Merpati Mas dan Perak Berjumpa dengan Merak Mas
Tersebutlah Merpati
Mas dan Perak dalam Negeri Pura Nurani Kampung Kanca Manis, masih memikirkan tawaran
dari Putri Sari Rasmi. Bapaknya Bujangga Tala dan Ibunya Sekar Harum menasehati
mereka supaya mereka menolak untuk masuk berkerja sebagai kepercayaan raja.
Kedua orang tuanya sangat mencintai kedua anaknya bagai bulan dan matahari.
Mereka sangat takut kalau kedua anaknya terbunuh di medan perang sehingga
mereka akan susah hati kehilangan anak anaknya. Merpati Mas dan Perak pun
mendengar dan menerima nasehat dari kedua orang tuanya, namun di lain sisi
Merpati Perak masih terkenang dengan kecantikan Tuan Putri Sari Rasmi. Ketika
hari telah Pagi, seperti kebiasaan sehari hari, mereka sudah mulai berjalan ke
tempat perburuan.
Diceritakan bahwa
Kedua Kakak beradik tersebut jika sampai ke Gunung Biranda Wangi adalah ketika
matahari sudah tinggi sekitar jam 10 sedangkan pulang dari tempat perburuannya
adalah sekitar Jam 4. Sedangkan Merak Mas yang memang berkediaman di Gunung
Biranda Wangi telah pergi dari gunung tersebut pagi pagi sekali dan pulang
setelah matahari terbenam. Sehingga ketika kedua kakak beradik tersebut
menangkapi unggas unggas yang disana, tidak dapatlah berjumpa dengan Merak Mas.
Setelah mereka telah mendapat unggas yang mereka inginkan dan merasa cukup.
Pulanglah mereka kembali ke istana raja untuk menjual unggas unggas tersebut. Para
dayang dayang yang suka dengan unggas pun sangat senang dan membeli dari kedua
kakak beradik tersebut.
“Ya tukang unggas,
pandai sekali kalian menangkap burung burung ini dalam keadaan hidup serta
banyak. Banyak tukang unggas yang menangkap unggas namun sudah dalam keadaan
yang sudah mati serta tidak begitu banyak,” ujar para dayang dayang memuji
keahlian memikat burung kedua kakak beradik tersebut.
“Ya tukang pandai
memikat burung, jika sudi menjadi langganan saya, singgahlah kapan kapan
kerumah saya, makan makan, ngerokok atau sirih, Jikalau sudi juga kita
perpanjang menjadi sahabat,” ujar dayang dayang yang lain.
Seketika itu,
mendengar ribut ribut riuh di luar serta mendengar suara kedua kakak beradik
yang memang sedang dinanti nanti dan dirindu datang, bergegaslah Tuan Putri
Sari Rasmi datang, serta berkata, “mana unggas yang terbaik?” Seketika itu maka
Merpati Perak mempersembahkan beberapa ekor merak.
“Ya Tuan Putri,
hanya inilah perburuan yang terbaik hamba peroleh melainkan Merak jua.” Ujar Merpati
Perak
“Berapa ekorkah
semuanya?” Tanya Tuan Putri
“Dua belas ekor.”
“Hai tukang pemikat,
inilah saya berikan upahnya hanya separuh dulu saja, sisanya nanti saya bayar
dan berhutang padamu.” Seru Tuan Putri Sari Rasmi
“Hai dayang, mana
tempat rokok dan sirihmu? Suruhlah ia duduk dahulu. Namanya juga langganan
datang, sediakanlah teh atau kopi.” Titah lanjutan dari tuan Putri kepada
dayang dayangnya. Tuan Putri pun menyediakan Anggur dan Zabib Delima kehadapan
kedua kakak beradik tersebut.
“Santaplah tukang pemikan santaplah tuan
Janganlah tukang pemikat malu maluan
Kalaukan boleh jadi sahabat dan kawan
Tambahlah lagi airnya cangkir dan cawan.”
Maka tersenyumlah
kedua kakak beradik tersebut mendengar pantun sang tuan Putri, Merpati mas pun
menjawab pantun tuan putri.
