Cerita bersambung bagian keempat
Merpati Mas dan Perak mencoba berlatih perang
Tersebutlah Maharaja
Syahriyuna masih menanggung sakit dan sengsara di dalam hutan. Hal ini tidaklah
merupakan sebuah bencana yang di turunkan oleh Tuhan karena kelakuan Maharaja
Syahriyuna yang merasa iri hati dan dengki dengan saudara tuanya, sehingga
harus menanggung akibat dari perbuatannya. Setengah dari cerita ini juga
menceritakan bagaimana Maharaja Syahriyuna diberi makan dan di rawat oleh Merak
Mas sehingga dari orang yang tidak bisa bergerak dan berbicara sedikitpun
menjadi pulih hampir seperti sedia kala. Betapa besar budi Merak Mas terhadap
Maharaja Syahriyuna, walaupun sebenarnya Merak Mas pun tidak menyadari bahwa
yang ia tolong adalah Maharaja Syahriyuna Ayah dari Tuan Putri Budi Wangi. Pada
suatu hari datanglah Merak Mas mengunjunginya dan berkata.
“Ya Tuanku,
Mintalah tuan empunya darma
Beta menolongi tuan beberapa lama
Harap tuan sudi terima
Beta hendak mengetahui Tuan punya nama.”
Maka Maharaja
Syahriyuna pun menjawab. “Ya Merak Mas, bahwa akulah ini seorang raja dari
Negeri Banduburi dan namaku adalah Maharaja Syahriyuna dan akulah orang tua
dari Tuan Putri Budi Wangi.”
Merak mas pun merasa
terkejut dan segera berlaku hampir seperti bersujud sambil menyembah ia
berkata.
“Ya tuanku, bahwa
sesungguhnya
Patik tidak kenal sekali
Yang tuanku ini raja asali
Pada tuanku raja terpilih
Harap ampun kebawah duli
Bukannya patik ini obati
Pada sangka patik tuanku mati
Tiada disangka raja yang sakti
Baiknya patik membawakan makanan dengan seperti
“Hai Merak, budi mu
sangat besar dan akan terbalas. Tetapi sekarang bagaimana kabarnya tentang
negeri, anak dan istriku, rakyat dan menteriku, rasaku aku harus mencari tahu.”
Ujar Maharaja Syahriyuna sambil bangkit dan berjalan menuju keluar hutan.
Sedangkan Merak Mas tidak dapat berkata apa-apa lagi dan membiarkan Maharaja Syahriyuna
melihat sendiri keadaan negerinya.
Ketika sampai di
tepi hutan, ia melihat negerinya sudah menjadi tanah lapang, pikirannya pun
teringat akan harta benda, rakyat dan menteri serta istrinya yang sudah mati
tenggelam kedalam air, sedangkan anaknya tidak ketahuan rimbanya. Rasanya
seperti kiamat jika teringat akan hal tersebut. Namun Maharaja melihat di
tengah lapang terpandang seperti semut berkerumun, maka raja pun menanyakan
kepada Merak Mas.
“Hai Merak Mas,
apakah itu ditengah tengah lapangan berkumpul hitam hitam?”
“Ya Tuanku,
Itu adalah anak anak raja cari mutiara
Dalamnya anak tuanku yang sedang sengsara
Hilang budi patik dengan bicara
Jadi dibuat seperti sayembara
Pada suatu tempat di mana kolam
Yang airnya itu sangatlah dalam
Seorang pun tiada dapat menyilam
Selulup di air beberapa jam.” Kata kata pantun Merak Mas menjawab pertanyaan
Maharaja Syahriyuna.
Maharaja pun
berpikir,”Jikalah demikian tentu anakku Tuan Putri Budi Wangi sudah pasti mati,
apakah gunanya aku pergi kesana, terlebih baik aku menurutkan kehendak hatiku.
Aku pun sudah tidak berdaya lagi, harta perbendaharaan pun tidak punya, tidak
ada lagi harapan, negeri pun kosong lagi bersih dan tidak ada satupun rumah
yang berdiri, begitupun rakyatku tentu semuanya telah tiada.”
Maharaja Syahriyuna
pun akhirnya berkata kepada Merak Mas.”Hai Merak Mas, apakah banyak manusia
disana terdapat salah satu menteriku ataupun rakyatku.”
