat dengan seorang anak raja penuh dengan debu dan duri tidak dapat bangun lagi. Tanpa memperdulikan musuhnya Merpati Perak pun lari pada Merpati Mas, ia pun menginjak leher musuh Merpati Mas sampai mati.

Diceritakan bahwa Merpati Mas dan Merpati Perak berperang melawan para anak raja selama tiga hari tiga malam tiada berhenti. Banyak para anak raja yang sebelumnya ada 32 orang tinggal 14 orang yang tengah sengit melawan kedua kakak beradik tersebut. Sisanya ada yang mati, terluka patah tangan dan patah kaki sehingga tidak dapat bangun lagi serta lari masuk kehutan dan tidak kembali lagi.  Empat belas orang itu pun sudah mulai tidak dapat lagi melawan Merpati Mas dan Merpati Perak karena selama tiga hari dan tiga malam tersebut mereka tidak makan dan minum. Merasa tenaga mereka terkuras habis dan tidak mampu melawan lagi, maka larilah 14 orang tersebut kedalam hutan mengikuti jejak teman teman mereka yang sudah lari duluan diikuti oleh anak anak raja yang memaksakan diri dalam keadaan terluka untuk lari.
Tinggallah kedua kakak beradik itu masih dalam keadaan siaga memperhatikan keadaan sekitar. Banyak bangkai bangkai anak raja berserakan dan tinggallah mereka sendiri yang dalam keadaan berdiri. Maka Merpati Perak pun berkata,

“Ya Kakanda, sekarang marilah kita kembali,” serunya memperingatkan kakandanya yang tengah memperhatikan sekitar mereka.

“Baiklah adinda, kita nantikan dahulu sebentar. Di khawatirkan orang orang yang lari tersebut akan kembali lagi membawa bantuan. Alangkah baiknya kita beristirahat sebentar disini.” Sahut Merpati Mas sambil mengajak adiknya untuk berteduh dibawah pohon yang besar.
Merak Mas pun segera turun menghampiri kedua orang kakak beradik tersebut. Lalu seperti orang yang tengah bersujud menyembah tuannya. Merpati Mas dan Perak merasa heran dengan tingkah laku Merak Mas tersebut. Mereka segera menangkap Merak tersebut. Tidak seperti sebelumnya, Merak Mas pun sangat pasrah dan menyerahkan dirinya pada kedua kakak beradik tersebut. Sambil terheran heran Merpati mas pun berkata,

“Pandainya Merak Mas ini berlaku. Dahulu kita mau menangkapnya sampai perut kita sakit karena capai berlari, ia pun tidak mau. Dahulu jika ia berkata memberi sakit hati kepada kita. Sekarang ia menyerahkan diri dan ditangkap pun dengan mudahnya.”
Merak pun menjawab dengan tutur kata yang lemah lembut dan dengan perkataan fasihat, demikian katanya,

Ampun Tuanku duli rupawan
Karena dahulu patik sedang tertawan
Sebab dahulu belon ketahuan
Sekarang pun nyata menjadi tuan
Karena dahulu belon karuan
Patik pun sedang sangat rawan
Laksanan bulan mengandung awan
Sekarang tersapu lela bangsawan
Sekarang ini sudahlah nyata
Tuanku berdualah raja beta
Budi tuan tiada berkata
Sekarang tuan putrid balasannya serta

Maka Merpati Mas dan Perak sangat bersuka citalah hatinya mendengar perkataan Merak Mas tersebut, maka Merpati Mas pun berkata,

“Ya Adinda, cobalah kita coba untuk membuka, keluar atau tidak kah putri ini.”

Merpati perak pun menjawab,”Ya Kakanda, tidak usahlah kakanda. Kalau ia masih malu kepada kita. Ditakutkan lagi kalau musuh akan kembali lagi kemari, maka alangkah repotnya.”

Tiada mengapalah, tapi sekarang mari kita bicarakan terlebih dahulu mengenai apakah kakanda yang akan memperistri putri ini ataukah adinda yang akan memperistri.” Tanya Merpati Mas kepada Merpati Perak.

Biarlah kakanda terlebih dahulu, karena kakanda yang mempunyai niat terlebih dahulu dengan menyelam kedalam air dan mengambil Mutiara ini. Tetapi menurut Adinda sangat begitu cantik dan enak dipandang mata adalah putri Sari Rasmi.” Jawab Merpati Perak sambil tersenyum.

Jawaban Merpati perak tersebut membuat keduanya tersenyum lebar. Merak Mas yang mendengar pembicaraan tersebu pun berpantun untuk membahagiakan hati kedua tuannya tersebut

Tuanku menang akan berperang
Melawan musuh seterunya lari
Tiada berlaku senanglah dengan girang
Tiada sama maksud sendiri
Tuanku berperang musuhnya kalah
Tiada dapat melawan pada tuanku
Sungguh sekalian orang akan mencela
Tetapi hajat birahi jua berlaku
Musuhnya lari meninggal pergi
Setengahnya ada jua yang mati
Maksud sendiri dimana lagi
Sebab sudah bercinta didalam hati

“sungguh pandai benar Merak ini berkata, siapakah yang mengajari kamu kata demi kata, pastilah tuanmu yang didalam mutiara tersebut yang mengajari. Sangat sungguh seorang guru yang lebih baik” seru Merpati Mas merasa senang atas pantun merak mas tadi.

Merasa sudah tidak sabar untuk meminang tuan putri yang didalam mutiara. Merak Mas pun meletakkan mutiara tersebut dibawah sinar matahari. Tuan Putri Budi Wangi beserta dayang dayangnya pun merasa sangat kepanasan, keringat sudah keluar dari badannya saking gerahnya……BERSAMBUNG

No comments:

Post a Comment

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO