Dengan sengaja kedua saudara tersebut terus berjalan tanpa menghiraukan
kerumunan para anak raja yang sedang menghadang perjalanan mereka.
“Hei Kamu, berhentilah…. Manakah kulit mutiara yang isinya tuan putri?
Berikan kepadaku…’ Teriak salah satu anak raja.
“Sepatutnya akulah yang pantas beristrikan tuan putri tersebut, jika
kamu tidak memberi, niscaya matilah kamu aku bunuh dan akan ku rampas tuan
putrid,” Sambungnya kembali.
Dari belakang Merpati Mas datanglah Tunca Wasi seorang anak raja, ia
menarik pundak Merpati mas, sambil berkata,
“alangkah baiknya kamu memberi mutiara tersebut, jika tidak aku rampas
dan kucincang dagingmu.”
Datang juga Talala Saca dari sampingnya Merpati Perak dengan berkata,
“jika kamu memberikan, pulanglah kalian dengan selamat.”
Buwanda Wari pun salah seorang anak raja ikut datang dan berteriak
lantang,” sekarang berikan mutiara tersebut agar kalian tidak berpisah badan
dan nyawa. Pulanglah kamu dan akan aku antarkan sehingga kalian bisa bertemu
dengan saudara kandung serta ibu bapakmu. Jikalau tidak kalian berikan, maka
matilah kalian.”
Sehingga banyaklah para anak raja yang menghampiri mereka berdua, baik
dari kanan, kiri, depan dan belakang. Maka Merpati Mas pun berkata,
“Hai anak raja bedebah, siapa namamu? dimana kah negerimu? Siapakah ibu
bapakmu? Adat kalian seperti perampas yang tiada berbudi. Karena aku yang usaha
maka aku yang dapat dan sekarang akulah yang empunya istri. Mengapa kalian
hendak mengambil? Biarlah aku mati ditempat ini, tiadalah aku akan berikan
kepadamu, karena aku yang mendapat untung seorang istri dengan seekor merak mas
sedangkan kamu meminta untungku. Masakan aku memberi? Tinggallah aku lacur
gigit tangan dan kamu duduk dengan istriku bersedap sedap,tinggallah aku gigit
ujung jaridengan sakit hati.”
Salah satu anak raja pun berteriak menimpali,”beri atau tiada beri,
kasih tiada kasih, rampas tiada rampas tetap aku rampas juga. Bahwa kenallah
aku dan anak siapa aku dan akulah anak raja Tunca Wasi.”
“Aku anak raja Talala Suca.” Berteriak salah satu anak raja.
Menyahut juga yang lainnya,” Akulah yang bernama Ngalangsa Kara, itulah
namaku.”
Maka Merpati Mas pun berkata,” Hai para anak raja, cobalah kalian
rampas, biarlah aku mati ditangan kalian, aku rela dan aku tiada pun memberikan
kepadamu mutiara ini. Dan perkenalkan namaku Merpati Mas anak Bujangga Tala.”
Setelah mendengar perkataan
tersebut. Anak raja Tunca Wasi pun dengan marah segera memukulkan palunya ke
muka Merpati Mas, maka segera ditangkis olehnya. Maka berperanglah Merpati Mas
dan Anak raja Tunca wasi dipinggir padang. Terlalu ramai yang mengeroyok
Merpati Mas dan Merpati Perak, mereka di kerubungi para anak raja dan
pasukannya, saling menangkis serta saling palu memalu. Saking ramainya ada juga
pasukan dan anak raja saling terpukul kawan sendiri, lompat-melompat dan saling
tending-menendang. Memang sebenarnya Merpati Mas telah biasa melawan banyak
orang serta ia juga sangat mahir dalam berperang. Ia pun mengetahui beberapa
jurus dan sangat ahli karena sehari harinya ia terus melatih jurus jurusnya.
Maka sangat ramai sekali kala
itu mereka berperang. Saat itu Talala Saca pun terkena palu pada matanya oleh
Merpati Mas, maka hancurlah mata Talala Saca berhamburan darah. Mundurlah ia
dari arena pertempuran dengan terluka parah. Banca Wangi, Warta Nali beserta
delapan belas anak raja lainnya mengerubungi Merpati Perak. Secara kebetulan
Banca Wangi terkena pukulan palu di lambung kirinya oleh kawan sendiri, maka
serasa rontok tulang iganya lalu mundur dari arena pertempuran dengan terhuyung
huyung dan berguling guling di tanah sambil memegangi perutnya. Warta Nali pun
lalu memukul dengan palunya dari arah belakang Merpati Perak bersamaan dengan
Sajuri Boga pun memukul, maka beradulah palu mereka kayu dan kayu. Saking
kerasnya beradu, berakibat pada tangan mereka serasa patah tangannya sehingga
tidak dapat memegang palu lagi, lalu mundurlah mereka sambil memegangi tangan
masing masing.
Merpati Mas dan Merpati Perak
pun mengamuk, banyak dari para anak raja tidak mampu lagi melanjutkan
peperangan karena merasa tidak mampu melawan kedua saudara tersebut. Ada yang
kena tampar mukanya oleh Merpati Mas sampai mengeluarkan darah segar dari mulut
dan hidungnya. Ada juga anak raja yang terpental
jatuh ke tanah lalu terinjak injak teman nya sendiri karena tertabrak oleh Anak
Raja Tunca Wasi. Tunca Wasi pun segera menampar mengenai muka Merpati Mas lalu
sempoyonganlah dia, namun MerpatI Mas segera membalas dengan memukulkan palu
nya dan terkena belakang badan Tunca Wasi, maka serasa rontoklah Jantungnya.
Dari belakang datanglah anak raja Buwanda Nari, menangkap pinggangnya Merpati
Mas lalu melemparkannya ke tanah dan diinjaknya. Merpati Mas yang merasa sudah
tidak berdaya lagi, terus berupaya menanggapi serangan dari Buwanda Nari dengan
menangkap kakinya serta diangkatnya ke atas oleh Merpati Mas. Maka Anak raja
itu pun terjungkir balik dengan kepala dibawah dan kaki diatas. Ditekannya badan
anak raja tersebut oleh Merpati Emas ke bumi sehingga hancurlah kepala anak
raja tersebut sehingga menghembuskan nafas terakhirnya.
Datang pula seorang anak raja
lainnya menendang Merpati mas, namun terlewat dan pada akhirnya jatuh berguling
guling. Tidak menyia nyiakan kesempatan lagi Merpati Emas pun menginjak perut
anak raja tersebut sehingga matanya mendelik dan lidahnya pun keluar sampai
mukanya menjadi biru dan tidak lama matilah anak raja tersebut. Tanpa diketahui
Merpati Emas, anak raja lainpun menuburk dari belakang Merpati Mas dengan
kerasnya sehingga jatuhlah Merpati Mas bersamaan dengan Anak raja tersebut
berguling guling, terkadang Merpati Mas dibawah dan Anak raja itu pun diatas.
Mereka berdua berusaha untuk berdiri namun tidak dapat karena saling tarik
menarik dan saling berpegangan satu sama lainnnya. Hal tersebut dimanfaatkan
oleh anak raja lainnya untuk memegang kaki Merpati Mas untuk menolong temannya
mengkeroyok Merpati Emas, namun Merpati Mas pun menendang anak raja yang
memegang kakinya pada selangkangan anak raja tersebut. Karena saking kuatnya
Merpati Mas menendang sampai melesat keluar biji pelir Anak Raja tersebut dan
jatuhlah anak raja tersebut mati.
Merpati perak yang tengah
sengit berperang pun, melihat dengan jelas bahwa saudaranya Merpati Mas jatuh
bergulat dengan seorang anak raja penuh dengan debu dan duri tidak dapat bangun
lagi. Tanpa memperdulikan musuhnya Merpati Perak pun lari pada Merpati Mas, ia
pun menginjak leher musuh Merpati Mas sampai mati.
Diceritakan bahwa Merpati Mas
dan Merpati Perak berperang melawan para anak raja selama tiga hari tiga malam
tiada berhenti. Banyak para anak raja yang sebelumnya ada 32 orang tinggal 14
orang yang tengah sengit melawan kedua kakak beradik tersebut. Sisanya ada yang
mati, terluka patah tangan dan patah kaki sehingga tidak dapat bangun lagi
serta lari masuk kehutan dan tidak kembali lagi. Empat belas orang itu pun sudah mulai tidak
dapat lagi melawan Merpati Mas dan Merpati Perak karena selama tiga hari dan
tiga malam tersebut mereka tidak makan dan minum. Merasa tenaga mereka terkuras
habis dan tidak mampu melawan lagi, maka larilah 14 orang tersebut kedalam
hutan mengikuti jejak teman teman mereka yang sudah lari duluan diikuti oleh
anak anak raja yang memaksakan diri dalam keadaan terluka untuk lari.