“Ya Adinda masakan kakanda tiada santap
Inilah jua lagi dihadap
Buah buahan banyak yang sedap sedap
Buah buahan inilah sudah lengkap”
Merpati perak pun
melengkapi pantung sang kakak
“Ya Kakanda, apa kita balas pada Tuan Putri
Menerima budi setiap hari
Jikalau tiada kuat dipikul mati berdiri
Budi apa kita memberi”
Tersenyumlah Tuan
Putri Sari Rasmi mendengar pantun kedua kakak beradik tersebut. Ia pun membalas
kembali pantun kedua kakak beradik tersebut.
“Pandainya ini tukang pemikat
Tiada balasan yang baik balas yang jahat
Bukan disuruh pikul enteng dan berat
Kalaukan panjang kita bersahabat”
Setelah selesai
bersantap, Tuan putri pun bertanya, “ Ya tukang pemikat, apakah kabar hatimu
mengenai maksud tawaran memegang perkerjaan raja?
“Ya Tuan Putri, hati
hamba belum ada maksud untuk menerima hal tersebut. Belum ada hati untuk
berniat karena belum ada takdir dari bapak pengarang.” Sembah kedua kakak
beradik tersebut menjawab pertanyaan sang Tuan Putri.
“Siang dan malam
hari hidupmu di dalam hutan, waktu tengah hari sangat terik, sayang sayang
sekali air mukamu yang manis dan bagus serta tidak bosan dipandang akan menjadi
hitam tersengat sinar panas matahari. Nanti menjadi sakit kepala dan merah di
badan karena terjemur sinar matahari,” Seru Tuan Putri.
“Ya Tuan Putri,
susungguhnya kata Tuan Putri ada benarnya juga. laksana hamba ini unggas yang
hidup didalam hutan pencarian makanan pun adalah daun daunan dan buah buahan
yang ala kadarnya di hutan, namun jika di taruh didalam negeri dengan di paksa
ia akan berkeluh kesah, hawa dan nafsu hidupnya pun berbeda dengan ia berada di
dalam hutan sebab makanan dan minuman serta mandinya pun bukan seperti yang ia
inginkan karena di beri oleh sang pemilik peliharaan.” Seru Merpati Mas sambil
menyembah sopan.
“Ya Tuan Putri,
sesungguhnya jika memang lain hari ada peruntungan yang sudah di tentukan hamba
ini pasti akan menjadi hamba raja. Namun tidak boleh hari ini namun lain hari.
Karena sekarang ini hati hamba masih ingin menjadi pemikat burung. Karena hamba
ini laksana Cuk masih muda menjadi cuk yang hidupnya di air. Barangkali
kalau sudah tua akan berbalik menjadi nyamuk yang terbang keatas udara.” Ujar
Merpati Perak menambahi apa yang sudah dikatakan oleh kakaknya Merpati Perak.
Mendengar apa yang
dikatakan oleh kedua kakak beradik tersebut, ingin rasanya Tuan putri mencubit
bibir kedua pemuda tersebut yang pandai berkata kata. Ia pun mengerti apa yang
dikatakan kedua kakak beradik tersebut dan tersenyum. Setelah selesai
berbincang , maka kedua kakak beradik tersebut pamit pulang.
“Ya tukang pemikat,
esok datanglah lagi dan bawakan burung yang indah indah. Jangan di bawa ke
tempat yang lain.” Titah Tuan Putri Sari Rasmi.
“ Baiklah Tuan
Putri,” Seru kedua kakak beradik sambil menyembah dan beringsut untuk keluar
dari Istana tersebut.
Adapun sebenarnya
Tuan Putri sangat suka sekali kepada Unggas dan burung. Ia telah membuat
kandang dan kurungan burung yang terbuat dari besi. Sepanjang jalan di dalam
taman di penuhi dengan kandang dan kurungan yang berisi unggas dan burung
burung yang berupa rupa warna dan jenisnya. Setiap pagi dan sore disuruhnya
para pembantu untuk membersihkan dan memandikan serta memberi makan unggas dan
burung burung tersebut.
