Pengantar
Merpati mas dan Merpati Perak merupakan karya dari Muhammad
Bakir. Saya mengambil suntingan dari Henri Chambert Loir yang secara cerdas
sudah mengumpulkan dan berusaha untuk menyatukan suntingan suntingan tersebut
menjadi cerita yang sangat menarik. Namun sesuai dengan perkembangan zaman.
Membaca karya karya lama merupakan sesuatu yang sangat sulit bagi masyarakat
awam. Untuk itu perkenankan saya mencoba untuk menyadur menjadi sebuah karya
dalam bahasa kekinian namun harfiah dan maksud serta tujuannya dicoba dan sedapat
mungkin bisa sesuai dengan karya asli dari Muhammad Bakir. Semoga berkenan....
DONGENG
MERPATI MAS DAN MERPATI PERAK
DALAM
CERITA TUAN PUTRI DIDALAM KULIT MUTIARA
Bagian
Pertama
Tersebutlah pada suatu zaman ada sebuah negeri dengan nama Banduburi.
Negeri ini diperintah oleh Maharaja Sahriyuna. Raja tersebut mempunyai kakak
kandung yang memang sudah sangat lama tidak berjumpa. Hal tersebut dikarenakan
saudara kandungnya tersebut sudah bertahun tahun tidak diketahui dimana adanya
dan tempat tinggalnya, serta juga tidak di ketahui apakah saudaranya tersebut
sudah mati ataupun sudah meninggal.
Hal tersebut terjadi dikarenakan timbulnya rasa permusuhan, dengki dan
iri hati diantara keduanya. Adiknya
mempunyai peruntungan yang lebih baik dari kakaknya sehingga ia memutuskan untuk
keluar dari negeri tersebut dan mencari peruntungan di negeri lain. Namun
setelah sekian lama peruntungan sang kakak tidak malah membaik melainkan jatuh
miskin. Setelah ayah mereka meninggal, hubungan saudara mereka akhirnya sudah
tidak bisa bertahan lama dan terputus sama sekali. Hal ini juga dikarenakan
sang kakak malu untuk bertemu adiknya yang karena kekayaannya sudah menjadi
penguasa dinegeri nya, sedangkan ia masih hidup dalam kemiskinan.
Diceritakan bahwa Maharaja Sahriyuna mempunyai wilayah kekuasaan yang
besar. Kekuasaan tersebut di dapatnya dari menaklukkan beberapa raja-raja
disekitar daerahnya. Karena kekuasaannya yang besar tersebut maka Raja
mempunyai banyak pengaruh yang besar serta disegani diantara raja raja lain. Kemasyuran
Maharaja Sahriyuna juga bukan dikarenakan mempunyai wilayah yang besar, namun
ia juga mempunyai seorang Anak Perempuan yang kecantikannya termasyur sampai
keseluruh pelosok negeri. Kecantikan putri tersebut terkenal karena ia
mempunyai paras muka yang cantik berkilauan, sehingga ia di beri nama Tuan
Putri Budi Wangi. Sedari kecil Putri Budi Wangi diajarkan seluruh ilmu
pelajaran mengenai adat istiadat dan budi perkerti serta Agama. Sehingga
bertambah juga kecantikan dalam hal adat istiadan dan budi perkertinya. Wajar
saja ia terkenal sampai seantero negeri, sehingga banyak anak anak raja yang
lain menaruh rasa penasaran untuk berjumpa dengan Tuan Putri Budi Wangi, kata
pepatah “seperti orang yang ingin makan
mangga muda.”
