Monday, October 4, 2021

DONGENG MERPATI MAS DAN MERPATI PERAK DALAM CERITA TUAN PUTRI DIDALAM KULIT MUTIARA (Bagian Pertama)


Pengantar
Merpati mas dan Merpati Perak merupakan karya dari Muhammad Bakir. Saya mengambil suntingan dari Henri Chambert Loir yang secara cerdas sudah mengumpulkan dan berusaha untuk menyatukan suntingan suntingan tersebut menjadi cerita yang sangat menarik. Namun sesuai dengan perkembangan zaman. Membaca karya karya lama merupakan sesuatu yang sangat sulit bagi masyarakat awam. Untuk itu perkenankan saya mencoba untuk menyadur menjadi sebuah karya dalam bahasa kekinian namun harfiah dan maksud serta tujuannya dicoba dan sedapat mungkin bisa sesuai dengan karya asli dari Muhammad Bakir. Semoga berkenan....


DONGENG MERPATI MAS DAN MERPATI PERAK
DALAM CERITA TUAN PUTRI DIDALAM KULIT MUTIARA
Bagian Pertama


Tersebutlah pada suatu zaman ada sebuah negeri dengan nama Banduburi. Negeri ini diperintah oleh Maharaja Sahriyuna. Raja tersebut mempunyai kakak kandung yang memang sudah sangat lama tidak berjumpa. Hal tersebut dikarenakan saudara kandungnya tersebut sudah bertahun tahun tidak diketahui dimana adanya dan tempat tinggalnya, serta juga tidak di ketahui apakah saudaranya tersebut sudah mati ataupun sudah meninggal.
Hal tersebut terjadi dikarenakan timbulnya rasa permusuhan, dengki dan iri  hati diantara keduanya. Adiknya mempunyai peruntungan yang lebih baik dari kakaknya sehingga ia memutuskan untuk keluar dari negeri tersebut dan mencari peruntungan di negeri lain. Namun setelah sekian lama peruntungan sang kakak tidak malah membaik melainkan jatuh miskin. Setelah ayah mereka meninggal, hubungan saudara mereka akhirnya sudah tidak bisa bertahan lama dan terputus sama sekali. Hal ini juga dikarenakan sang kakak malu untuk bertemu adiknya yang karena kekayaannya sudah menjadi penguasa dinegeri nya, sedangkan ia masih hidup dalam kemiskinan.  
Diceritakan bahwa Maharaja Sahriyuna mempunyai wilayah kekuasaan yang besar. Kekuasaan tersebut di dapatnya dari menaklukkan beberapa raja-raja disekitar daerahnya. Karena kekuasaannya yang besar tersebut maka Raja mempunyai banyak pengaruh yang besar serta disegani diantara raja raja lain. Kemasyuran Maharaja Sahriyuna juga bukan dikarenakan mempunyai wilayah yang besar, namun ia juga mempunyai seorang Anak Perempuan yang kecantikannya termasyur sampai keseluruh pelosok negeri. Kecantikan putri tersebut terkenal karena ia mempunyai paras muka yang cantik berkilauan, sehingga ia di beri nama Tuan Putri Budi Wangi. Sedari kecil Putri Budi Wangi diajarkan seluruh ilmu pelajaran mengenai adat istiadat dan budi perkerti serta Agama. Sehingga bertambah juga kecantikan dalam hal adat istiadan dan budi perkertinya. Wajar saja ia terkenal sampai seantero negeri, sehingga banyak anak anak raja yang lain menaruh rasa penasaran untuk berjumpa dengan Tuan Putri Budi Wangi, kata pepatah “seperti orang yang ingin makan mangga muda.”
