PERJUANGAN DI MULAI
Tergopoh-gopoh pagi ini aku
terbangun, tidak ingin ketinggalan moment dan akan menyesalkan hari ini jika
gagal. Hari yang begitu penting di berikan kepercayaan untuk handle toko
sendiri. Kebetulan hari ini aku shift berbarengan dengan ary dan sinta. Kedua tim
service yang paling senior sehingga dapat membantuku jika ada masalah di toko.
Pagi ini langit sedikit agak berawan dan berangin.
"Mudah-mudahan turun
hujan," pikirku sambil berjalan menuju toko. Jam menunjukkan angka 6.35
menit. Aku meraba kantong belakangku, "akh, ada," gumamku, merasakan
adanya kunci besar dan kecil yang berada di kantong belakangku.
Kunci tersebut adalah kunci pintu
rolling door toko dan kunci brankas serta kunci lemari dokument. Aku sudah
mempunyai janji dengan Ary dan sinta untuk on time jam 6.45 menit sudah ada di
depan toko. Mereka mau membantu untuk hari pertamaku "single
fighter".
Semuanya berjalan lancar, buka
toko, buka kassa, serah terima uang kasir, pengiriman data sales, penarikan
data promo, up load data, delegasi penggantian SKU dan pemasangan POP promo,
semuanya berjalan. Transaksi di kasir pun sudah berjalan, costumer yang datang
lumayan ramai karena hari minggu. Di tambah dengan suasana yang tidak terlalu
panas sehingga banyak yang berolah raga pagi sampai dengan menjelang siang hari
jam 10 memenuhi jalan raya di depan toko.
Kepadatan di jalan raya juga
selain di penuhi oleh orang yang ingin berolah raga, juga di penuhi oleh para
pembeli yang berusaha untuk memenuhi kebutuhannya satu minggu kedepan.
Alun-alun Mesjid besar Ciparai pun menjadi ramai, banyak juga penjual dadakan
yang menjajakan barangnya di sana, membludak sampai ke jalan utama. Setiap hari
minggu pagi, memang jalan-jalan di sekitar mesjid besar ini ramai di kunjungi
orang. Entah mulai kapan terjadinya, namun prosesi seperti ini selalu terjadi dalam
satu minggu sekali dan selalu ramai di kunjungi oleh para pembeli.
Sedari tadi sambil mengamati
kesibukan orang yang hilir mudik di depan toko serta memperhatikan semua yang
ada didalam toko takut ada yang terlupa ataupun ada yang terlewat olehku. Tiada
lain untuk meminimalisir bahan komplain dari customer serta bahan penilaian jelek
dari Pak Erwin dan Pak Herman. Namun ada satu hal yang terlupa, satu hal yang
memang seharusnya mudah sekali ku ingat. Memang sangat tidak berpengaruh
penting dalam operasional toko namun berpengaruh terhadap atmosfer agar toko
tidak terkesan sunyi senyap dan costumer betah untuk berlama-lama di toko. Baru
ku sadari ketika costumer pelanggan sebelah toko mengingatkanku,
"tumben,
kok sunyi senyap...biasanya full music," serunya...
"Aduuuh, poho euy aing,"
seru ku berlari menuju back office lalu menyalakan media player music di
komputer.
Aku baru ingat pak Herman selalu
menyimpan koleksi musiknya di folder pribadinya. Untuk saat ini, music beliau
yang aku pakai. Karena jujur musicnya terlalu ke sundaan dan aku tidak mengerti
bahasanya. Namun pepatah lama mengatakan "Dimana bumi di pijak di situ
langit dijunjung,"
“geuss itu mah berarti kita harus
menyesuaikan dengan kebiasaan costumer sekitar kita. Teu bisa pakai lagu barat,
ieuh..." Seru si akang costumer samping toko.
Semuanya berjalan dengan baik,
semua tugas adminstrasi sudah ku kerjakan. Cek sku yang tidak ada sudah di
buatkan semua dan di pasang pada tempatnya. Cek barang yang kosong dan face out
berjalan dengan baik. Untuk barang yang kosong sudah di list untuk di
komunikasikan kepada anak-anak yang memegang departementnya.