Tuan Putri Tersebut mempunyai seekor Merak Mas yang di pelihara oleh
dia dari kecil hingga besar. Siang Malam, Merak tersebut diperlakukan seperti
teman Tuan Putri, selalu diajak bertutur kata dan mengobrol bersama dengan
dayang dayang dan mak inang. Sehingga Merak Mas tersebut bisa mengerti dan
dapat berbicara seperti layaknya manusia. Sehari hari selain diajak
berkomunikasi, merak itu pun juga diajak bermain main dengan pantun, sehingga
Merak itu pun menjadi pandai berpantun juga. Karena kepintaran merak itu, Tuan
putri pun menjadi bertambah sayang, begitupun merak tersebut. Makan, minum,
tidur dan bangun pun mereka selalu bersama sama. Merak Mas pun sangat pandai
sekali memberi hiburan hati sang putri disaat gundah, sehingga menjadi bahagia
kembali. Dengan gayanya yang selalu menari dan membuka sayapnya, ia pun
berpantun berupa sindiran
Sungguh Kuatlah pagar duri
Dibuat Pagar Negeri Banduburi
Apa takut dan Ngeri
Asal Jauhari tentu dapat baiduri
(jauhari
adalah berasal dari bahasa arab yang berarti permataku, sedangkan baiduri
adalah batu permata yang mempunyai warna beraneka ragam warna dan bentuknya)
Tuan putri pun tersenyum,” Hai
Merak Mas, Pandai sekali kau berkata seperti itu. Janganlah menyakitkan hatiku dengan
berprasangka sesuatu yang belum pasti jadi,” Mendengar perkataan putri tersebut
Merak emas pun terdiam.
Para dayang pun menanggapi
pantun Merak tersebut,” Hai Merak Mas, janganlah suka menebak sesuatu yang
belum tentu pasti, nanti susah di belakang hari, tidakkah kau mendengar pantun
orang zaman sekarang,
Daun Bawang saya patahkan
Kayu sebatang baik ukirkan
Barang yang belum jangan
nyatakan
Kayu sebatang baik ukirkan
Barang
yang datang baik pikirkan
Merak Mas pun tertawa mendengar
hal tersebut serta terbang ke belakang Tuan Putri. Sambil membuka sayapnya
Merak Emas pun berbalas pantun kembali
Pohon Pepaya buahnya satu
Buahnya gugur diatas batu
Sebabnya saya kata begitu
Tentulah mendapat barang sesuatu
Bukannya intan dikata batu
Cahaya intanlah nomor satu
Barang yang belum bukannya tentu
Gerangan
terdapat anak perahu
Mendengar hal tersebut, Tuan
putri pun semakin berdebar hati. Kalau memang sungguh maknanya seperti itu maka
menjadi gundahlah hati sang Putri. Untuk menutupi perasaan gundahnya segera
dimarahinya lah Merak Mas tersebut.
”Janganlah berkata sembarang jika tidak tahu, nanti Aku tidak akan
memberi makanan kepadamu selama 3 hari lamanya,’ Seru Sang Putri pura pura
marah.
Merak Mas pun merasa malu dan segera terdiam merajuk mendengar marahnya
Tuan Putri. Walaupun tuan putri sebenarnya tidak benar benar marah dan hanya
mempermainkan perasaan Merak Mas saja. Dengan ekor matanya Tuan Putri
memberikan isyarat kepada dayang dayangnya untuk memberi makan kepada Merak
Mas. Para Dayang pun segera memburu Merak Mas dan sambil berkata
“Marilah Tuan pada Bunda dan
janganlah merajuk,” seru para Dayang dayang sambil tertawa. Merak Mas pun
segera terbang dan tidak mau pergi kearah dayang dayang. Ia pun masih terdiam
dan tidak mau melihat kearah dayang dayang yang kebingungan.
“Sudahlah Tuan, Marilah pada
Ayunda. Ayunda hanya bermain main saja dan tidak punya maksud apa apa,” Seru
Tuan Putri yang pada akhirnya mengalah
dan pergi kearah Merak Mas. Ditangkap, dipeluk serta di ciumnya Merak mas dan di bawa keperaduannya.
Diberinya makanan buah buahan Delima dan Zabib(buah anggur yang dikeringkan
atau kismis), Anggur dan Kurma. Maka barulah senang hati Merak mas dan
bersantap makan bersama dengan Tuan Putri.
Sebermula, Kakak tertua Maharaja
Sahriyuna hidup dalam kemiskinan. Ia hidup seperti tidak ada saudara. Ia
ditemeni oleh istrinya dan hidup di sebuah negeri bernama Pura Nurani,
kampungnya bernama Kanca Manis. Ia pun
memakai nama Kyai Bujangga Tala dan istrinya bernama Nyai Sekar Harum. Didalam
kampung tersebut kedua Suami istri tersebut belum pernah merasakan kesenangan
dan tetap bergelut dengan kemiskinan.
Setelah sekian lama Istinya pun
akhirnya mengandung. Selama dalam masa kehamilannya, suatu hari Istrinya pun
mengidam ingin sekali memakan daging burung Merak. Mendengar Hal tersebut
Bujangga Tala pun bingung bukan kepalang. Ia pun bertanya tanya ada apa yang
terjadi dengan anak yang didalam kandungannya, karena keinginan istrinya itu
pun berbeda dengan keinginan orang hamil pada umumnya. Karena sayang dengan
Istri dan anak yang sedang dikandung, ia pun bersiap untuk berburu. Ia membawa
jemparing dan sumpitan dan berjalan ke arah sebuah gunung yang bernama Biranda
Wangi, karena disana banyak berkumpul merak. Ketika sampai, dijumpainya sebuah
kumpulan merak. Disumpitnya dengan jumparing dan berterbanganlah merak merak
tersebut karena merasa terusik. Namun belum ada satupun yang kena sasaran.
Tidak merasa lelah Bujangga Tala pun segera menebar jumparing lagi dan terus
memburu merak. Tidak terasa ia berburu sampai dengan tergelincirnya matahari,
belum ada satu pun yang terkena. Merasa masih tanggung ia pun meneruskan
perburuannya, seperti kata pepatah
jinak jinak
gesit
jika
dihampiri ia pun diam namun jika sudah dekat
ia pun
terbang berkawan kawan
dengan
suaranya mengalun alum memberi rawan
bilang ratus
bilang ribuan
tiada terhitung banyaknya hewan
Akhirnya lewatlah sekor rajanya
Merak Putih. Ia pun memperhatikan betapa uletnya Bujangga Tala dalam berburu,
sehingga ia merasa kasihan kepada anak manusia tersebut.
“Kalau gerangan manusia ini ada
keinginannya yang ikhlas dan berkeinginan kuat dengan rakyatku ini baiklah akan
aku berikan,” Ujar sang Raja Merak berbisik sambil terus memperhatikan.
Ia pun menyuruh rakyatnya untuk menyerahkan diri ke Bujangga Tala.
Sehingga ada dua ekor Merak yang rela menyerahkan dirinya, namun mereka masih ingin
menguji kesabaran Bujangga Tala dalam memburu mereka. Ketika sampai di hadapan
bujangga Tala, Kedua ekor Merak tersebut di sumpit oleh Bujangga Tala dan
terbang ke arah kanan. Disumpitnya lagi dan mereka terbang ke arah belakang
Bujangga Tala. Mereka selalu terbang dan mengelak tidak jauh dari Bujangga Tala
sehingga membuat ia menjadi merah mukanya karena marah. Dibantingnya sumpit dan
segera mengugulung lengan baju dan celananya. Sambil membaca mantra ia pun
segera melompat dan menyergap kedua burung tersebut yang akhirnya tertangkap
juga. Ia pun membawa pulang kedua burung tersebut dengan sukacita, lalu
memberikannya ke Nyai Sekar Harum untuk di bikinkan lauk pauk makan mereka.
Berharap akan keselamatan anak dan istrinya dalam melahirkan, akhirnya
Bujangga Tala melakukan tapa 40 hari 40 malam tanpa makan dan minum sampai
dengan istrinya melahirkan. Akhirnya Istrinya melahirkan dua orang putra kembar
dengan paras yang kedua duanya sangat tampan dan menarik hati. Maka bersuka
citalah kedua orang suami istri tersebut dan menamakan anak yang pertama dengan
nama Merpati Mas dan yang kedua bernama Merpati Perak. Nama tersebut di berikan
untuk mengenang saat saat istrinya menidamkan daging burung merak sehingga
Bujangga Tala pun memberikan nama yang berhubungan dengan nama burung.
Bertambah hari dan bertambah besar semakin kelihatanlah ketampanan mereka
berdua bagai pinang dibelah dua. Mereka di berikan pakaian dan bermain tidak
pernah di pisahkan. Kehadiran mereka berdua sangat membahagiakan dan sebagai
pengobat pelipur lara bagi kedua pasangan suami istri tersebut, sehingga mereka
sangat menyayangi kedua putra mereka.
Syahdan, kedua anak tersebut yang memang merupakan keturunan raja raja
yang sakti. Semenjak kecil mereka berdua melakukan hal hal yang dimana anak
anak kecil lain takut, mereka malah berani. Mereka sudah biasa keluar masuk
hutan dimana hutan tersebut banyak binatang buas dan terlarang bagi manusia
untuk memasukinya. Jika ibu dan bapaknya tidak mempunyai uang, mereka berdua
berburu anak macan dan dijuallah binatang tersebut ke para pembesar yang ada di
pasar. Uang hasilnya di berikan kepada ibu dan bapaknya untuk makan sehari
hari. Karena keberanian mereka banyak orang heran dan terkagum kagum, belum
lagi ketampanan mereka berdua dan keluhuran budi perkerti mereka sangat
mengangkat pamor kedua suami istri tersebut di kampung mereka. Mengingat
sebelumnya bujangga tala dan istrinya tidak pernah di pedulikan oleh orang
orang kampung tersebut karena kemiskinan mereka. Sehingga kehadiran kedua putra
mereka membuat keluarga mereka disegani dan di takuti oleh penduduk kampung.
Ketika Merpati mas dan Merpati
perak berumur 18 tahun, makin kelihatanlah ketampanan mereka bagai kuntum bunga
yang baru mekar. Semakin besarlah perhatian orang orang kepada mereka berdua
baik tua maupun kecil. Apalagi kaum perempuan banyak yang terpikat kepada
mereka berdua dan bahkan ada juga kaum laki laki pun banyak yang mempunyai
hasrat birahi terpendam kepada mereka. Hal ini membuat Ayahnya Bujangga Tala
gundah hatinya dan khawatir bahwa hal ini akan menjadi bencana bagi mereka.
Pada masa itu Merpati mas dan
merpati perak telah selesai menuntut ilmu, maka Bujangga Tala pun berniat untuk
mengajak mereka untuk berbincang bincang mengenai masalah yang membuat ia
khawatir.
“Hai Anakku, Ayahanda sangat
khawatir mengenai perkerjaan kalian selama ini. Kalian boleh kemanapun pergi
mencari rejeki namun janganlah bermain main dengan perempuan” Nasehat pembuka
ayahnya yang membuat Merpati Mas dan Perak merasa berdebar debar hatinya.
Karena mereka tidak pernah berbuat hal senonoh yang dikatakan oleh ayahnya
tersebut.
“Jikalah demikian, baiklah esok
hari aku akan seharian pergi dari rumah, supaya tidak mencederai nama baik Ayah
dan bundaku,” pikir Merpati mas dan perak dikarenakan ucapan ayahanda mereka
yang sangat berbekas dihati mereka berdua.
Keesokan harinya, setelah
selesai mandi, Merpati Mas berkata kepada adiknya,” Ya Adinda Merpati Perak,
bagaimana menurutmu...karena sedari kita kecil kita tidak mempunyai kepandaian
apapun dalam berkerja, menjadi kuli kita tidak pandai, berkerja batu atau di
pertukangan kita tidak bisa. Yang kita bisa dari kecil hanyalah menangkap anak
macan atau anak gajah, pelanduk, kijang atau menjangan. Hanya itulah yang kita
bisa dan kita jual ke pasar,” Jelas Merpati Mas kepada Merpati Merak.
“Sungguh benar Kakanda, namun
jika kita memikat hewan hewan tersebut sepertinya sudah tidak berguna. Alangkah
baiknya jika kita memikat hewan hewan yang berterbangan indah indah warnanya
dan merdu suaranya untuk kita jual kepada saudagar saudagar kaya. Mereka sangat
menyukai hewah hewan tersebut,” Jelas Merpati Perak
“baiklah kalau begitu, mari kita
pergi,” Ajak Merpati Mas yang setuju dengan pendapat Merpati Perak.
Maka pergilah mereka berniat
untuk berburu segala macam burung. Di sepanjang perjalanan mereka banyak
bertemu binatang binatang buas. Namun bukannya mereka yang malah takut namun
para binatang buas merasa segan dan takut untuk bertemu dengan mereka. Mereka
lebih baik menghindar untuk bertemu ataupun bertatap muka dengan Merpati Mas dan
Perak. Mereka menjelajahi hutan tersebut sampai pada akhirnya mereka menemukan
suatu tempat dengan banyak pohon-pohon yang teramat besar. Tempat tersebut
dinamakan Rangdu Lati, terlalu banhyak burung didalamnya, berterbangan kesana
kemari dengan rupa yang indah indah serta suara yang merdu. Ditempat itulah
mereka menangkapi segala jenis burung dengan mudahnya dan dengan sesuka hati
mereka
“Ya kakanda, mudah mudahan ini
sangat disukai oleh para saudagar saudagar kaya,” Teriak Merpati perak berharap
“ Benar Adinda, ini merupakan
hewan hewan yang sangat mereka senangi, bukan hanya para saudagar, orang
kampung dan para perempuan pun sangat suka terhadap hewan hewan ini,” Jelas
Merpati Mas sangat girang.
Setelah hampir sore, barulah
mereka beranjak dari tempat tersebut dengan membawa beberapa ekor burung. Sesampainya
di kota mereka menjual seluruh burung yang mereka bawa tanpa ada yang tersisa
kepada saudagar saudagar kaya raya. Setiap hari akhirnya mereka melakukan
perkerjaan tersebut dari hampir keluar matahari sampai dengan matahari terbenam
barulah mereka pulang kerumah, dengan membawa hasil penjualan burung mereka. Semua
hasil penjualan mereka serahkan pada ibu dan bapaknya. Seluruh daerah Rangdu Lati
semua mereka jelajahi lalu mereka berpindah ke tempat lain semakin jauh dan
semakin jauh, sampai pada akhirnya ke daerah gunung Biranda Wangi tempat
Bujangga Tala bapaknya mendapatkan burung merak ketika istrinya mengidam.Didaerah
tersebut Merpati Emas dan Perak merasa tidak asing. Mereka sepertinya sudah
pernah ke daerah tersebut atau sudah pernah bermimpi mengenai daerah tersebut.
Setelah menjelajah daerah tersebut
Merpati Emas dan perak pun kembali ke kota dan menjual kembali seluruh
tangkapan mereka. Mereka pun tidak segan segan masuk ke dalam Istana Istana
raja raja untuk menawarkan tangkapan mereka. Karena Merpati Emas dan Perak
mempunyai wajah yang tampan sehingga banyak para putri putri raja serta dayang
dayang yang menjadi langganan mereka. Bahkan banyak yang berpesan bahwa Merpati
Emas dan Perak besok hari menjual tangkapannya kepada mereka saja. Semakin hari
semakin banyak saja yang mengenal Merpati Emas dan Perak baik itu anak anak
raja, putri raja dan mak inang, dayang dayang, istri para punggawa dan istri
perdana Menteri bahkan rakyat di seluruh antero Negeri Pura Nurani.
Tersebutlah di dalam negeri ada
seorang Tuan Putri bernama Tuan Putri Sari Rasmi, sedangkan nama Rajanya adalah
Maharaja Sunca Rama.
“Hi Dang Santi, Tolong
panggilkan aku tukang burung itu,” Seru Tuan Putri kepada dayang dayangnya. Maka
segeralah Dayang dayang tersebut mencari dan membawa Merak Mas dan Perak ke
hadapan Tuan Putri Sari Rasmi.
“Ya tukang pemikat burung, jika
suatu saat menangkap burung dan kebetulan Burung Bayang dan Nuri, janganlah di
jual pada tempat yang lain, segeralah bawa kemari, biar harganya berapa nanti
kita bayar,” Titah sang Tuan Putri ketika Merak Mas dan Perak sudah berada di
hadapannya.
“Baiklah Tuanku, pada esok hari
nanti tuan bawa kemari,” Sahut Merak Mas dengan hormat. Setalah berkata
demikian, mereka undur diri dan kembali kampung mereka Kanca Wanis.
Sepeninggal Merpati Mas dan
perak pulang, Tuan Putri ternyata menaruh hati kepada Merpati Mas. “Anak
siapakah gerangan dia, sangat elok sekali parasnya dan dimanakah kampungnya.
Baiklah esok hari aku akan mencari tahu asal usulnya. Mereka berdua bagai
pinang di belah dua tidak ada bedanya, laksana seperti kembang boja.” Pikir
Tuan Putri termenung membayangkan Merpati Mas dan Perak.
Keesokan harinya, dengan
semangat kedua kakak beradik tersebut sudah dalam perjalanan menuju hutan untuk
mencari pesanan dari Tuan Putri Sari Rasmi. Sangat begitu mudah dan tidak
memerlukan waktu lama, pesanan Tuan Putri pun sudah didapat dan dalam
perjalanan menuju ke Istana. Tuan Putri Sari Rasmi pun sangat suka cita melihat
kedatangan kedua orang tersebut dengan membawa pesanannya. Setelah di bayar
sesuai dengan kesepakatan, Tuan Putri pun bertanya mengenai asal usul dan nama
mereka berdua.
“Ya Tuan Putri, Ampun Tuanku di
perbanyak ampun, nama hamba Merpati Mas dan saudara patik ini Merpati Perak,
hamba pun tidak beribu dan tidak berbapak, maka hidup hamba ini didalam hutan
saja.” Seru Merpati mas menunduk hormat dan menutupi asal usul mereka mengenai
Ayah dan Ibunya.
“Baiklah kalau begitu Merpati
Mas dan Merpati Perak. Jikalau demikian halnya, apalah gunanya hidup didalam
hutan, terlebih enaklah memegang perkerjaan sebagai kepercayaan raja, bisa
mendapat derajat dan pangkat yang besar,” Jelas Tuan Putri menawarkan sebuah
perkerjaan kepada mereka berdua.
Sementara itu sambil kakaknya
berbicara menunduk, Merpati Perak yang sedari tadi berada di belakang kakaknya,
terus menatap Tuan Putri Sari Rasmi terkesima melihat kecantikannya. Ia pun
menaruh hati pada Tuan Putri. Sedangkan Merpati Mas berpikir keras mengenai
tawaran dari Tuan Putri tersebut dan akhirnya ia pun berkata.
“Ya Tuan Putri, baiklah tawaran
tuan Putri patik junjung tinggi, tapi berikan kesempatan kepada hamba untuk
berpikir,”
Maka kembalilah mereka berdua
kekampungnya Kanca Wanis untuk mengabarkan tawaran Tuan Putri kepada ayahnya Bujangga
Tala dan ibunya Sekar Harum. Setelah mendengar kabar tersebut ibunya pun
menangis dan berkata kepada mereka berdua.
“Ya Anakku, buah hati bunda,
cermin mata tangkai kalbu, bahwasanya orang yang berkerja sebagai pemegang
kepercayaan Raja bukanlah perkara mudah. Sama saja laksana orang menjual nyawa,”
Sahut ibunya sambil terus berlinang air mata.
“Ya Anakku, pikirkanlah kembali
karena perkerjaan tersebut bunuh membunuh, kelak ada perang kalian pun mau
tidak mau harus ikut berperang. Terlebih baik menjadi orang miskin, tidak
banyak khawatir.” Ayah nya pun Bujangga Tala ikut mengomentari dan memberi
nasehat kepada mereka.
Merpati Mas dan Perak pun
terdiam mendengar nasehat dari kedua orang tua mereka. Namun pikiran Merpati
Perak sangat ingin memegang perkerjaan tersebut karena menaruh hati kepada Tuan
Putri Sari Rasmi. Begitu juga Putri Sari Resmi pun juga menaruh hati kepada
pemikat burung tersebut. Hal ini membuat gundah hati Merpati Perak, membuat
kakaknya merpati Mas pun bertanya kepadanya heran karena tingkah laku Merpati
Perak tidak seperti biasanya.
“Ya Adinda, Kenapa adinda
berkeluh kesah seperti itu, ada apa kah gerangannya?
“Ya Kakanda, hati Adinda ini
sangat teringat sekali dengan Tuan Putri Sari Rasmi,” Sahut Merpati perak
sambil menghembuskan nafas dan kembali termenung. Merpati Mas pun hanya bisa
tersenyum.
Bersambung.......
No comments:
Post a Comment