Merpati Perak memenangkan Pertandingan
Sebermula Bujangga tala dan sekar harum sangat cemas
menanti pulangnya anak anak mereka, karena sudah dua hari mereka tidak pulang
kerumah. Mereka sangat khwatir takut kalau anak anak mereka di bunuh oleh
orang. Saking khawatirnya Sekar harum pun menangis, Bujangga tala yang melihat
istrinya menangis, berusaha untuk memenangkannya,
“Ya Adinda, janganlah
khawatir, mereka anak laki-laki dan sudah dewasa. Mereka juga sudah dibekali
dengan doa doa ku selama mereka dikandungan dengan berpuasa tidak makan dan
minum supaya mereka selamat. Tidak mungkin mereka bisa di bunuh orang,” Seru
Bujangga Tala dengan berkata tenang dan sambil menatap istrinya.
Tidak selang beberapa lama
Bujangga Tala menenangkan istrinya, datanglah Merpati Emas dan Perak. Melihat
ibundanya bercucuran air mata, berlututlah kedua anak tersebut dihadapan ibunda
mereka.
“Ya bunda, usahlah bunda buat
selempangan pada patik dan buat khawatir atau buat sangkutan, karena kami ini
pergi dengan doa dan ijin dari ayahanda dan bunda, buat apa di khawatirkan?”
Mendengar perkataan dari
anaknya terdiam dan tersenyumlah ibundanya. Mereka pun masuk kedalam rumah,
sedangkan kedua kakak beradik itu pun membersihkan diri lalu bersama sama
bersantap malam dengan bahagia.
usahlah bunda buat selempangan
pada patik dan buat khawatir atau buat sangkutan, Maksud yang kami tangkap
disini adalah Anaknya berharap bahwa ibunya tidak usah berpikir apapun tentang
mereka dan bahwa mereka baik baik saja.
Sementara itu di lingkungan kerajaan,
Raja pagi pagi sudah menyuruh rakyatnya untuk mengeluarkan beberapa senapan
dari gudang senapan ke alun alun tanah lapang. Di ujung tanah lapang berdiri pilar
yang diatasnya terdapat emas yang di buat seperti Bintang Johar. Atas instruksi
Raja, bagi rakyat yang bisa menembak tepat ke bintang, maka ia akan mendapatkan
penghargaan dari Raja.
Sedangkan di kediaman Merpati
Emas dan Perak tengah bersantap pagi, setelah selesai mereka meminta ijin dan
berpesan kepada Ayah dan Bundanya,
“Jikalau kami tidak kembali,
jangan khawatir, karena kami sedang berburu seeekor Merak yang pandai berkata
kata seperti manusia. Jika kami belum mendapatkan merak tersebut, belum
senanglah hati kami dan rasa penasaran terus ada.”
Mendengar penuturan anak
anaknya, Ayahandanya hanya bisa mengijinkan, terpenting mereka sudah
mendapatkan kabar terlebih dahulu dari mereka.
Berjalanlan kedua kakak
beradik ini. Dalam perjalanan Merpati emas pun berpikir sebenarnya ingin
langsung mencari Merak, namun adiknya kemaren sangat bernafsu terhadap
sayembara yang diadakan oleh Maharaja. Maka ia pun bertanya untuk mencari tahu
hati adiknya;
“ Manakah lebih baik, mencari
merak terlebih dahulu atau bermain sayembara?”.
Merpati Perak pun menjawab,
“ya kakanda, lebih baik kita
masuk kerajaan terlebih dahulu untuk bermain sayembara,”
Mengertilah akhirnya Merpati
Emas akan kemauan adiknya, karena dari kecil mereka selalu bersama sama, maka
diturutilah kemauan adiknya tersebut. Disamping itu juga Merpati Emas selalu
teringat akan cerita Ayahandanya tentang Mamandanya yang duduk menjadi raja
sebab kedengkian hati dan tidak membela terhadap ayahandanya, takut terjadi hal
seperti itu maka ia selalu mengikuti kemauan adiknya. Begitupun Merpati perak
juga selalu menjaga hati dan tidak berani untuk menyinggung hati Merpati Emas,
begitulah perilaku kedua bersaudara ini.
Sampai di tempat tujuan,
terlihatlah senjata yang tersusun teratur dalam beberapa barisan barisan. Arah
senapan tersebut terarah menuju ke pilar yang ada Bintang Johar. Setiap orang
yang menembak dan tidak kena, maka bersoraklah seluruh rakyat yang menonton.
Kedua bersaudara itu pun masuk ke dalam kerumunan rakyat yang akan ikut untuk
menembak Bintang Johar tersebut. Semua rakyat, Menteri hulubalang punggawa dan
pembesar istana melihat kedatangan kedua kakak beradik yang kemarin ikut
sayembara. Sebagian menyingkir karena takut, ada juga yang iri dan dengki
karena mereka berdua sangat di perhatikan oleh Raja. Sebagian lagi terpana oleh
ketampanan dan kegagahan dari kedua kakak beradik ini.