Hari ini pak Herman off dan pulang
ke Ciamis katanya selama 2 hari, 1 hari off dan 1 hari cuti. Pak Erwin seperti
biasa masuk siang sebagai buffer penting di siang untuk proses tutup tokonya.
Proses tutup toko pun sebenarnya tidak bermasalah buatku. Selain proses EOD
(End Of Day), proses penghitungan omzet siang, penyisiran area toko, serta
memastikan toko terkuci dengan rapat dan tidak ada bahan-bahan yang bisa
menimbulkan kebakaran di dalam toko.
Ketika pak erwin masuk siang pun,
beliau memuji tugas-tugasnya yang sudah ku kerjakan. Email penting yang di
peruntukkan utk kepala toko sudah aku list dan mark (tandai) untuk di baca oleh
Pak Erwin. Dengan tulus aku pun meminta ijin untuk meneruskan sampai dengan
tutup toko untuk melihat proses tutup toko sekali lagi. Karena aku baru satu
kali terlibat dalam shift siang dan proses tutup toko. Semuanya sudah tercatat
dalam ingatanku dan jurnal catatan perkerjaanku. Aku terbiasa mencatat setiap
detail perkerjaanku, sebagai reminder. Setiap yang mau aku kerjakan pun untuk
berkerja selalu tercatat dengan rapi. Dengan tujuan biar terorganisir dengan
baik, terselesaikan dan sebagai media informasi juga buat anak-anak tim ku
nantinya.
Malamnya dengan lelah, ku salin
lagi informasi-informasi yang aku dapatkan. Tetap di temani dengan suara dan
langkah-langkah kecil burung dara dan burung terkukur tak beraturan. Seakan
menyapa dan mengomentari setiap gerakan-gerakan tulisanku yang melekatkan tinta
hitam penuh dengan lika liku perjuangan anak manusia, dalam mengarungi
kehidupan ini.
"Thanks,
ya Allah, kau berikan kemudahan untuk ku dalam hari pertama aku di beri
kepercayaan. Semoga hari ini sebagai langkah awal profesional ku dalam meniti
karir dalam dunia retail. Jika memang ini yang terbaik bagiku, maka
mudahkanlah, luaskanlah ilmuku dan ringankanlah langkahku,
Namun jika ini bukan yang terbaik bagiku, maka jauhkanlah segera ya Allah, karena engkaulah yang maha pengasih, maha tahu dan maha besar. Kabulkanlah permintaan hambamu ini, amieeen...”
Namun jika ini bukan yang terbaik bagiku, maka jauhkanlah segera ya Allah, karena engkaulah yang maha pengasih, maha tahu dan maha besar. Kabulkanlah permintaan hambamu ini, amieeen...”
Malam semakin larut, kutinggalkan
ruangan tempatku menulis menuju kamarku. Ku rebahkan badanku dan mengucap
syukur atas nikmat yang Kau berikan kepadaku. Ku tutupkan mataku hingga
akhirnya terbentang dua raut wajah hadir yang tidak pernah kulupakan dan telah
kutinggalkan di sebuah tempat ujung dunia. Aku berjuang demi kalian berdua....
Paginya aku merasa sangat percaya
diri. Kulangkahkan kaki ku sepanjang trotoar menuju ke arah toko tempat
kerjaku. Di halaman depan sudah menunggu Ari dan Tini yang memang gilirannya
masuk pagi bersamaku. Hari ini tidak ada satu pun manajerial yang akan
menemaniku menjaga toko. Hari ini adalah hari keduaku berjuang sendiri full
sampai dengan malam hari.
“bismillahirrahmanirrahim,” Seruku
dalam hati sambil membuka pintu gembok yang mengunci rolling door toko ini.
Satu persatu kami pun masuk, dimulai dari ku lalu tini dan Ari paling belakang.
Setelah di dalam kuperiksa satu persatu rolling door sebagai sesuatu hal
prosedur keamananan yang harus aku jalani. Kulangkah kan kakiku kembali ke
teras toko untuk memerika kwh meteran listrik sebagai prosedur tambahan. Aku
melihat Ari yang sudah berbenah untuk membuka rolling door dan Tini pun sudah
memperbaiki pajangan seperti rutinitas biasanya sambil menunggu uang modal yang
akan aku berikan.
Setelah di rasa aman, aku
memberikan instruksi ke Ari untuk membuka rolling penuh, sambil melangkahkan
kaki kearah brankas belakang untuk mengambil uang modal dengan tidak lupa
mengeceknya terlebih dahulu bersama sama dengan Tini. Setelah klop, Tini pun
mulai membuka program kassa dan memisahkan uang uang kecil di dalam Cash
Drawer. Aktifitas ku selanjutnya adalah mengecek hasil penjualan yang tadi
malam antara fisik uang yang ada di brankas dengan data program. Pagi ini
semuanya berjalan sesuai dengan yang ku inginkan, sambil membuka komputer Back Office, aku pun memikirkan
bagaimana caranya untuk meningkatkan penjualan kembali sambil memandang lorong
gondola yang mengarah ke arah meja kasir. Namun hal tersebut menghilang searah
dengan adanya email program promo dan perubahan harga yang harus aku load dan
aplikasikan hari ini juga.
“Ri, ini tolong ubah SKU nya,”
seruku ke Ari ketika ia masuk ke back office sambil menenteng lap pel dan ember
yang berisi air bekas. Aku pun memberikan lembaran kertas sku yang sudah aku
print out karena ada perubahan SKU. Kertas tersebut tinggal di gunting lalu
diletakkan pada sebelah kiri dalam mika gondola tempat menaruh SKU. SKU adalah Stock Keeping Unit, dimana SKU tersebut
terdapat keterangan jenis barang, harga serta tanggal update SKU tersebut.
Tidak beberapa lama SKU tersebut sudah berada di mini counter dalam keadaan
tergunting dan siap untuk dipasang. Terlihat Ari dan Tini sudah mulai mengganti
SKU lama dengan update yang baru. Tidak lupa juga Tini mencoba di program untuk
cek apakah SKU baru sudah terupdate untuk menghindari komplain dari customer.
Setelah di rasakan semuanya sudah dijalankan oleh team. Aku pun mencoba untuk
menganalisa barang mana yang bisa di buatkan POP sebagai info promo ke customer
dan di gantung supaya bisa terlihat oleh customer yang masuk ke dalam toko
ataupun dari luar.
Menganalisa barang untuk di
jadikan POP tidak lah mudah. Barang tersebut harus memenuhi syarat, Syaratnya
antara lain barang tersebut merupakan barang top penjualan atau yang paling
banyak dicari atau terjual ke customer. Data tersebut sebenarnya dengan mudah
aku dapatkan dari program. Program tersebut dapat menginformasikan top 100
penjualan baik perhari, perbulan bahkan pertahun. Aku pun menemukan beberapa
barang yang bisa di jadikan tema untuk menarik perhatian customer membeli barang
barang promo, namun yang jadi masalah adalah aku belum percaya diri menuangkan
tulisan di atas kertas POP. POP adalah Point
of Puchase atau istilah bahasa Indonesianya adalah Informasi Penawaran
untuk Customer. POP di retail yang aku geluti berupa tulisan di atas kertas
berwarna kuning dan menginformasikan jenis barang yang promosi dengan harga
asli di coret dan di gantikan dengan harga promonya. Kertas POP yang di gunakan
adalah berukuran A2 berwarna kuning dan diatas kepala kertas tertera lambang
icon perusahaan ditambah tulisan “PROMOSI MINGGU INI”.
“Ri, tolong dong tulis POP, dapat
info dari pak Herman kalau Ari tulisannya paling bagus,’ seruku tersenyum
kecut, karena tahu kalau tulisan ku sendiri jauh dari bagus atau kalau mama ku
bilang tulisanku seperti “cacing kepanasan.”