Tinggallah kedua kakak beradik
itu masih dalam keadaan siaga memperhatikan keadaan sekitar. Banyak bangkai
bangkai anak raja berserakan dan tinggallah mereka sendiri yang dalam keadaan
berdiri. Maka Merpati Perak pun berkata,
“Ya Kakanda, sekarang marilah
kita kembali,” serunya memperingatkan kakandanya yang tengah memperhatikan
sekitar mereka.
“Baiklah adinda, kita nantikan
dahulu sebentar. Di khawatirkan orang orang yang lari tersebut akan kembali
lagi membawa bantuan. Alangkah baiknya kita beristirahat sebentar disini.”
Sahut Merpati Mas sambil mengajak adiknya untuk berteduh dibawah pohon yang
besar.
Merak Mas pun segera turun
menghampiri kedua orang kakak beradik tersebut. Lalu seperti orang yang tengah
bersujud menyembah tuannya. Merpati Mas dan Perak merasa heran dengan tingkah
laku Merak Mas tersebut. Mereka segera menangkap Merak tersebut. Tidak seperti
sebelumnya, Merak Mas pun sangat pasrah dan menyerahkan dirinya pada kedua
kakak beradik tersebut. Sambil terheran heran Merpati mas pun berkata,
“Pandainya Merak Mas ini
berlaku. Dahulu kita mau menangkapnya sampai perut kita sakit karena capai berlari,
ia pun tidak mau. Dahulu jika ia berkata memberi sakit hati kepada kita. Sekarang
ia menyerahkan diri dan ditangkap pun dengan mudahnya.”
Merak pun menjawab dengan
tutur kata yang lemah lembut dan dengan perkataan fasihat, demikian katanya,
Ampun Tuanku duli rupawan
Karena dahulu patik sedang
tertawan
Sebab dahulu belon ketahuan
Sekarang pun nyata menjadi
tuan
Karena dahulu belon karuan
Patik pun sedang sangat rawan
Laksanan bulan mengandung awan
Sekarang tersapu lela bangsawan
Sekarang ini sudahlah nyata
Tuanku berdualah raja beta
Budi tuan tiada berkata
Sekarang tuan putrid balasannya
serta
Maka Merpati Mas dan Perak sangat bersuka citalah hatinya mendengar
perkataan Merak Mas tersebut, maka Merpati Mas pun berkata,
“Ya Adinda, cobalah kita coba untuk membuka, keluar atau tidak kah putri
ini.”
Merpati perak pun menjawab,”Ya Kakanda, tidak usahlah kakanda. Kalau ia
masih malu kepada kita. Ditakutkan lagi kalau musuh akan kembali lagi kemari,
maka alangkah repotnya.”
Tiada mengapalah, tapi sekarang mari kita bicarakan terlebih dahulu
mengenai apakah kakanda yang akan memperistri putri ini ataukah adinda yang
akan memperistri.” Tanya Merpati Mas kepada Merpati Perak.
Biarlah kakanda terlebih dahulu, karena kakanda yang mempunyai niat
terlebih dahulu dengan menyelam kedalam air dan mengambil Mutiara ini. Tetapi
menurut Adinda sangat begitu cantik dan enak dipandang mata adalah putri Sari
Rasmi.” Jawab Merpati Perak sambil tersenyum.
Jawaban Merpati perak tersebut membuat keduanya tersenyum lebar. Merak
Mas yang mendengar pembicaraan tersebu pun berpantun untuk membahagiakan hati
kedua tuannya tersebut
Tuanku menang akan berperang
Melawan musuh seterunya lari
Tiada berlaku senanglah dengan
girang
Tiada sama maksud sendiri
Tuanku berperang musuhnya
kalah
Tiada dapat melawan pada tuanku
Sungguh sekalian orang akan
mencela
Tetapi hajat birahi jua
berlaku
Musuhnya lari meninggal pergi
Setengahnya ada jua yang mati
Maksud sendiri dimana lagi
Sebab sudah bercinta didalam
hati
“sungguh pandai benar Merak
ini berkata, siapakah yang mengajari kamu kata demi kata, pastilah tuanmu yang
didalam mutiara tersebut yang mengajari. Sangat sungguh seorang guru yang lebih
baik” seru Merpati Mas merasa senang atas pantun merak mas tadi.
Merasa sudah tidak sabar untuk meminang tuan putri
yang didalam mutiara. Merak Mas pun meletakkan mutiara tersebut dibawah sinar
matahari. Tuan Putri Budi Wangi beserta dayang dayangnya pun merasa sangat
kepanasan, keringat sudah keluar dari badannya saking gerahnya……BERSAMBUNG