Diceritakan kedua kakak
beradik ini pun ikut mengantri untuk mendapatkan kesempatan memegang senapan
untuk menembak bintang Johar. Namun karena sebagian Hulubalang Punggawa masih
merasa pongah, iri dan dengki terhadap kakak beradik ini maka kesempatan untuk
mendapatkan senjata belum juga mereka dapatkan. Setelah mereka menembak
diberikan kepada punggawa dan hulubalang lainnya, sampai pada akhirnya tidak
ada satupun pembesar, hulubalang ataupun punggawa yang dapat mengenai bintang
johar tersebut. Semua sorak sorai rakyat yang mentertawakan para Hulubalang,
punggawa dan para pembesar yang tidak satu pun mampu mengenai bintang johar pun
membahana ke seluruh alun alun. Rakyat pun di beri kesempatan untuk menembak
dan tetap tidak ada satupun yang dapat mengenai Bintang Johar tersebut.
Pada akhirnyalah, kesempatan
itu datang kepada kakak beradik Merpati Emas dan Perak. Merpati Perak
memberikan kesempatan kepada Merpati Emas untuk terlebih dahulu menembak.
“Ya kakanda, lebih baik
kakanda terlebih dahulu yang menembak,” Seru Merpati Perak sambil mengulurkan
senapan yang ia peroleh dari rakyat yang baru saja menembak.
“Baiklah adinda,” seru Merpati
Emas, ia pun membidikkan senapan ke arah bintang Johar tersebut.
“Akan ku buat meleset
tembakannya, biar kesempatan ini akan didapatkan oleh adikku. Ia sangat
mencintai Tuan Putri. Biarlah Adinda yang mengenai bintang Johar ini supaya ia
bisa mendapatkan perhatian lebih dari paduka Maharaja Sunca Rama,” Pikir
Merpati Emas, maka disengajakanlah tembakannya untuk meleset. Riuh pikuk semua
pembesar, Hulubalang dan punggawa serta rakyat yang mentertawakan Merpati Emas
lebih riuh dari orang orang lain sebelumnya. Mereka mentertawakan dan bahkan
mencibir bahkan ada yang berteriak
“Ternyata belum seberapa
pendekarnya, masih sama seperti orang lain,” sambil tertawa mereka mengejek
Merpati Emas.
Merpati Emas pun hanya tersenyum
dan memberikan senapan kepada adiknya,
“aku pun tidak pandai menembak
kak, suruh orang lain saja yang menembak,” Seru Merpati Perak karena sakit hati
kakaknya di permalukan dan merasa jemu atas perlakuan semua orang yang ada di
alun alun tersebut. Namun karena semua orang yang berada di alun alun tersebut
sudah menembak semua dan hanya Merpati Perak yang belum menembak, tidak ada hal
lagi selain menembak.
“Kakaknya pun tidak kena
apalagi adiknya,” Seru semua hulubalang pembesar Punggawa. Merasa malu di
perlakukan seperti itu, maka diambillah senapan tersebut lalu di tembaklah
Bintang Johar itu pun sampai hancur berkeping keeping. Dari Bintang Johar yang
hancur tersebut keluarlah kembang api bermancur mancuran ke udara, sambil
mengelurkan warna warni bermacam macam hijau, kuning merah dan hitam serta
merah jambu. Semua orang pun merasa takjub akan pemandangan tersebut serta
merasa takluk terhadap Merpati Perak. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka ada
yang bisa menembak setepat yang di lakukan oleh Merpati perak. Maka
dibunyikanlah tambur dan genderang sebagai tanda suka cita bahwa sayembara
telah dimenangkan oleh Merpati Perak.
Merpati Perak pun dipanggil
oleh Maharaja Sunca Rama dan dianugerahi tanda bintang perak.
“Hai Merpati Perak, hari ini
aku anegarahi engkau tanda penghargaan sebagai tanda bahwa kau memenangkan
pertandingan menembak. Ini tanda penghargaan paling mulia yang tidak boleh ada
orang lain yang memerintah kamu selain aku sebagai raja mu. Jika lau ada orang
lain yang memerintah kamu, maka kamu lihatkan tanda ini kepada mereka,” Seru
Maharaja.
Diterimanyalah tanda
penghargaan tersebut dengan tangan 10 jari dengan khidmat dan penuh bahagia.
“Ya Adinda, sekarang ikutlah
kepada kemauan kakanda, karena kakanda sangat menginginkan Merak yang bisa
berkata kata seperti manusia,” Seru Merpati Emas
“ Ya Kakanda, baiklah…walaupun
Merak itu adalah Merak jadi jadian Iblis atau setan yang bisa menyerupai apa
saja, aku tidak akan takut,” Seru Merpati Perak
“Ya Adinda, Walaupun itu iblis
atau setan tapi kita melihat merak tersebut siang hari dan nyata bukan jadi
jadian. Walaupun belum ketauan itu apa, biarlah kakanda tidak akan pulang ke
rumah.”
“Baiklah kakanda, mari kita
mencari tahu,” Sahut Merpati Perak sambil berjalan menuju hutan tempat Merak
tersebut berada.
No comments:
Post a Comment