Tuan Putri Tersebut mempunyai seekor Merak Mas yang di pelihara oleh dia dari kecil hingga besar. Siang Malam, Merak tersebut diperlakukan seperti teman Tuan Putri, selalu diajak bertutur kata dan mengobrol bersama dengan dayang dayang dan mak inang. Sehingga Merak Mas tersebut bisa mengerti dan dapat berbicara seperti layaknya manusia. Sehari hari selain diajak berkomunikasi, merak itu pun juga diajak bermain main dengan pantun, sehingga Merak itu pun menjadi pandai berpantun juga. Karena kepintaran merak itu, Tuan putri pun menjadi bertambah sayang, begitupun merak tersebut. Makan, minum, tidur dan bangun pun mereka selalu bersama sama. Merak Mas pun sangat pandai sekali memberi hiburan hati sang putri disaat gundah, sehingga menjadi bahagia kembali. Dengan gayanya yang selalu menari dan membuka sayapnya, ia pun berpantun berupa sindiran
Sungguh Kuatlah pagar duri
Dibuat Pagar Negeri Banduburi
Apa takut dan Ngeri
Asal Jauhari tentu dapat baiduri
(jauhari adalah berasal dari bahasa arab yang berarti permataku, sedangkan baiduri adalah batu permata yang mempunyai warna beraneka ragam warna dan bentuknya)
                Tuan putri pun tersenyum,” Hai Merak Mas, Pandai sekali kau berkata seperti itu. Janganlah menyakitkan hatiku dengan berprasangka sesuatu yang belum pasti jadi,” Mendengar perkataan putri tersebut Merak emas pun terdiam.
                Para dayang pun menanggapi pantun Merak tersebut,” Hai Merak Mas, janganlah suka menebak sesuatu yang belum tentu pasti, nanti susah di belakang hari, tidakkah kau mendengar pantun orang zaman sekarang,
                Daun Bawang saya patahkan
                Kayu sebatang baik ukirkan
                Barang yang belum jangan nyatakan
                Kayu sebatang baik ukirkan
                Barang yang datang baik pikirkan
                Merak Mas pun tertawa mendengar hal tersebut serta terbang ke belakang Tuan Putri. Sambil membuka sayapnya Merak Emas pun berbalas pantun kembali
                Pohon Pepaya buahnya satu
                Buahnya gugur diatas batu
                Sebabnya saya kata begitu
                Tentulah mendapat barang sesuatu
                Bukannya intan dikata batu
                Cahaya intanlah nomor satu
                Barang yang belum bukannya tentu
                Gerangan terdapat anak perahu
                Mendengar hal tersebut, Tuan putri pun semakin berdebar hati. Kalau memang sungguh maknanya seperti itu maka menjadi gundahlah hati sang Putri. Untuk menutupi perasaan gundahnya segera dimarahinya lah Merak Mas tersebut.
”Janganlah berkata sembarang jika tidak tahu, nanti Aku tidak akan memberi makanan kepadamu selama 3 hari lamanya,’ Seru Sang Putri pura pura marah.
Merak Mas pun merasa malu dan segera terdiam merajuk mendengar marahnya Tuan Putri. Walaupun tuan putri sebenarnya tidak benar benar marah dan hanya mempermainkan perasaan Merak Mas saja. Dengan ekor matanya Tuan Putri memberikan isyarat kepada dayang dayangnya untuk memberi makan kepada Merak Mas. Para Dayang pun segera memburu Merak Mas dan sambil berkata
                “Marilah Tuan pada Bunda dan janganlah merajuk,” seru para Dayang dayang sambil tertawa. Merak Mas pun segera terbang dan tidak mau pergi kearah dayang dayang. Ia pun masih terdiam dan tidak mau melihat kearah dayang dayang yang kebingungan.
                “Sudahlah Tuan, Marilah pada Ayunda. Ayunda hanya bermain main saja dan tidak punya maksud apa apa,” Seru Tuan Putri yang  pada akhirnya mengalah dan pergi kearah Merak Mas. Ditangkap, dipeluk serta di ciumnya  Merak mas dan di bawa keperaduannya. Diberinya makanan buah buahan Delima dan Zabib(buah anggur yang dikeringkan atau kismis), Anggur dan Kurma. Maka barulah senang hati Merak mas dan bersantap makan bersama dengan Tuan Putri.
                Sebermula, Kakak tertua Maharaja Sahriyuna hidup dalam kemiskinan. Ia hidup seperti tidak ada saudara. Ia ditemeni oleh istrinya dan hidup di sebuah negeri bernama Pura Nurani, kampungnya bernama  Kanca Manis. Ia pun memakai nama Kyai Bujangga Tala dan istrinya bernama Nyai Sekar Harum. Didalam kampung tersebut kedua Suami istri tersebut belum pernah merasakan kesenangan dan tetap bergelut dengan kemiskinan.
