Pagi-pagi benar kedua kakak
beradik tersebut sudah berada didalam hutan yang mereka tuju. Sambil melepas
penat mereka merebah kan diri dan duduk ditempat tersembunyi yang sekiranya Merak
Mas tidak menyadari kehadirannya. Akhirnya Merak itu pun menunjukkan diri,
Merpati Mas dan Perak pun sangat takjub akan penampilan burung Merak tersebut,
sebelumnya mereka tidak menyadari akan penampilan Merak tersebut. Bulunya
bersinar dan berwarna laksana Emas, Matanya seperti Jambrut, kakinya seperti besi
Nursani, Sisiknya lebih berkilau dibanding Merak yang lain. Kedua saudara
tersebut sudah tidak tahan lagi untuk menangkap Merak tersebut, mereka pun
akhirnya keluar dan berlarian mengejar. Merasa dirinya dikejar oleh manusia,
maka terbanglah ia sambil berpantun,
Beli Setanggi di jalan raya
Bukan setanggi menjadi dupa
Diwaktu pagi sudah sedia
Bukan kemari mencari apa
Daun kuini diatas tilam
Ubur ubur berpasangan
Kalaukan ini yang semalam
Yang tidurnya itu kesiangan
Mendengar hal tersebut Merpati
Emas pun menjadi marah, ia pun berkata,
“Ya Adinda, pegatlah disebelah
sana,” Seru Merpati Emas kepada Merpati Perak, ia pun segera memegat merak
tersebut yang terkurung di tengah. Segeralah Merpati Mas Melompat menangkap
Merak tersebut, terbanglah lagi merak tersebut agak menjauh sedikit sambil
berpantun,
Pada patik jangan dilontar
Mari mengikut patik sebentar
Patik tunjuki tiada tersasar
Tempat mutiara yang amat sukar
Janganlah tuan suka memikat
Baik dihitung jalan dan
tingkat
Jikalau sudah hatinya lekat
Niscaya mutiara tuanku dapat
Merpati mas pun terdiam dan
mengerti apa yang dimaksudkan oleh Merak tersebut. Mereka pun mengikuti arah
terbangnya Merak tersebut. Maka terbanglah Merak tersebut ke negeri yang sudah
binasa. Rasa penasaran yang timbul dihati Merpati Mas terhadap merak
tersebutlah yang akhirnya ia dan adiknya mengikuti tujuan terbang Merak
tersebut. Sampai pada akhirnya mereka merasa sangat kelelahan dan berhenti
untuk menghilangkan rasa penat. Merak pun melihat kedua kakak beradik tersebut,
akhirnya ikut beristirahat menunggu rasa penat dan kelelahan kedua kakak
beradik tersebut hilang. Setelah merasa melihat kedua kakak beradik tersebut
sudah segar kembali, Merak pun kembali berpantun,
Pada patik mari diikut
Dapat mutiara yang tiada patut
Jangan tuanku buat takut
Bukan di negeri bukan dilaut
Mutiara itu tempatnya gampang
Janganlah tuan buat selempang
Ikut patik jangan menyimpang
Patik tunjuki dengan hati
lempang
Maka terbanglah kembali merak
tersebut dengan diikuti kembali oleh kedua kakak beradik tersebut. Jikalau
mereka capai, Merak pun ikut berhenti sambil mendekati kedua kakak beradik
tersebut sambil kembali berpantun,
Pada tuanku kalaukan ada
pernah
Pada tuan patik sangat
sederhana
Dengan tuanku yang amat
sempurna
Tiada bandingan kuliling tanah
Diusirnya merak itu pun dengan maksud agar kembali terbang dan mereka
pun mengikuti arah terbangnya merak tersebut. Ingin rasanya Merpati Mas
melempar batu terhadap Merak tersebut dan sudah pastilah kena dan mati, namun
rasa penasaran yang membuat ia mengurungkan niatnya tersebut dan kembali
mengikuti arah terbangnya merak tersebut. Namun yang namanya merak, terbangnya
pun sangat pendek dan mudah diikuti, oleh karena itu lah mereka tidak pernah
kehilangan jejak sedangkan merak pun juga bisa memperhatikan kalau ia sudah
diikuti oleh kedua kakak beradik dan tau kapan mereka beristirahat.
Akhirnya mereka sampailah pada pinggiran negeri. Merpati Mas dan Perak
sangat heran melihat tanah yang sangat luasnya tapi tanpa adanya pohon ataupun
sebuah rumah pun. Akhirnya mereka pun timbul penasaran akan luasnya padang
tersebut dimana ujungnya, ditambah rasa penasaran terhadap arah tujuan merak
yang mereka ikuti. Sampai pada akhirnya mereka sampai pada sebuah kolam taman
yang didalamnya terhadap putri.
Merpati Mas dan Perak sangat heran karena disekeliling kolam tersebut
banyak orang yang berkerumun dan membuka baju hendak turun kedalam kolam
tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah anak anak raja dilihat dari pakaian
yang dikenakan. Merpati Mas pun bertanya kepada kerumunan orang tersebut,
“Ya tuan tuan, ada apa gerangan yang dilakukan?”
“Ada seekor Merak Mas mengatakan bahwa didalam kolam ini ada mutiara
yang isinya tuan putri,” Sahut salah satu orang tersebut menjawab.
“Siapakah empunya anak tersebut dan anak raja manakah ia, jikalau bisa
diambil mutiara tersebut, kemanakah putri tersebut akan diberikan serta apa
imbalannya? Tanya Merpati Mas.
Merak Mas yang mendengar pertanyaan Merpati Mas pun akhirnya menjawab
dengan pantun,
Ya tuanku baiklah tuanku
berhenti
Tiada tuanku dapat patik biar
sampai mati
Sekalipun tuanku sakti
Kata patik baik diikuti
Mengusir patik baik
diberhentikan
Supaya patik dapat katakana
Tuan putri dalam mutiara hamba
ceritakan
Inilah negerinya yang sudah
dibinasakan
Rajanya didalam negeri
Hanya hidup seorang diri
Semuanya binasa kanan kiri
Hingga sepohon kayu tiada
terdiri
Rajanya itu sudah pergi
Pada negerinya tiada mau
tinggal lagi
Sebab sudah binasa banyak rugi
Sebab permaisuri mati di
maligai tinggi
Negeri Binasa datang air
Terlalu besar dan terlalu
banjir
Tuan putri kurang piker
Masuk dikulit mutiara tiada
tertaksir
Tuan Putri Budi Wangi itu tuan
beta
Sangat disayang sangat dicinta
Hidup dikulit mutiara dengan
serta
Kedua dayang dayang bersama
rata
Sebab negerinya haru hara
Tuan Putri masuk dalam mutiara
Jadi sekarang patik buat
sayembara
Siapa yang dapat itulah
isterinya segera
Jikalah dapat mutiara itu
Dapatlah patik ditangkap tentu
Dapat diperistrikan oleh
disitu
Dinegeri ini duduk jadi peratu
Padang ini boleh dijadikan
negeri
Jikalau dapatlah tuan putrid
Hamba pun hendak menyerahkan diri
Bolehlah duduklah laki istri
Siapa yang dapat dia yang
punya
Sama sekali seantero negerinya
Diri hamba pun patik serahkan
Jangan tuanku takut tiadalah
di perdayakan
Setelah kedua kakak beradik tersebut mendengar pantun Merak Mas
tersebut, maka bersuka rialah hati mereka. Segeralah mereka bersiap siap untuk
turun ke dalam kolam tersebut. Mereka bargabung dengan anak anak raja lainnya
yang akan siap siap bergantian berenang dan menyelam mencari Mutiara tersebut.
Adapun diceritakan bahwa didalam kolam tersebut ada seekor ular berbisa
yang amat besarnya. Namun ular tersebut berada didalam sebuah lobang, ia tidak
bisa keluar dari dalam lubang tersebut dikarenakan perutnya besar dan panjang.
Hanya kepalanya saja yang bisa keluar dari lubang tersebut.
Kolam tersebut sangat dalam, banyak para anak raja yang menyelam sampai
kebawah namun tidak sampai karena sudah kehabisan nafas. Salah satunya adalah
Maharaja Cancabu Terna yang mencoba menyelam sampai beberapa kali dan ia pun
kehilangan nafas serta segera muncul ke permukaan. Ia pun di tertawakan oleh
anak anak raja lainnya sambil naik ke darat. Kemudian turunlah anak raja
lainnya yaitu Raja Dangga Mala dari kerajaan negeri Kanca Surna, ia membawa
menteri empat orang. Ia pun membuka baju dan menyuruh menterinya untuk memegang
baju dan kainnya. Turunlah ia dan menyelam sampai bebatuan tempat Ular besar
tersebut berada. Ia pun menjadi santapan ular tersebut dan dibawa masuk kedalam
lubang.
Orang orang yang berada diatas lama menanti dan menjadi kesal, sehingga
akhirnya turunlah 2 orang anak raja Buwanda Nari dan Ngalangsa Kara. Mereka bersama sama menyelam,
namun tidak lama kemudian kedua orang tersebut segera muncul ke permukaan
karena tidak tahan nafas dan naik sambil tertawa tawa. 4 orang kemudian turun yang datang bersama
hulu balang yang memegang baju mereka. Mereka adalah Tunca Wasi, Talala Saca,
Banca Wangi dan Warta Nali. Mereka berenang dan menyelam dengan riangnya, namun
tidak beberapa lama mereka pun muncul dengan muka merah dan dari hidung keluar
air ingus encer karena tidak tahan nafas. Salah satunya berkata,
“Merak itu pasti berdusta pada kita,” Sahut salah satu dari mereka.
Merak pun menjawab
Masakan hamba berdusta
Coba lihatlah dua mata
Asal kulitnya saja dapat serta
Jikalau tiada ada putri
dapatlah beta
Jikalau tiada orang didalamnya
Niscaya hamba akan gantinya
Sekalipun tiada ada putrinya
Dapatlah hamba sangat mujurnya
Maka merak pun terbang pada tepi kolam untuk melihat apakah kulit mutara
masih ada di dalam kolam. Anak raja bernama Ngarba Sajri pun melihat sungguh
masih ada dan membuka pakaiannya sambil berkata,
“Nantilah aku yang pandai menyelam , lihatlah aku,” serunya sambil
terjun menyelam, namun tidak timbul kembali karena telah menjadi santapan ular
besar.
Turunlah anak raja Sajuri Boga kedalam air, sama seperti anak raja
lainnya ia pun tidak kuat nafasnya, hingga beberapa kali mencoba dan hampir
tenggelam karena terminum banyak air dan tidak bisa bernafas. Maka bersorak
soraklah anak anak raja serta para rakyat yang menonton. Banyak anak anak raja
yang tidak mendapatkan mutiara tersebut dan sebagian juga sudah mati karena
dimakan oleh ular kolam tersebut. Sebagian lagi menjadi sakit dan pilek. Mereka
pun menyuruh para hulubalang, punggawa mereka untuk menyelam kedalam kolam,
namun tidak ada satupun yang dapat.
Pada saat itu, Merpati Mas menyaksikan apa yang tengah terjadi, lalu Ia
berkata kepada adiknya,
“Ya Adinda, sekarang kakanda hendak mencoba terlebih dahulu , barulah
adinda. Sekarang tolong pegangkan pakaian punya kakanda,” seru Merpati Mas
sambil melepaskan baju hingga hanya tertinggal celana pokek (celana pendek yang
sering dipakai oleh orang desa) atau celana kutung. Segera dibukanya juga sabuk
ikat pinggangnya , ujungnya di berikan pada tangan Merpati Perak dan ujungnya
dipegang oleh Merpati Mas, ia pun berkata,
“Ya Adinda, Jika kakanda menyelam jangan ditarik, ulurkan saja, sampai
pada saat kakanda menarik ikat pinggang ini tiga kali, segara adinda tarik
sabuk kakanda,” Maka menurutlah Merpati Perak apa yang kakandanya katakan.
Merpati perak pun mengulurkan talinya mengikuti petunjuk kakandanya.
Maka merpati emas pun menyelam sampai beberapa lama sehingga disangka oleh
semua orang kalau Merpati Emas sudah mati. Padahal merpati emas sudah
mendapatkan kulit mutiara. Kulit mutiara itu ia pukulkan ke kepala ular lalu
ditariknya kepala ular tersebut sampai putus dan berhamburanlah darah merah
ular tersebut sampai naik ke permukaan. Berdebarlah semua para anak raja
menyaksikan hal tersebut, apalagi Merpati Perak, dengan perasaan berdebar,
ingin rasanya menyelam untuk menyelamatkan kakandanya, namun nasehat dari
kakaknya menyuruh ia untuk menunggu sedikit lagi. Orang orang disekeliling
kolam pun berteriak kalau Merpati Mas dimakan oleh binatang air dan sudah mati.
No comments:
Post a Comment