Tersebutlah Merpati
Mas dan Perak ketika keluar dari istana melihat banyak sekali prajurit punggawa
dan Menteri Hulubalang membawa senapan dan Tombak berbaris secara teratur dan
rapi. Dilihatnya juga mereka sedang berlatih menggunakan senjata dan
mengendarai kuda, setengahnya juga sedang berlatih menggunakan besi. Kedua
kakak beradik tersebut sangat tertarik sekali melihat hal tersebut sehingga
pada akhirnya menonton para prajurit yang sedang berlatih tersebut. Setelah
hari kian sore, maka berhentilah para prajurit tersebut berlatih dan kedua
saudara tersebut kembali ke rumahnya. Mereka berjanji untuk setiap sore
menonton para prajurit tersebut berlatih karena mereka sangat suka sekali
melihatnya.
Pada suatu hari,
mereka kemalaman untuk kembali ke rumahnya dan takut jika mereka pulang besok
harinya mereka akan kesiangan bangunnya. Maka Merpati Mas berkata.
“Ya adinda Merpati
Perak, Sepertinya kita akan bermalam di tepi gunung Biranda Wangi karena hari
telah malam.”
“Baiklah kakanda
jika memang itu yang terbaik menurutmu.” Jawab Merpati Perak menurut apa yang
dititahkan oleh Kakandanya. Maka kedua kakak beradiknya pun segera menuju kaki
gunung Biranda Wangi tersebut dan bermalam disana. Pada saat itu bulan sangat
terang sekali. Merpati perak malam itu tidak bisa tidur, ia merasa gelisah dan
terus terbayang bayang wajah sang Tuan Putri Sari Rasmi, sebentar bentar
menarik nafas, hatinya sangat tergila gila dengan Tuan Putri Sari Rasmi.
Ditambah suara beberapa burung Merak yang terdengar bersuara mengalun alun
menambah rasa rindunya pada Tuan Putri Sari Rasmi. Akhirnya ia melihat seekor
Merak yang tingkah lakunya seperti manusia, menari dan membuka sayap, melenggak
lenggok kanan dan kiri seperti manusia yang bermain di tengah terangnya bulan.
Itulah Merak Mas yang sudah kembali dari menengok Tuan Putri Budi Wangi. Ia
rupanya teringat kepada Tuan Putrinya, ketika pada saat terang bulan ia bersama
Tuan Putri serta para dayang dayang bermain dan menari. Merasa tidak betah dan
merasa sendiri di gunung tersebut akhirnya ia pun mengepak kan sayapnya
mengelilingi kaki gunung tersebut sebagai pengobat pelipur laranya.
Saat itu Merpati
Perak sedang berbincang bincang dengan Merpati Mas.
“ Ya Kakanda, Adinda ini tiada dapat beradu (tidur)
Sebab hati rawan dan rindu
Tiada dapat obat menjadi udu (sukar)
Adinda masuk juga menjadi soldadu
Sebab terkenang dengan Tuan Putri
Terbayang pada wajahnya seri (tersenyum)
Beradu tiada bisa sebab pikiri
Apakah lantaran supaya jadi istri.”
Setelah Merpati Mas
mendengar apa yang diutarakan oleh adiknya, maka berdebarlah hatinya. Ia
teringat bahwa mereka adalah orang miskin yang mencari makan juga di hutan,
mana mungkin bisa manaruh hati pada Tuan Putri anak seorang raja. Untuk
menutupi rasa terkejutnya, maka sambil tersenyum Merak Mas pun menjawab.
“Ya Adinda,
Mungkinkah kita bisa beristrikan seorang anak raja, sedangkan raja sama sama
raja pun jarang bisa diterima, jarang juga yang beristrikan seorang anak putri
Raja, ada juga yang beristri dengan anak perdana menterinya juga. tetapi jika
Adinda menaruh hati rindu pada Tuan Putri, alangkah baiknya di tahan terlebih
dahulu dengan sabar.”