                Setelah sekian lama Istinya pun akhirnya mengandung. Selama dalam masa kehamilannya, suatu hari Istrinya pun mengidam ingin sekali memakan daging burung Merak. Mendengar Hal tersebut Bujangga Tala pun bingung bukan kepalang. Ia pun bertanya tanya ada apa yang terjadi dengan anak yang didalam kandungannya, karena keinginan istrinya itu pun berbeda dengan keinginan orang hamil pada umumnya. Karena sayang dengan Istri dan anak yang sedang dikandung, ia pun bersiap untuk berburu. Ia membawa jemparing dan sumpitan dan berjalan ke arah sebuah gunung yang bernama Biranda Wangi, karena disana banyak berkumpul merak. Ketika sampai, dijumpainya sebuah kumpulan merak. Disumpitnya dengan jumparing dan berterbanganlah merak merak tersebut karena merasa terusik. Namun belum ada satupun yang kena sasaran. Tidak merasa lelah Bujangga Tala pun segera menebar jumparing lagi dan terus memburu merak. Tidak terasa ia berburu sampai dengan tergelincirnya matahari, belum ada satu pun yang terkena. Merasa masih tanggung ia pun meneruskan perburuannya, seperti kata pepatah 
jinak jinak gesit
jika dihampiri ia pun diam namun jika sudah dekat
ia pun terbang berkawan kawan
dengan suaranya mengalun alum memberi rawan
bilang ratus bilang ribuan
tiada terhitung banyaknya hewan
                Akhirnya lewatlah sekor rajanya Merak Putih. Ia pun memperhatikan betapa uletnya Bujangga Tala dalam berburu, sehingga ia merasa kasihan kepada anak manusia tersebut.
                “Kalau gerangan manusia ini ada keinginannya yang ikhlas dan berkeinginan kuat dengan rakyatku ini baiklah akan aku berikan,” Ujar sang Raja Merak berbisik sambil terus memperhatikan.
Ia pun menyuruh rakyatnya untuk menyerahkan diri ke Bujangga Tala. Sehingga ada dua ekor Merak yang rela menyerahkan dirinya, namun mereka masih ingin menguji kesabaran Bujangga Tala dalam memburu mereka. Ketika sampai di hadapan bujangga Tala, Kedua ekor Merak tersebut di sumpit oleh Bujangga Tala dan terbang ke arah kanan. Disumpitnya lagi dan mereka terbang ke arah belakang Bujangga Tala. Mereka selalu terbang dan mengelak tidak jauh dari Bujangga Tala sehingga membuat ia menjadi merah mukanya karena marah. Dibantingnya sumpit dan segera mengugulung lengan baju dan celananya. Sambil membaca mantra ia pun segera melompat dan menyergap kedua burung tersebut yang akhirnya tertangkap juga. Ia pun membawa pulang kedua burung tersebut dengan sukacita, lalu memberikannya ke Nyai Sekar Harum untuk di bikinkan lauk pauk makan mereka.
Berharap akan keselamatan anak dan istrinya dalam melahirkan, akhirnya Bujangga Tala melakukan tapa 40 hari 40 malam tanpa makan dan minum sampai dengan istrinya melahirkan. Akhirnya Istrinya melahirkan dua orang putra kembar dengan paras yang kedua duanya sangat tampan dan menarik hati. Maka bersuka citalah kedua orang suami istri tersebut dan menamakan anak yang pertama dengan nama Merpati Mas dan yang kedua bernama Merpati Perak. Nama tersebut di berikan untuk mengenang saat saat istrinya menidamkan daging burung merak sehingga Bujangga Tala pun memberikan nama yang berhubungan dengan nama burung. Bertambah hari dan bertambah besar semakin kelihatanlah ketampanan mereka berdua bagai pinang dibelah dua. Mereka di berikan pakaian dan bermain tidak pernah di pisahkan. Kehadiran mereka berdua sangat membahagiakan dan sebagai pengobat pelipur lara bagi kedua pasangan suami istri tersebut, sehingga mereka sangat menyayangi kedua putra mereka.