“Siap pak, mana pak kertas dan
spidolnya,’ seru Ari sambil membawa sisa SKU yang belum sempat terpasang. Aku
pun menyerahkan beberapa kertas POP dan kertas informasi mengenai barang apa
saja yang harus ditulis pada kertas POP. Tidak beberapa lama pun Ari tenggelam
dengan keasyikannya menuliskan informasi Promo di kertas POP. Tini pun sambil
sibuk melayani customer tetap update SKU barang barang yang ada di gondola.
Jam sudah menunjukkan angka 10
pagi lebih 11 menit. Semua aktifitas pagi sudah aku jalankan semua. Semua
aktifitas operasional team pun berjalan dengan baik. Area Floor Baverage
seperti telor dan gula yang sering habis, sudah terisi dengan baik dan penuh.
Customer pagi ini cukup ramai dan banyak di dominasi oleh ibu-ibu rumah tangga.
Aku pun mencoba untuk menyisir ke seluruh gondola untuk crosscek ketersediaan
barang. Apakah barang sudah ter face out
dengan lebih baik, tidak ada barang yang kosong ataupun masuk dalam kondisi
minimal pajang dan tidak sesuai dengan planogramnya.
“Mba, ini gimana?...kok harga di
tempatnya sama di kasir kok beda!!!” teriak seseorang dari depan kasir. Dari
nadanya suara si ibu tersebut tampak marah dan nada membentak sehingga membuat
seluruh perhatian customer ke arah sumber suara. Dengan tergopoh gopoh Ari
menemui ku yang sedang memperbaiki face out di departemen Drink.
“Pa, ada ibu marah marah di depan,
katanya harga di kasir sama di sku beda,” Seru Ari tampak cemas.
“barang apa Ri?” Seru ku dengan
nada yang kubuat setenang mungkin karena seluruh perhatian customer mengarah
kepadaku dan kepada ibu ibu yang sedang mengeluarkan seluruh energi nya untuk
memarahi Tini. Aku pun melangkah mendekati area kasir dan terlihat Tini mencoba
untuk setenang mungkin dan tersenyum simpul sambil memperhatikan ku. Tampak
dari sinar mata Tini mencoba untuk memberikan isyarat minta tolong. Sambil
berjalan aku mencoba untuk berpikir apa yang harus di lakukan untuk mengatasi
hal ini. Maklum aku juga baru mengalami hal ini dan di saat perdana aku
memegang shift sendiri. Terbesit sesuatu yang membuat aku tenang dan membuat
hati ku terpatri pasti bisa mengatasi hal ini semua. Entahlah..ada sesuatu yang
membuatku tenang menghadapi hal ini semua, atau memang mental dan moralku yang
sudah tertempa bertahun tahun dalam menghadapi tantangan hidup. Dari semenjak
menginjak sekolah lanjutan pertama dan Atas aku sering menghadapi masalah
sendiri. Lalu berlanjut ke perguruan tinggi merantau ke Jakarta yang kata orang
salah satu kota yang lebih kejam dari ibu tiri dan memang terbukti benar.
“Ri, minta tolong ambilkan SKU
yang ada di mika barang tersebut ri. Segera..” seruku agak sedikit berbisik
memberikan instruksi ke Ari yang sedari tadi ada di belakangku mengikuti ku ke
arah kasir.
“Ada apa bu, kalau boleh tau?”
Tanyaku dengan sedikit pelan, sopan, santun dan agak sedikit membungkuk.
Kuusahakan setenang mungkin dan tidak gagap ataupun takut menghadapi galaknya
ibu yang berada di depanku. Tampak tahi lalat sebesar kacang polong menempel
pada sisi sebelah kanan dari mulutnya dan tidak jauh dari lobang hidung ibu
tersebut. Tahi lalat tersebut tampak terkesan bahwa ibu tersebut tampak cerewet
dan jutek. Kerudung biru muda tampak asal asalan menempel pada kepalanya,
dengan ujungnya terbelit dengan kesan tampak asal-asalan juga pada leher kerah
blus biru berbahan kaos polos yang di pakai oleh si ibu. Tampak berat badan berlebih
terlihat dari lekuk tubuh dan lipatan pipinya yang bergerak ketika mukanya
mengarah ke arah ku. Ibu tersebut masih memegang barang yang akan di belinya
sedangkan tangan kanannya mengepit sebuah dompet dengan bahan beludru berwarna
merah muda. Ketika melihatku dengan tampak sopan dan tersenyum ramah, si ibu
pun menghela nafas terlebih dahulu, lalu dengan tenang mencoba untuk memulai
dengan sebuah pertanyaan.