Merak Mas pun
menjawab sambil menyembah.” Ya tuanku,
Jangankan seorang manusia
Sedang ayam bebek patik cari sampai payah
Semuanya itu dapat bahaya
Satu negeri tiada yang jaya
Semuanya itu sudah binasa
Negeri luas jadi leluasa
Seorang manusia di cari susah
Hanya yang ada mutiara jua senantiasa.”
Maharaja pun
berpikir kembali.”jikalau demikian keadaannya, lebih baik aku pergi dari sini,
bahwa di dalam mutiara tidak bisa di tebak, apakah benar Tuan Putri atau bukan,
apakah sudah Mati ataukah masih hidup. Lebih baik aku serahkan hidup anakku
Tuan Putri Budi Wangi kepada Yang Maha Kuasa, semoga ia selamat, kalaupun ia
masih hidup semoga masih bisa bertemu.” Raja pun berkata kembali kepada Merak
Mas.
”Hai merak mas yang
budiman, pada hari ini juga aku memutuskan untuk berjalan menurut kehendak
langkah kakiku. Tiada lagi aku masuk kenegeri ku, amat lebur binasa rasanya mau
kiamat. Kamu kembalilah pulang pada tempatmu, moga moga kamu selamat. Jikalau
memang tuan putri masih hidup, biarlah kamu jaga baik baik tuan putri,
janganlah kamu khawatirkan aku.”
Merak mas pun
mengembangkan sayapnya dan menyembah serta berkata.”Ya Tuanku,
“doakanlah biar selamat
Pada anak Tuanku harap syafaat
Tuan putri pun supaya mendapat rahmat,didalam zaman
masa dan saat.”
Setelah berkata kata
maka Merak mas pun kembali pada tempatnya, sedangkan Maharaja Syahriyuna pun
berjalan dengan menurutkan langkahnya. Lakunya seperti orang gila, sesekali
suka berkata kata sendiri, bernyanyi bahkan berpantun dan tertawa tawa sendiri,
habis tertawa lalu menangis sejadi jadinya. Ia berjalan hanya bertelanjang
badan dan tanpa menggunakan alas kaki, ia berjalan masuk hutan keluar hutan,
masuk rimba keluar padang, gunung gunung tinggi pun di jalani. Siang malam
berjalan tiada berhenti. Jikalau berhenti hanya untuk tidur dan ia pun tidur
ala kadarnya seperti dibawah pohon atau di batu batu bahkan dirumput rumput
sesuka hatinya. Jika hatinya ingin tidur diatas pohon, ia pun melakukannya dan
pagi pagi sekali ia pun melanjutkan perjalanannya tanpa mandi sedikitpun.
Setelah 3 bulan
melakukan perjalanan tanpa tentu dan tanpa arah, akhirnya pada suatu hari
Maharaja Syahriyuna pun bisa berpikiri jernih kembali.
“Aku ini seperti
orang gila saja, apa yang sudah terjadi ya terjadilah. Buat apa aku pikirkan
dan tidak berkesudahan. Terlebih baik aku bertapa di suatu tempat daripada aku
berjalan dengan tiada gunanya.” Pikir Maharaja Syahriyuna.
Ia pun mencari
tempat untuk bertapa, lalu bertemulah ia dengan sebuah pohon yang amat besar
dan sangat lebat sekali daunnya. Dikarenakan daunnya lebat maka suasana disekitar
pohon tersebut sangat teduh dan adem. Keanehan pohon tersebut yaitu mempunya
daun 7 warna serta tidak ada sehelai daun pun yang berguguran disekitar pohon
tersebut, sehingga di sekitar pohon tersebut tampak bersih, hal tersebut
membuat maharaja heran dan takjub. Karena pohon tersebut besar sekali terdapat
sebuah rongga yang mirip dengan goa, maka masuklah Maharaja Syahriyuna kedalam
pohon tersebut. Didalamnya terdapat batu putih yang amat besar dan lebar berbentuk
persegi, disitulah Maharaja Syahriyuna dengan niat hati bersih dan tulus ikhlas
duduk, kedua tangannya bersedekap dan sungguh sungguh menyerahkan diri serta
membaca pengajiannya, ia pun memulai pertapaannya.
Diceritakan bahwa
tempat ia bertapa bernama Gampa Anih-Anih, sebab orang dahulu menamakannya
demikian karena pohon tersebut mempunyai daun yang berwarna 7, tempatnya bersih
seperti tersapu dan di belakang pohon tersebut terdapat pagar dari besi.
Dibawah pohon tersebut terdapat aliran air yang ternyata masih merupakan bagian
dari laut. Jika air laut sedang pasang atau berombak ombak maka di bawah pohon
tersebut berbunyi juga menggeru geru dan menggoncangkan tanah di sekitar pohon
tersebut, yang kata orang juga bahwa dahulu kala tempat tersebut bekas lautan.
Tersebutlah ketika
matahari sudah tinggi dan hampir waktu tengah hari, kedua kakak beradik yang
masih tertidur pulas di puncak gunung akhirnya tersadar bangun dikarenakan
sengatan sinar panas matahari.
“Ya Adinda Merpat
Perak, apa yang sudah terjadi pada kita. Sepertinya kita tergoda iblis atau
setan.’ Seru Merpati Mas terkejut ketika menjumpai bahwa matahari sudah
menjelang tengah hari.
“Ya Kakanda,
sesungguhnya sangat nyatalah kebenaran kata-kata orang-orang tua, bahwa merak
merupakan kesukaan atau alat bermainnya setan atau iblis.” Seru Merpati Perak
sambil tertawa yang disambut oleh kakaknya Merpati Mas dengan tertawa juga.
“nyatalah bahwa kita
ini sedang dipermainkan. Oleh karena itu marilah kita binasakan sekalian
rajanya yang semalam sudah pandai bermain pantun sebagai penggoda hati.” Seru
Merpati Mas, lalu keduanya segera mencari Merak Mas yang semalam mereka jumpai.
Diceritakan bahwa
Merak mas sudah pergi ketempat seperti biasanya di tepi kolam tempat tuannya
berada, jikalau sudah malam barulah ia kembali ke tempatnya. Jadi ketika kedua
kakak beradik tersebut mencari Merak
Mas, mereka tidak menjumpainya, maka diambillah merak merak lainnya, pikir
mereka. “jika tidak dapat rajanya, lebih baik rakyatnya di binasakan saja.”
Maka dibawanyalah merak merak yang lain dan lalu menuju Istana Tuan Putri Sari
Rasmi seperti biasanya untuk menjual merak merak tersebut.
Diceritakan bahwa
didalam negeri tersebut banyak para prajurit yang berlatih perang perangan,
setiap hari Perdana menteri, punggawa, semuanya keluar berlatih memakai
senjata. Kedua saudara setiap hari selesai membawa unggas untuk dijual kepada
Tuan Putri Sari Rasmi selalu berkesempatan untuk menonton mereka berlatih,
sehingga mereka sangat hapal dan tau
mengenai pemakaian senjata pedang, aturan dan permainannya dalam hal potong
memotong dan tembak menembak.
Pada suatu hari Raja
dalam Negeri yang bernama Maharaja Sunca Rama menyuruh Menterinya mengeluarkan
seluruh prajurit untuk berlatih perang besar besaran. Maka keluarlah seluruh
prajurit seperti semut, bertalu talu suara orang dan derap langkah menuju ke
medan pertempuran. Setelah semuanya keluar dan berbaris rapi maka berpisahlah
mereka membentuk 2 pihak yang saling berhadapan. Ada lima orang yang membawa
tambur terus di tabuh bertalu talu dan meriam meriam pada kedua pihak pun sudah
terisi layaknya perang sungguhan. Genderang perang pun sudah di bunyikan,
mendengar hal tersebut banyak orang orang para rakyat biasa tidak melewatkan
kesempatan yang langka ini untuk menonton,
termasuk kedua kakak beradik yang telah berada di pinggir medan
pertempuran. Setelah genderang perang telah di bunyikan, maka berhadapanlah
keduanya, bersiap siap melakukan formasi untuk bertembak tembakan dan bertombak
tombakan serta tikam menikam, yang mana pendekar ataupun yang paling bijaksana pun
dapat menantang musuhnya di tempat tersebut.
Maharaja Sunca Rama
telah berada pada salah satu pihak sedangkan Menteri pertama pun sudah berada
di pihak yang berada di Timur. Mereka sama sama menggunakan kereta dan para
prajurit pun sangat riuh rendah suaranya. Pada saat itu dari barisan Menteri
pertama keluarlah seorang punggawa yang amat gagah, matanya merah dan dengan
berkendaraan kuda yang berwarna hitam keluar menuju ke pihak Maharaja Sunca
Rama untuk menantang salah satu punggawanya. Maka keluarlah salah satu punggawa
dari pihak Maharaja Sunca Rama untuk menantang punggawa tersebut. Mereka lalu
bertikam tikaman serta bertangkis tangkisan. Pada saat itu memang terlihat
mereka sama sama kuat, sehingga bertambah serulah pertarungan tersebut. Jika punggawa
satu memalu maka punggawa dari Maharaja pun menangkis, jika ia menyabet maka
punggawa tersebut menghindar dan melompat begitu sebaliknya. Namun pada
akhirnya punggawa dari pihat Maharaja salah tangkis yang berakhir dengan tangan
terluka, maka mundurlah ia kebelakang menyerah.
Setelah melihat
kemenangan dari punggawa menteri satu, maka prajurit dari pihak menteri pun
mengelu elukan punggawa tersebut, riuh rendah suara mereka ramai. Ia pun
berkata kepada prajurit prajurit dari pihak Maharaja Sunca Rama,
“Manakah lagi
kawanmu, marilah melawan kepadaku.” Serunya pongah sambil menunjuk satu persatu
prajurit prajurit dari pihak Maharaja.
Maka majulah salah
satu punggawa lainnya. Mereka saling berhadap hadapan dan tanpa aba aba sudah
mulai menyerang, sekarang mereka berganti senjata menjadi tombak. Mereka saling
tombak menombak dan tangkis menangkis yang pada akhirnya punggawa dari pihak
raja pun terkena pada lehernya dan menyerah. Maka bersoraklah kembali prajurit
dari pihak Menteri satu atas kemenangan punggawa tersebut.
Pertarungan
berikutnya adalah pahlawan dari pihak menteri dan pihak raja dengan memakai
gada besi. Mereka saling pukul memukul dan palu memalu. Suara besi bertemu besi
saling berdenting tak tik tuk. Namun pahlawan dari Raja sepertinya terdesak. Ia
terus bertahan menghadapi gempuran dari pahlawan Menteri. Pada akhirnya karena
tidak kuat bertahan dan menahan pukulan gada pahlawan menteri pada gadanya, ia
pun terkena pukulan gada besi itu di pundaknya dan gadanya pun terlepas dari
pegangannya jatuh ke bumi. Ia pun pada akhirnya mundur menyerah. Maka
bersoraklah kembali prajurit prajurit dari pihak menteri satu. Demikian lah
satu persatu pahlawan dan prajurit serta punggawa saling hadap berhadapan dan
bertempur, namun tidak ada satupun dari pihak raja yang dapat menang menghadapi
pihak Menteri satu.
Merpati Mas dan
perak pun merasa kasihan melihat prajurit prajurit dari pihak raja. Maka
Merpati Perak pun berkata,
“Ya kakanda, marilah
kita coba masuk bermain bercampur dengan prajurit prajurit dari pihak raja,
karena dari awal pihak raja tidak ada yang bisa menang melawan prajurit dari
pihak menteri.”
“Ya Adinda, bisakah
kita masuk bergabung, jika memang tidak dikasih ijin melawan, maka malulah kita
di hadapan rakyat sekalian yang ada disini.” Seru Merpati Mas sangsi bisa
bergabung dengan prajurit Raja.
“Masakan kita tidak
bisa bergabung, mari kita coba-coba dahulu,” Seru Merpati Perak sambil berjalan
masuk ke dalam shaf shaf prajurit perang nya Raja. Merpati Mas yang melihat
kelakuan Merpati Perak pun dengan langkah ragu ragu akhirnya ikut bergabung
dengan saudaranya masuk ke dalam shaf shaf prajurit Raja. Kebetulan pada saat
itu hulubalang dari pihak menteri berteriak berseru seru mencari penantang.
“Manakah lagi
musuhku, marilah melawan kepadaku.” Maka Hulubalang dari pihak raja yang sudah
pada turun mentalnya pun tidak ada yang berani maju karena mereka niscaya
percaya sudah pasti kalah juga melawan.
Merpati perak dan
Mas pun mencoba untuk menghadap ke Menteri kedua yang berada di pihak Raja.
“Ya Tuan Menteri,
ampun tuanku, patik adalah orang luar. Jikalah tuanku berkenan kami hendak
masuk mencoba-coba saja untuk masuk bergabung pada prajurit tuanku dan
bertanding melawan pihak menteri, jika di perbolehkan.” Ujar Merpati Perak
memohon dan menyembah.
“Hai Anak muda,paras
kalian teramat baik dan bagus, mana mungkin kalian mau bertanding dengan
segenap hati kalian. Tapi jika kalian memaksa, baiklah saya tidak akan melarang
dan silahkan bertanding.” Ujar menteri kedua di pihak raja berkata.
Merpati perak pun
mengambil senjata dua bilah gada besi dan Merpati mas pun bersejatakan pedang
yang telah tersedia disana. Merpati perak sudah berhadapan dan mulai bertanding dengan hulubalang yang tadi
berteriak menantang. Dua bilah gada besi di tangan Merpati perak bagaikan kayu
yang dengan mudah diputar putar serta di pukulkan pada gada hulubalang pihak
menteri. Hulubalang tersebut terdesak dan merasa sudah tidak kuat memegang gada
besinya untuk menangkis serangan dari Merpati perak dan pada akhinrya menyerah.
Riuh rendah dengan nyaringnya para prajurit dari pihak raja membahana karena
baru pertama kalinya mereka menang dalam pertandingan ini.
Maka majulah
pahlawan dari pihak menteri dengan marah menggelegak karena temannya kalah oleh
orang luar. Maka berhadapanlah mereka
dan berpalu paluan dan bertikam tikaman. Karena terlewat amarah, pahlawan
tersebut tidak terkontrol lagi dalam melawan sehingga akhirnya bisa
dimanfaatkan oleh Merpati perak dengan memukulkan gada besinya ke tangan
pahlawan tersebut sehingga gadanya jatuh ke bumi dan ia pun dengan sendirinya
jatuh juga terpeleset karena salah melangkah. Dengan rasa malu ia pun
mengundurkan diri dan mengaku kalah disambut oleh gemuruh kemenangan oleh
prajurit raja dengan sahut menyahut. Maju juga seorang punggawa berhadapan
dengan Merpati Perak, yang pada akhirnya punggawa tersebut kalah karena
lambungnya terkena oleh gada besinya Merpati perak sehingga punggawa tersebut
pun jatuh kebumi. Melihat para punggawa punggawa dari pihak menteri satu, kalah
satu demi satu dari orang luar, para punggawa lainnya pun merasa geram dan
memutuskan untuk mengkeroyok Merpati perak. Maka majulah 12 orang punggawa dari
pihak menteri satu untuk mengkeroyok Merpati Perak.
Melihat adiknya di
keroyok sedemikian rupa, Merpati Mas pun tidak tinggal diam. Ia pun dengan
segera bergabung dengan adiknya untuk membantu. Satu demi persatu mereka
kalahkan dan diusir dari arena pertandingan, sehingga akhirnya tertinggal 3
orang, yang ketiga orang ini pun juga lari lintang pukang karena sudah terkena
hantaman gada Merpati perak ataupun sabetan pedang dari Merpati Mas. Merpati
Mas sebenarnya merasa menyesal telah mengikuti nafsu adiknya sehingga mereka
harus dikeroyok orang. Namun apa boleh buat, mereka harus bisa memenangkan pertarungan
ini. Melihat kemenangan dari kedua kakak beradik ini dipihak raja, maka
Prajurit pihak raja pun bergemuruh berteriak gembira dengan sangat gempar.
Prajurit dari pihak
raja bersorak sorai dengan tujuh kali teriakan dan merasa heran dengan
kegagahan kedua kakak beradik ini. Maka Maharaja Sunca Rama pun menggeleng
gelengkan kepalanya dengan takjub melihat kegagahan kedua kakak beradik ini
dalam bermain senjata dan menghadapi 12 musuh sekaligus. Maka Maharaja Sunca
Rama pun memanggil Menteri kedua.
“Hai menteri, anak
siapakah itu dan siapakah namanya serta dimana tempat tinggalnya?” Tanya
Maharaja Sunca Rama.
“Ampun beribu ribu
ampun tuanku, patik tiada mengetahui.” Sahut menteri merasa bersalah karena
sebelumnya tidak menanyakan kepada kedua kakak beradik tersebut asal muasalnya.
“Baiklah kalau
begitu, suruh mereka menghadap kepadaku.” Titah Maharaja.
“Baiklah Tuanku.”
Seru Menteri undur diri dan segera mencari Merpati Mas dan Perak untuk
dihadapkan kepada raja.
Setelah itu Maharaja
Sunca Rama menyuruh untuk menabuh genderang tanda latihan telah usai dari pihak
raja. Lagian Matahari sebentar lagi masuk ke dalam peraduannya dan berganti
dengan malam hari. Mendengar genderang di tabuh dari pihak raja, maka menteri
pertama pun menyuruh orang untuk menabuh genderang dari pihaknya. Perang
perangan pada hari itu pun usai. Latihan di tutup dengan ditembakkannya meriam
sebanyak 3 kali menambah kemeriahan terakhir yang bisa dinikmati dan didengar
oleh rakyat. Mereka semua berkumpul dalam sebuah pasukan besar lalu kembali
pulang. Maharaja Sunca Rama dengan didampingi oleh keempat menterinya yang
berpangkat pun kembali pulang.
Kegagahan Merpati
Mas dan Perak dalam latihan perang tersebut sangat termasyur dan terkenal
sampai menjadi buah bibir rakyat dan para prajurit. Sebagian ada yan g
mengetahui bahwa mereka adalah tukang pemikat burung dan yang lainnya tidak
mengetahui sehingga menjadi tanda tanya siapakah mereka dan dari mana mereka
berasal. Diceritakan bahwa Merpati Mas dan perak di panggil oleh raja untuk
menghadap, maka datanglah kedua kakak beradik tersebut kehadapan raja dengan
sembah sujudnya.
“Siapakah nama dan
apakah perkerjaanmu dan dimanakah negeri dan ibu bapakmu? Tanya Sang Raja
membuka percakapan pada saat itu.
Dan maukah kamu
menjadi bawahan dan orang kepercayaanku, aku percaya kepadamu karena melihat
rupa, kelakuan dan tingkah lakumu. Sepatutnya kamu anak raja baik baik, atau
kamu anak berpangkat dan bangsawan, karena keahlianmu menunjukkan padaku dan
badanmu juga sepatutnya kamu anak orang baik baik. Dan maukah kamu menjadi bawahanku
dan niscaya akan aku beri pangkat sepatutnya.” Cecar sang raja bertanya
penasaran karena terkagum akan keahlian kedua kakak beradik ini di arena
latihan perang.
“Mohonlah hambamu
ampun akan Tuanku, adapun hambamu inilah anak orang miskin yang tiada
berpengetahuan dan tempat hamba juga di bawah perintah tuan juga, perkerjaan
hamba adalah seorang pemikat burung, nama hamba ini adalah Merpati mas dan ini
adalah adik hamba Merpati Perak. Mohonlah hamba ampun beribu ampun dibawah
telapak kaki tuanku, bahwa janganlah marah kepada hamba, bukannya hamba tidak
mau memegang perkerjaan yang tuanku tawarkan kepada hamba, sebab malulah hamba
pada bumi tanah hamba. Hamba berharap jika memang ada tulisan, dilain waktu
hamba bisa menerima pangkat Tuanku, karena hamba masih terlalu muda dan masih
kanak kanak, takutlah khilaf atau salah langkah sehingga mengakibatkan bencana.
Karena juga hamba masih suka jalan mengembara dan keliling disemua tempat.”
Jelas Merpati Mas menjawab satu persatu
pertanyaan dari Sang Raja.
“Hai Merpati Mas dan
Perak, baiklah jika begitu. Aku bisa memahami, namun pada esok hari aku akan
membuat sayembara, siapa yang dapat memenangkan pertandingan yang akan aku
adakan besok, dia akan mendapatkan tanda bintang kehormatan dariku.” Ujar sang
Raja menjelaskan.
Setelah selesai
berkata kata, maka pulanglah semua Menteri pada istananya. Sedangkan Merpati
Mas dan Perak selesai bersembah sujud kembali kerumah orang tuanya. Pada saat
itu hari sudah menjelang malam dan mereka pun berbincang bincang sepanjang
perjalanan menuju ke rumah.
“Ya Adinda, Menurut
mu bagaimana tentang sayembara yang diadakan oleh raja?” Tanya Merpati Mas pada
adiknya Merpati perak.
“Ya Kakanda, aku
sepertinya berminat untuk ikut dalam sayembara tersebut.” Ujar Merpati perak
dengan lantang yang membuat kakandanya tersenyum mendengar suara lantang
Merpati perak, mengingatkan kerasnya juga hati Merpati Perak akan jatuh
cintanya kepada Tuan Putri Sari Rasmi. Merpati mas pun lalu berkata.
“Ya Adinda, asalkan
tidak di kerubuti oleh 12 orang seperti tadi siang.” Keduanya pun sama sama
tertawa terkenang kisah tadi siang sambil melangkahkan kaki menuju rumahnya di
Kanca Wanis.
No comments:
Post a Comment