Syahdan, kedua anak tersebut yang memang merupakan keturunan raja raja yang sakti. Semenjak kecil mereka berdua melakukan hal hal yang dimana anak anak kecil lain takut, mereka malah berani. Mereka sudah biasa keluar masuk hutan dimana hutan tersebut banyak binatang buas dan terlarang bagi manusia untuk memasukinya. Jika ibu dan bapaknya tidak mempunyai uang, mereka berdua berburu anak macan dan dijuallah binatang tersebut ke para pembesar yang ada di pasar. Uang hasilnya di berikan kepada ibu dan bapaknya untuk makan sehari hari. Karena keberanian mereka banyak orang heran dan terkagum kagum, belum lagi ketampanan mereka berdua dan keluhuran budi perkerti mereka sangat mengangkat pamor kedua suami istri tersebut di kampung mereka. Mengingat sebelumnya bujangga tala dan istrinya tidak pernah di pedulikan oleh orang orang kampung tersebut karena kemiskinan mereka. Sehingga kehadiran kedua putra mereka membuat keluarga mereka disegani dan di takuti oleh penduduk kampung.
                Ketika Merpati mas dan Merpati perak berumur 18 tahun, makin kelihatanlah ketampanan mereka bagai kuntum bunga yang baru mekar. Semakin besarlah perhatian orang orang kepada mereka berdua baik tua maupun kecil. Apalagi kaum perempuan banyak yang terpikat kepada mereka berdua dan bahkan ada juga kaum laki laki pun banyak yang mempunyai hasrat birahi terpendam kepada mereka. Hal ini membuat Ayahnya Bujangga Tala gundah hatinya dan khawatir bahwa hal ini akan menjadi bencana bagi mereka.
                Pada masa itu Merpati mas dan merpati perak telah selesai menuntut ilmu, maka Bujangga Tala pun berniat untuk mengajak mereka untuk berbincang bincang mengenai masalah yang membuat ia khawatir.
                “Hai Anakku, Ayahanda sangat khawatir mengenai perkerjaan kalian selama ini. Kalian boleh kemanapun pergi mencari rejeki namun janganlah bermain main dengan perempuan” Nasehat pembuka ayahnya yang membuat Merpati Mas dan Perak merasa berdebar debar hatinya. Karena mereka tidak pernah berbuat hal senonoh yang dikatakan oleh ayahnya tersebut.
                “Jikalah demikian, baiklah esok hari aku akan seharian pergi dari rumah, supaya tidak mencederai nama baik Ayah dan bundaku,” pikir Merpati mas dan perak dikarenakan ucapan ayahanda mereka yang sangat berbekas dihati mereka berdua.
                Keesokan harinya, setelah selesai mandi, Merpati Mas berkata kepada adiknya,” Ya Adinda Merpati Perak, bagaimana menurutmu...karena sedari kita kecil kita tidak mempunyai kepandaian apapun dalam berkerja, menjadi kuli kita tidak pandai, berkerja batu atau di pertukangan kita tidak bisa. Yang kita bisa dari kecil hanyalah menangkap anak macan atau anak gajah, pelanduk, kijang atau menjangan. Hanya itulah yang kita bisa dan kita jual ke pasar,” Jelas Merpati Mas kepada Merpati Merak.
                “Sungguh benar Kakanda, namun jika kita memikat hewan hewan tersebut sepertinya sudah tidak berguna. Alangkah baiknya jika kita memikat hewan hewan yang berterbangan indah indah warnanya dan merdu suaranya untuk kita jual kepada saudagar saudagar kaya. Mereka sangat menyukai hewah hewan tersebut,” Jelas Merpati Perak
                “baiklah kalau begitu, mari kita pergi,” Ajak Merpati Mas yang setuju dengan pendapat Merpati Perak.