“bapak penanggung jawab toko ini?”
“Iya bu, kalau boleh tau ada apa
ya bu? Karena saya dengar tadi ibu agak sedikit emosi dengan salah satu team
saya.” Ujarku sambil tersenyum ramah dan menggerakkan badanku agar tampak
relaks dan tidak kaku menghadapi hal yang memang baru pertama aku alami terjadi.
“begini pak, ini kok harga barang
yang diraknya beda dengan yang tertera di struk nya. Untung tadi saya belum
meninggalkan toko ini. Saya belanja banyak loh mas” seru si ibu sambil menunjuk
plastik besar yang teronggok di bawah meja kassa.
“Mohon maaf ibu, boleh saya lihat
struknya?” tanyaku sambil menyodorkan tangan untuk mengambil struk yang sedari
tadi dipegang oleh Tini. Aku pun mengambil sku yang di pegang oleh Ari yang
sedari tadi sudah standbye berada di sampingku. Memang benar ternyata beda,
beda hanya 1500 rupiah.
“masih ada lagi gak bu yang salah
atau ada hal lain yang ingin ibu sampaikan ke saya, sekedar sebagai perbaikan
bagi kami perusahaan yang baru berkembang bu.” Ujarku agak merendah dan
terkesan memberikan kesempatan ke ibu tersebut menyampaikan unek uneknya
kembali.
“gak deh pak, saya sudah capek
marah marah sama mba nya tadi,” serunya sambil agak tertawa karena melihatku
yang mungkin agak merendah dan sangat sopan sekali.
“saya minta maaf bu, sekali lagi
saya minta maaf. Ini memang kesalahan kami terutama saya yang kurang teliti
untuk update kenaikan harga barang. Memang harusnya tadi pagi kami selesaikan
pergantian SKU nya namun karena banyak pergantian SKU dan harus menulis POP
juga sehingga kami lupa. Sekali lagi saya pribadi minta maaf. Kelebihannya akan
kami kembalikan ke ibu sekarang juga.”
“Oooh begitu ya, ya sudahlah kalau
begitu gak apa apalah,’ sudah gak apa apa. Saya yang harusnya malu dan minta
maaf sudah marah marah. Saya tidak tahu kalau memang sibuk dan keteteran dalam
mengganti harga barang,” Jawab siibu dengan sambil tersenyum ramah. Tidak
tampak lagi jutek yang diperlihatkannya barusan.
“Ibu ini tampak terkesan cantik
menurutku jika tersenyum dengan renyah dan bersahabat seperti sekarang” pikirku
sambil memperhatikan mimik mukanya yang tampak bersemu merah karena mungkin
merasa malu sudah marah marah. Dengan mengibaskan tangannya tanda bahwa tidak
perlu di perpanjang kembali lalu meraih bungkusan belanjanya.
“ neng, ibu minta maaf ya sudah
marah marah.” Teriak si ibu masih sambil tersenyum dan menepuk bahu Tini sambil
berjalan menuju keluar toko. Matanya tampak bersahabat dan menatap Tini yang
tampak kebingungan melihat keadaan yang berubah 180 derajat lebih baik.
“Hm...Ooooh...i..i..iya bu bu...”
Seru Tini tampak gelagapan menghadapi keramahan yang lebih hangat dari
sebelumnya. Mata Tini terus menatap kepergian si ibu sampai menghilang
disamping toko.