“Ya Kakanda, kabar
dari ayahanda bahwa sekali kali ia berkata bahwa kita adalah turun temurun
keturunan Raja besar. Ketika Kakek wafat, saudara mudanya yang dengki hati merebut
kedudukan menjadi raja sehingga Ayah kita pun pegi keluar dari negerinya tanpa
arah bersama dengan bunda. Padahal Ayah adalah saudara tua dan berhak atas
kedudukan tersebut bukan saudara mudanya. Karena kita masih punya mamanda
(paman) yang menjadi raja maka kita adalah keponakan raja tersebut, maka itu
kita masih ada keturunan raja.” Jelas Merpati Perak membalas perkataan
Kakandanya. “Oleh karena itu kakanda, kita harus mencari asal usul serta sanak
saudara kita.” Sambung Merpati perak.
“Ya Adinda, Kakanda
ingat bahwa mamanda kita adalah bernama
Maharaja Syahriyuna dan nama negerinya adalah Bandaburi. Tetapi kakanda
tidak tahu dimana letaknya negeri tersebut. Apakah di Utara, Selatan, Timur
ataukah barat. Tetapi jikalau untuk mencari sanak saudara, kakanda masih merasa
malu sekali karena takut tidak diakui. Bapak pun pergi saja tidak dicari atau
dilarang oleh Mamanda, bahkan jika perlu bapak pergi jauh sekali biar bapak
tidak merongrong kedudukan mamanda sebagai raja. Maka itu Kakanda selalu
menurut apa yang dikatakan oleh Ayahanda
dari kecil sampai dewasa begini bahkan sampaI tua nanti, bahwa jangan sampai
mempunyai rasa dengki dengan saudara, niscaya putuslah tali saudara. Alangkah
baiknya jika saling tolong menolong, Adinda menolong dan kakanda pun menolong
kepada Adinda.” Jelas Merpati Mas mengingatkan saudaranya sehingga adiknya pun
teringat akan nasehat orang tua mereka.
Merak Mas pun
mendengar seperti ada suara manusia yang berada diwilayahnya. Dilihatnya ada
dua orang sedang berbincang bincang di terangnya sinar bulan. Bertambah heran
lah dia karena kedua orang tersebut sangatlah tampan dan parasnya sangat baik
serta enak dipandang. Maka Merak Mas pun mendengar apa yang dikatakan oleh
kedua orang tersebut berharap bahwa apa yang dikatakan oleh kedua orang
tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya. Selesai mendengar apa yang
diperbincangkan oleh kedua kakak beradik tersebut, maka Merak Mas pun
berpantun.
“Beli Roja (Seroja) campur Melati
Anak Pandu bergelar Menteri
Dasaran keturunan Raja yang sakti
Bertemu jodoh dengan Tuan Putri
Sedang terang cahaya bulan
Disapu awan hilang cahayanya
Barang dinanti tahun yang kebetulan
Sekarang bertemu pada dianya”
Merpati mas dan
perak pun merasa terkejut karena mendengar ada suara manusia yang berpantun.
Mereka pun khawatir kalau rahasia mereka berdua ketahuan oleh orang lain. Maka
mereka pun mencari cari sumber suara, dilihatnya kanan dan kiri serta keatas
pohon maka terlihatlah seekor Merak yang bersinar bulu dan kakinya. Segera
mereka melontarkan batu keatas tangkal pohon tempat bertenggernya Merak Mas
tersebut. Merak itu pun segera terbang dan mendarat diatas tanah dan
mengembangkan sayapnya sambil berpantun.
“janganlah tuan suka begitu
Baik ditanya dahulu kabar yang tentu
Supaya patik persembahkan satu persatu, niscaya tuanku
dapat anak peratu
Dengar jua persembahan beta
Dengar dahulu apa yang dikata
Jikalau tuanku mau mutiara bertatah
Mari mengikutlah pada kita.”
Mendengar bahwa yang
berkata kata tersebut adalah Merak. Maka Kedua saudara tersebut segera memburu
merak tersebut. Terlebih lagi merak tersebut sangat berbeda dengan merak lain
dari bulu pun lebih sangat berbeda dan cantik. Merak ini pun sangat lincah
sekali dalam berkelit, segala usaha daya upaya dikerahkan oleh kedua kakak
beradik ini dalam memburu Merak Mas. Sebentar dekat sebentar jauh, lompat
kekanan dan lompat ke kiri. Merak ini pun berbeda dengan merak merak lain yang
di tangkap oleh kedua kakak beradik ini. Jika merak lain di panggil justru
mendekat dan jinak sedangkan merak ini malah menjauh. Tidak terasa mereka
mengejar merak Mas sampai ke atas puncak gunung dan hari pun sudah menjelang
tengah malam.
Bulan hampirkan masuk, rembang dan suram
Sepotong terang dan sepotong malam
Cahayanya hampirkan kelam
Sebab bulannya mau tenggelam
Pada akhirnya Merak
Mas pun hinggap di tempat yang sangat gelap pada sebelah timur gunung tersebut,
sehingga merak pun sudah tidak terlihat lagi oleh kedua kakak beradik tersebut.
Maka tinggallah kedua kakak beradik tersebut terenggah engah mencari keberadaan
Merak Mas tersebut. Mereka sangat heran sekali dengan Merak satu ini, bertanya
tanya dalam hati apakah setan, jin atau kah peri mambang yang menggoda mereka.
Karena lelah mencari maka mereka putuskan untuk berhenti mencari dan disambung
esok hari mengingat hari telah lewat dari tengah malam.
“ Ya Adinda, marilah
kita beristirahat disini, esok kalau di sudah keluar akan kita teruskan untuk
menangkapnya.” Ujar Merpati Mas sambil menghempaskan tubuhnya ke tanah bebatuan
di puncak gunung tersebut.
Setelah hari
menjelang pagi dan tedengarlah kokok ayam hutan digunung tersebut, Merak pun
keluar dan bertebangan kesana kemari untuk menggoda kedua kakak beradik tersebut.
Sedangkan kedua kakak beradik tersebut masih belum sadar dari tidur mereka
karena kelelahan. Merak Mas pun akhirnya menuju saluran air tempat biasa setiap
pagi ia mandi dan minum bersama dengan merak merak lainnya. Setelah matahari
sudah tinggi , masih dilihatnya kedua kakak beradik tersebut masih tertidur,
sedangkan pada pikirannya ia ingin membangunkan kedua kakak beradik tersebut dan
memberi tahu keinginannya untuk memberi tahu jalan pada tempat tuannya yang
berada didalam kulit mutiara.
“Kalaukan kedua
kakak beradik ini masuk kedalam air tentu dapat menolong tuannya,” pikir Merak
Mas, namun kedua kakak beradik tersebut belum bangun juga sampai dengan
matahari tergelincir, maka Merak Mas pun berpantun
“Bangunlah tuanku anak pemikat
Karena matahari sudahkan tinggi
Entah rumahnya jauh dan dekat
Haripun sudah lewat pagi
Janganlah beradu kelewat nyadar
Baiklah bangun bersiram badan
Jikalau tiada bangun patik pergi/mengedar
Masuklah patik di negeri dan di medan.”
Namun kedua kakak
beradik itu pun belum juga bangun, pada akhirnya Merak mas pun terbang pergi
dari tempat tersebut menuju ke seluruh negeri untuk memberi tahu seluruh orang,
anak anak raja serta anak menteri hulubalang. Siapa tahu diantara beberapa
orang bisa menolong Merak Mas untuk masuk kedalam air dan mengambil mutiara,
karena barang siapa orang yang dapat mengambil mutiara tersebut akan
mendapatkan tuan Putri didalamnya. Banyak yang tertarik dengan kata kata Burung
Merak tersebut, sampai semuanya mengikuti ke arah Merak Mas terbang sampai ke
tepi kolam, sehingga penuhlah tepi kolam tersebut layaknya sebuah sayembara.
No comments:
Post a Comment