                Maka pergilah mereka berniat untuk berburu segala macam burung. Di sepanjang perjalanan mereka banyak bertemu binatang binatang buas. Namun bukannya mereka yang malah takut namun para binatang buas merasa segan dan takut untuk bertemu dengan mereka. Mereka lebih baik menghindar untuk bertemu ataupun bertatap muka dengan Merpati Mas dan Perak. Mereka menjelajahi hutan tersebut sampai pada akhirnya mereka menemukan suatu tempat dengan banyak pohon-pohon yang teramat besar. Tempat tersebut dinamakan Rangdu Lati, terlalu banhyak burung didalamnya, berterbangan kesana kemari dengan rupa yang indah indah serta suara yang merdu. Ditempat itulah mereka menangkapi segala jenis burung dengan mudahnya dan dengan sesuka hati mereka
                “Ya kakanda, mudah mudahan ini sangat disukai oleh para saudagar saudagar kaya,” Teriak Merpati perak berharap
                “ Benar Adinda, ini merupakan hewan hewan yang sangat mereka senangi, bukan hanya para saudagar, orang kampung dan para perempuan pun sangat suka terhadap hewan hewan ini,” Jelas Merpati Mas sangat girang.
                Setelah hampir sore, barulah mereka beranjak dari tempat tersebut dengan membawa beberapa ekor burung. Sesampainya di kota mereka menjual seluruh burung yang mereka bawa tanpa ada yang tersisa kepada saudagar saudagar kaya raya. Setiap hari akhirnya mereka melakukan perkerjaan tersebut dari hampir keluar matahari sampai dengan matahari terbenam barulah mereka pulang kerumah, dengan membawa hasil penjualan burung mereka. Semua hasil penjualan mereka serahkan pada ibu dan bapaknya. Seluruh daerah Rangdu Lati semua mereka jelajahi lalu mereka berpindah ke tempat lain semakin jauh dan semakin jauh, sampai pada akhirnya ke daerah gunung Biranda Wangi tempat Bujangga Tala bapaknya mendapatkan burung merak ketika istrinya mengidam.Didaerah tersebut Merpati Emas dan Perak merasa tidak asing. Mereka sepertinya sudah pernah ke daerah tersebut atau sudah pernah bermimpi mengenai daerah tersebut.
                Setelah menjelajah daerah tersebut Merpati Emas dan perak pun kembali ke kota dan menjual kembali seluruh tangkapan mereka. Mereka pun tidak segan segan masuk ke dalam Istana Istana raja raja untuk menawarkan tangkapan mereka. Karena Merpati Emas dan Perak mempunyai wajah yang tampan sehingga banyak para putri putri raja serta dayang dayang yang menjadi langganan mereka. Bahkan banyak yang berpesan bahwa Merpati Emas dan Perak besok hari menjual tangkapannya kepada mereka saja. Semakin hari semakin banyak saja yang mengenal Merpati Emas dan Perak baik itu anak anak raja, putri raja dan mak inang, dayang dayang, istri para punggawa dan istri perdana Menteri bahkan rakyat di seluruh antero Negeri Pura Nurani.
                Tersebutlah di dalam negeri ada seorang Tuan Putri bernama Tuan Putri Sari Rasmi, sedangkan nama Rajanya adalah Maharaja Sunca Rama.
                “Hi Dang Santi, Tolong panggilkan aku tukang burung itu,” Seru Tuan Putri kepada dayang dayangnya. Maka segeralah Dayang dayang tersebut mencari dan membawa Merak Mas dan Perak ke hadapan Tuan Putri Sari Rasmi.
                “Ya tukang pemikat burung, jika suatu saat menangkap burung dan kebetulan Burung Bayang dan Nuri, janganlah di jual pada tempat yang lain, segeralah bawa kemari, biar harganya berapa nanti kita bayar,” Titah sang Tuan Putri ketika Merak Mas dan Perak sudah berada di hadapannya.
                “Baiklah Tuanku, pada esok hari nanti tuan bawa kemari,” Sahut Merak Mas dengan hormat. Setalah berkata demikian, mereka undur diri dan kembali kampung mereka Kanca Wanis.