“Alhamdulillah,” pikirku
dalam hati. Aku pun menghembuskan nafas dan mulai berjalan ke arah back office. “Hanya berserah diri dan berdoa pada yang
di Atas nya lah sehingga masalah ini bisa aku selesaikan dengan setenang
mungkin. Jika aku tidak tenang dan terlalu ngotot serta tidak mendengarkan
keluh kesah customer tersebut mungkin bakal ada keributan besar sehingga bisa
merusak brand image dari toko ini,” lanjut pikirku kembali.
Back office ini penuh dengan
barang dagangan, namun tertata dengan rapi dan ter-grouping sehingga mudah
untuk di cari. Hampir semuanya non food dan barang yang fast moving sehingga
mudah untuk mengisi gondola yang kosong. Disebelah meja terdapat tumpukan dus
dus yang berisi cooking oil yang juga termasuk barang fast moving terpisah
dengan departement non food yang berbau sangat tajam. Baru saja aku duduk
didepan komputer terdengar bunyi bel yang cukup keras sebagai tanda bahwa kasir
membutuhkan acc pembatalan barang atau ada kendala di area depan. Ketika tiba
didepan pintu yang memisahkan back office dan selling area, Ari sudah
menghadang jalanku. Dengan muka yang cengar cengir seperti kebiasaannya, ari
pun berkata
“Pak, kemaren order telor?” Tanya
Ari sambil memperhatikan lekat lekat mukaku. Ada alasannya Ari berlaku seperti
itu, karena semenjak aku bergabung 3 hari yang lalu belum ada suplier yang
datang, sehingga sudah pasti aku belum tahu prosedur datang barang dari
suplier. Ari pun mengetahui hal tersebut karena dari pertama sampai dengan hari
ini aku selalu satu shift dengan ia. Aku pun membalikkan badanku dan melihat
kembali buku komunikasi manajerial, siapa tahu memang ada yang terlewat olehku.
Aku pun juga menyesal kenapa pagi tadi aku tidak membaca dahulu info dari
manajerial tadi malam untuk info pagi ini.
“Ooooh, iya ada ri, Soenarko Telor
ya....oke lah....hm....biasanya seperti apa ri?” Tanyaku yang memang sengaja
untuk “down to earth” bertanya kepada Tim service lama yang sudah berkecimpung
di dunia retail. Memang kesempatan mereka akan terbuka luas kedepannya tinggal
faktor pendidikan saja yang memang kurang beruntung. Namun menurutku kalau
mereka di bina dan didik akan lebih bagus jadinya. Mereka juga akan terbiasa
menangani customer yang seperti tadi pagi marah marah, trouble shooting
komputer dan jaringan, bahkan menganalisa sendiri prilaku customer dan barang.
Baiklah pak,” seru Ari malu malu
tetapi dari raut mukanya tampak bangga untuk menjelaskan kepada saya prosedur
yang sudah berlaku ketika menerima barang dari suplier.
“Nanti mending lihat saja didepan
ya pak..., bapak seakan akan sudah tahu prosedurnya sehingga fungsi bapak hanya
kontrol saja dulu. Terpenting kitanya teliti dan jangan salah timbangan kalau
untuk telor pak,” lanjut Ari menjelaskan sambil tangannya mengayun di depan
badannya seakan akan menjelaskan prosedur yang ada dengan menitik beratkan pada
tekanan di tangannya.
Aku pun hanya mengangguk anggukkan
kepalaku sambil berjalan menuju kedepan. Ari langsung mengambil posisi didepan
timbangan dan mengosongkan serta membersihkan area di sekitarnya untuk menaruh
telor yang akan ditimbang. Sang panggul telor pun sudah siap sedari tadi dan
ketika melihat Ari sudah siap di depan timbangan dengan buku dan ballpoint di
tangan. Ia pun segera menuju mobil colt bak berwarna putih yang di parkir
dengan pantat mobil menghadap ke pintu masuk toko. Ia pun membawa tumpukan tray
yang berisi telor. Tinggi tumpukan tray telor tersebut kira kira hampir setengah
meter. Tumpukan tray tersebut di taruh pada timbangan dan ari mencatat setiap
angka berat yang muncul pada timbangan tersebut. Setelah berjalan sampai dengan
10 tray yang di timbang muncul rasa penasaran dari ku, namun untuk bertanya
tetap aku tahan karena aku yakin Ari pasti berpengalaman dan bisa di andalkan
dalam hal ini.
Setelah selasai 15 Tray seperti
yang sudah di order dalam buku komunikasi manajerial yang di tulis oleh Pak
Herman. Sang kuli panggul masuk kedalam mobil dan mengambil kertas dengan
tulisan invoice pada pojok sebelah kanan. Kertas tersebut ada 4 rangkap dengan
berbeda warna. Pada lembar pertama yang berwarna putih sudah ada tulisan tangan
dengan jumlah kg yang ada. Ari pun terlihat mengkalkulasi hasil perhitungan
yang sudah di tulisnya. Lalu ia pun mengecek dengan jumlah berat yang ada di
invoice.
“Oke, cocok, pak minta tolong
tanda tangan invoicenya,” seru Ari dengan senyum terkembang puas. Aku pun
membalas senyumannya sambil mengambil invoice yang disodorkannya kepada ku. Aku
pun meminta catatan yang ari pegang untuk sekedar formalitas pengecekan ulang.
Setelah aku telaah memang tidak berbeda jauh, hasil pengukuran Ari terlihat
lebih koma di belakang saja dari invoice. “Secara logika memang toko
diuntungkan,” pikirku lalu mulai menanda tangan di tempat yang sudah
disediakan. Setelah selesai lembar putih dan merah diserahkan kepada ku, “
Untuk diinput di program serta dikirim kepusat pak,” Seru Ari sok tahu.
“Ri, memang ada patokannya untuk
telor?” seruku penasaran karena ketika aku melihat hasil timbangan semuanya di
angka 12 koma sekian sekian lalu di belakangnya tertera kg yang artinya
kilogram.
“ begini pak, kita timbang tray ya
pak. Satu tray itu biasanya 1 gram atau dibawah 1 gram. Jumlah tray tadi ada 6
tray pak. Jadi jika 6 tray berarti sekitar 6 gram,” ujarnya sambil menimbang
salah satu tray dan lalu menumpukkan 6 tray berikutnya sebagai tanda uji coba
untuk menjelaskan kepadaku.
“berati tadi satu tumpukan harus
12,6 kg pak tidak boleh kurang dari angka tersebut.”sambungnya menjelaskan.
“jadi
total telor tersebut adalah 180 kg?” seruku berdecak kagum dan memang benar
invoice yang aku pegang adalah 180,2 kg sedangkan catatan Ari adalah 180,90 Kg.
“Ooo begitu, oke saya mengerti,
tapi memang yakin habis ri segitu dalam waktu minimal 4 hari maksimal seminggu
loh?’ Ujarku penasaran
“Tenang pak, pasti habis. Seperti
biasa dalam waktu 4 hari juga pasti kita order kembali. Kalau Jumat sabtu dan
minggu kita biasanya order sampai dengan 20 Tray loh pak” ujarnya sambil
tersenyum dan membereskan tray yang tadi di pakai sebagai contoh untuk
mengajari ku.
Aku pun hanya mengangguk anggukkan
kepalaku tanda mengerti dan juga kagum karena telor merupakan fast moving
paling cepat di toko ini. Pantas saja siapapun manajerialnya di toko ini wajib
untuk berdiri dan melayani di area telor. Karena anak anak juga sudah mempunyai
tugas untuk selalu mobile isi barang lainnya. Aku pun memperhatikan invoice
suplier dan berjanji dalam hati besok minta diajarkan untuk input suplier
datang di program itu bagaimana.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan
angka jam setengah dua siang menjelang sore hari. Pengunjung pun bertambah
banyak dan terlihat juga team siang pun sudah datang satu persatu. Terdengar
suara cemprengnya Tedi dan tertawa jeleknya Andi yang datang sambil meledek
Tini. Aku pun hanya tersenyum dengan sedikit gembira karena setidaknya hari ini
aku mendapatkan pelajaran yang berharga.
“ Perjuanganku baru
dimulai” Seruku dalam hati
No comments:
Post a Comment