Hanya bunyi deru dan geretan gesekan
halus gerbong kereta yang bernyanyi ditelingaku pada malam ini. Kereta malam
yang membawaku ke Surabaya melibas dingin dan gelapnya malam, melibas pikiranku
yang melayang kembali ke rumah. Berbeda dengan malam malam sebelumnya yang
selalu dihibur oleh nyanyian azam si bungsu yang melantunkan lagu kereta api
serta rentetan protes linda yang selalu meluruskan lagu sang adik.
"Ini untuk papa, untuk bacaan papa
di kereta biar inget sama linda ya," seru linda sambil memeluk dan mencium
pipi kiri dan kananku.
"Papa ati ati ya," seru azam
agak terbata karena memang baru berumur 3 tahun, yang bergantian memeluk dan
menciumku.
Ada rasa haru yang membuncah sesak di
dadaku, keinginan untuk tidak pergi sempat terlintas di kepalaku, tapi aku
harus pergi demi anak anakku, demi masa depan mereka juga. Aku pun tersenyum
dan menciumi mereka satu persatu. Kertas yang di berikan linda pun aku selipkan
di saku depan tas kerjaku.
"Linda jangan nakal dan jaga adik
azam ya," seruku pada linda sambil memeluknya,
"Azam juga jangan nakal sama teteh
linda, jaga bunda ya," keduanya aku peluk erat seakan tidak mau berpisah.
Ku lepas perjalanan ini dengan langkah
yang berat, diiringi air hujan yang seakan di tumpahkan dari langit,
menumpahkan kesedihan melihat seorang anak manusia yang harus berjuang meniti
hidup di luar kota demi anak anaknya.
Aku berkerja pada sebuah perusahaan
distributor pemasaran udang yang berpusat di Surabaya. Udang-udang tersebut di
datangkan dari daerah madura dan pesisir jawa timur. Untuk proses pengolahan
pengawetan dan pengepakan di kantor pusat Surabaya kemudian di pasarkan di
seluruh kota di Jawa. Sebelum bergabung di perusahaan ini, aku berkerja di
perusahaan retail consumer good yang berpusat di Bandung. Karir profesional ku
tersebut di mulai selepas aku meraih gelar sarjana Strata 1 di sebuah
Universitas Swasta Jakarta.
Pilihanku untuk berkerja di bandung
sangat tepat sekali, karena di kota itulah aku meniti keluarga kecilku. Dengan
mempunyai dua orang anak, paling sulung linda dan sang bungsu azam. Sedangkan
Istriku adalah seorang putri mojang asli sunda, dengan latar belakang
pendidikan Diploma 3 bahasa Inggris. Berkerja sebagai guru swasta yang tidak
jauh tempatnya dari perumahan tempat tinggal kami. Namun 1 tahun belakangan ini
istriku selalu mengeluh sakit dada setiap malam. Diagnosis dokter bahwa istriku
mengidap penyakit jantung.
Ini bermula ketika aku mengundrukan diri
dari perusahaan consumer good dimana saat itu linda merayakan ulang tahunnya
yang ke-5 tahun dan azam baru berusian 8 bulan. Saya di fitnah bawahanku bahwa
saya menerima suap dari suplier. Padahal bukti-bukti menunjukkan bahwa saya
tidak bersalah. Karena sifatku yang lebih mengalah dan merasa sudah tidak
nyaman lagi berkerja akhirnya saya mengundurkan diri. Sikap tersebut ternyata
tidak disukai istriku. Namun istriku selalu memendam perasaan tersebut dan
lebih memilih diam. Hal ini berlanjut ketika saya menerima tawaran berkerja di
Surabaya, tanpa bertukar pikiran dengan istriku. Hal ini kulakukan karena anak
anak membutuhkan biaya yang berlebih kedepannya, sehingga tawaran kerja dengan
gaji yang lebih tinggi pun menjadi prioritas ku.
Perasaan tersebut baru di tumpahkan istriku
setelah mendapatkan vonis dari dokter. Namun tanggapan dingin yang aku berikan
ke istriku dan seolah olah penyakit yang di derita oleh istriku adalah hanya
penyakit ringan dan tidak membebani pikiranku sama sekali. Aku tetap memberikan
perlakuan yang sama dan tidak ada yang berubah. Mungkin ada sesuatu yang bisa
merubahku kelak...entah siapa dan apa...
Kertas buku tulis bergaris yang hanya 2
lembar bergoyang goyang dalam peganganku mengikuti irama tubuhku yang duduk
santai dalam gerbong kereta kelas eksekutif. Terlihat tulisan kapital besar dan
kecil di tulis menggunakan pensil. Di sudut kiri atas tertulis karya Linda
kelas 2b, di tengah tengah kertas tertera judul karya anakku, "Linda dan
Keong ajaib," dibawah judul tersebut terdapat gambar kasar sketsa pensil
seorang perempuan dengan rambut panjang di kuncir menyamping di kiri, tersenyum
serta memakai gaun panjang hingga menutupi kakinya. Disamping anak perempuan
tersebut terdapat keong kecil yang sedang tersenyum.
Aku pun tertawa melihatnya,"dasar imajinasi
anak anak, tapi lumayan pintar juga untuk anak kelas 2,"pikirku, perasaan
bangga terhadap linda pun membuncah dalam senyum kecilku. Untungnya di
sebelahku tidak ada siapa siapa. Gerbong kereta ini tidak terisi penuh.
Masing-masing orang menempati dua kursi setiap deretnya menurut no kursinya.
Jadi aku pun bebas berbuat apapun tanpa harus merasa ada yang terganggu. Aku
pun mulai membaca isi cerita pendek karya anakku...
Pada suatu hari linda disuruh ibunya
untuk ke hutan mencari kayu bakar. Tiba-tiba ada yang
bilang,"toloooong....!! Linda lalu menuju ke arah yang minta tolong.
Tau-taunya ternyata itu keong yang
terjepit kayu. Linda segera mengangkat kayu itu dari si keong.
Keong itu berkata,"terima kasih,
kamu telah menolongku," kata keong (aku pun tersenyum membacanya,"ini gak bisa dua kali
di sebutkan kalau keong itu berkata,"koreksiku dalam hati)
linda terlihat kaget, "hah!!!
ka...ka...kamu...bi...bi...bisa bicara? Teriak linda sambil kaku.
"Iya, saya bisa bicara! Jawab
keong,"saya khan keong ajaib (huruf keong ajaib di besarkan dan di beri kreasi seperti
garis garis yang membentuk lingkaran spiral yang bila dilihat seperti cangkang
keong)
"Oh...jawab linda, linda pun lalu
membawa keong itu ke rumahnya. (Teriakan Oh...seperti memang pribadi anakku linda yang
jika di beri tahu atau dinasehati olehku,"kenangku)
Tiba-tiba pas di rumah, ada yang teriak
minta tolong. Ternyata itu ibunya Linda, dia sakit parah.
"Ibu..., ibu kenapa? tanya
linda," tidak apa-apa kok linda,"kata ibu menjawab.
"Ibu jangan bohong,"kata
linda,"kalau bohong masuk neraka! Kata linda juga.
"Baiklah nak!" Kata
ibu,"ibu...ibu...ibu sakit jantung!" Jawab ibu.
"Apa bu? Kata linda kaget, lalu
linda pun memanggil ambulance. Ambulance pun membawa ibunya linda ke rumah
sakit.
(Aku pun tertegun, membaca bait demi
bait percakapan terakhir."Tidak mungkin istriku menceritakan penyakitnya
ke anak-anak. Tidak ada seorang pun yang tau penyakit istriku selain aku,
istriku dan dokter konsultasi,"pikirku. "Atau jangan-jangan istriku
teledor, akh..tidak mungkin," kutepiskan argument demi argument yang
menghinggapi pikiranku, karena tadi sore ketika berangkat istriku telah
meyakinkan ku kalau tidak ada seorang pun tahu," tapi bagaimana cerita ini
bisa sama?" Pikirku sambil mataku mengulang kembali bait demi baik tulisan
anakku)
Walaupun kalut bertambah cemas, aku pun
melanjutkan kembali...
Saat tiba di rumah sakit, Linda bilang
ke keong ajaibnya. "Keong bagaimana ini ibuku sakit parah," tanya
Linda. Kata keong, "iya,sama aku tidak bisa berbuat apa-apa,"
Akhirnya dokter pun keluar dari ruangan
pemeriksaan. "Bagaimana dok," kata linda, "keadaan ibu
saya?"
Kata dokter, "mohon maaf nak,"
"Ada apa dok,"tanya linda
khawatir
"Ibu mu sudah tiada," kata
dokter
"Maksud dokter, ibu saya sudah
meninggal?" Kata Linda, ia pun menangis dan sekarang Linda pun tinggal
berdua dengan keong.
Selesai (huruf besar dengan garis dan
lekuk membentuk lingkaran atau huruf spiral. Pada huruf S di kasih mata dan
mulut yang tersenyum serta rambut yang di kuncir satu).
Untuk kedua kalinya aku pun tertegun.
Memahami makna demi makna karya anakku. Apakah aku keong yang dimaksud anakku?
Apakah nanti anak anakku akan tinggal bersama keong yang kata anakku ajaib tapi
tidak bisa memberikan hal ajaib untuk menyembuhkan ibunya Linda? Aku pun tertunduk,
menghempaskan badanku di kursi tempat dudukku, mencoba untuk meredakan emosi
haru ku dan nalar pikiranku. Ku coba untuk memandang keluar menembus kegelapan
malam tapi tidak berhasil, tidak ada sesuatu objek pun yang terpandang di depan
mataku.
Aku sayang keluargaku, aku salah
meninggalkan mereka tanpa kehadiranku. Aku salah tidak memperhatikan mereka
selama ini. "Tunjukkan jalan yang terbaik ya Tuhan, kalau menurutmu ini
yang terbaik tetapkan lah hatiku untuk berjalan, ridhokanlah dan berikan yang terbaik
sebagai penggantinya. Aku pun meraih ponselku di saku celana.
Ku putuskan untuk berhenti kerja malam
ini juga dan tidak ku teruskan perjalanan ke Surabaya. Tiba di Stasiun transit
Tugu Yogyakarta aku pun memesan tiket ke Bandung untuk pagi harinya. Sengaja
tidak aku kabari anak anakku sebagai kejutan buat mereka. Senin sore
aku pun tiba di depan rumahku, tampak lenggang dan tidak seorang pun di rumah.
Ke khawatiran ku pun meningkat, ku ambil ponsel dan menelpon kakak iparkuku, tidak ada
jawaban. Sampai ketiga kalinya akhirnya telp ku di terima, namun sambutan
tangisan yang ku dengar dari kakak iparku yang memang tinggal 2 blok dari
rumahku.
Aku memang keong, ku usahakan untuk
menghidupi kedua anakku dengan ajaib. Selalu ku usahakan hal hal ajaib untuk
mereka. Aku berusaha untuk membuat hidupku ajaib untuk mereka. Seperti harapan
anak ku Linda. Love u my princess dan my prince.
Forever and together.
No comments:
Post a Comment