                Sepeninggal Merpati Mas dan perak pulang, Tuan Putri ternyata menaruh hati kepada Merpati Mas. “Anak siapakah gerangan dia, sangat elok sekali parasnya dan dimanakah kampungnya. Baiklah esok hari aku akan mencari tahu asal usulnya. Mereka berdua bagai pinang di belah dua tidak ada bedanya, laksana seperti kembang boja.” Pikir Tuan Putri termenung membayangkan Merpati Mas dan Perak.
                Keesokan harinya, dengan semangat kedua kakak beradik tersebut sudah dalam perjalanan menuju hutan untuk mencari pesanan dari Tuan Putri Sari Rasmi. Sangat begitu mudah dan tidak memerlukan waktu lama, pesanan Tuan Putri pun sudah didapat dan dalam perjalanan menuju ke Istana. Tuan Putri Sari Rasmi pun sangat suka cita melihat kedatangan kedua orang tersebut dengan membawa pesanannya. Setelah di bayar sesuai dengan kesepakatan, Tuan Putri pun bertanya mengenai asal usul dan nama mereka berdua.
                “Ya Tuan Putri, Ampun Tuanku di perbanyak ampun, nama hamba Merpati Mas dan saudara patik ini Merpati Perak, hamba pun tidak beribu dan tidak berbapak, maka hidup hamba ini didalam hutan saja.” Seru Merpati mas menunduk hormat dan menutupi asal usul mereka mengenai Ayah dan Ibunya.
                “Baiklah kalau begitu Merpati Mas dan Merpati Perak. Jikalau demikian halnya, apalah gunanya hidup didalam hutan, terlebih enaklah memegang perkerjaan sebagai kepercayaan raja, bisa mendapat derajat dan pangkat yang besar,” Jelas Tuan Putri menawarkan sebuah perkerjaan kepada mereka berdua.
                Sementara itu sambil kakaknya berbicara menunduk, Merpati Perak yang sedari tadi berada di belakang kakaknya, terus menatap Tuan Putri Sari Rasmi terkesima melihat kecantikannya. Ia pun menaruh hati pada Tuan Putri. Sedangkan Merpati Mas berpikir keras mengenai tawaran dari Tuan Putri tersebut dan akhirnya ia pun berkata.
                “Ya Tuan Putri, baiklah tawaran tuan Putri patik junjung tinggi, tapi berikan kesempatan kepada hamba untuk berpikir,”
                Maka kembalilah mereka berdua kekampungnya Kanca Wanis untuk mengabarkan tawaran Tuan Putri kepada ayahnya Bujangga Tala dan ibunya Sekar Harum. Setelah mendengar kabar tersebut ibunya pun menangis dan berkata kepada mereka berdua.
                “Ya Anakku, buah hati bunda, cermin mata tangkai kalbu, bahwasanya orang yang berkerja sebagai pemegang kepercayaan Raja bukanlah perkara mudah. Sama saja laksana orang menjual nyawa,” Sahut ibunya sambil terus berlinang air mata.
                “Ya Anakku, pikirkanlah kembali karena perkerjaan tersebut bunuh membunuh, kelak ada perang kalian pun mau tidak mau harus ikut berperang. Terlebih baik menjadi orang miskin, tidak banyak khawatir.” Ayah nya pun Bujangga Tala ikut mengomentari dan memberi nasehat kepada mereka.
                Merpati Mas dan Perak pun terdiam mendengar nasehat dari kedua orang tua mereka. Namun pikiran Merpati Perak sangat ingin memegang perkerjaan tersebut karena menaruh hati kepada Tuan Putri Sari Rasmi. Begitu juga Putri Sari Resmi pun juga menaruh hati kepada pemikat burung tersebut. Hal ini membuat gundah hati Merpati Perak, membuat kakaknya merpati Mas pun bertanya kepadanya heran karena tingkah laku Merpati Perak tidak seperti biasanya.
                “Ya Adinda, Kenapa adinda berkeluh kesah seperti itu, ada apa kah gerangannya?
                “Ya Kakanda, hati Adinda ini sangat teringat sekali dengan Tuan Putri Sari Rasmi,” Sahut Merpati perak sambil menghembuskan nafas dan kembali termenung. Merpati Mas pun hanya bisa tersenyum.
Bersambung.......








No comments:

Post a Comment

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO