Friday, April 7, 2017

CATATAN HARIAN ARI “PERJUANGANKU BARU DIMULAI”

PERJUANGAN DI MULAI
Tergopoh-gopoh pagi ini aku terbangun, tidak ingin ketinggalan moment dan akan menyesalkan hari ini jika gagal. Hari yang begitu penting di berikan kepercayaan untuk handle toko sendiri. Kebetulan hari ini aku shift berbarengan dengan ary dan sinta. Kedua tim service yang paling senior sehingga dapat membantuku jika ada masalah di toko. Pagi ini langit sedikit agak berawan dan berangin.
"Mudah-mudahan turun hujan," pikirku sambil berjalan menuju toko. Jam menunjukkan angka 6.35 menit. Aku meraba kantong belakangku, "akh, ada," gumamku, merasakan adanya kunci besar dan kecil yang berada di kantong belakangku.
Kunci tersebut adalah kunci pintu rolling door toko dan kunci brankas serta kunci lemari dokument. Aku sudah mempunyai janji dengan Ary dan sinta untuk on time jam 6.45 menit sudah ada di depan toko. Mereka mau membantu untuk hari pertamaku "single fighter".
Semuanya berjalan lancar, buka toko, buka kassa, serah terima uang kasir, pengiriman data sales, penarikan data promo, up load data, delegasi penggantian SKU dan pemasangan POP promo, semuanya berjalan. Transaksi di kasir pun sudah berjalan, costumer yang datang lumayan ramai karena hari minggu. Di tambah dengan suasana yang tidak terlalu panas sehingga banyak yang berolah raga pagi sampai dengan menjelang siang hari jam 10 memenuhi jalan raya di depan toko.
Kepadatan di jalan raya juga selain di penuhi oleh orang yang ingin berolah raga, juga di penuhi oleh para pembeli yang berusaha untuk memenuhi kebutuhannya satu minggu kedepan. Alun-alun Mesjid besar Ciparai pun menjadi ramai, banyak juga penjual dadakan yang menjajakan barangnya di sana, membludak sampai ke jalan utama. Setiap hari minggu pagi, memang jalan-jalan di sekitar mesjid besar ini ramai di kunjungi orang. Entah mulai kapan terjadinya, namun prosesi seperti ini selalu terjadi dalam satu minggu sekali dan selalu ramai di kunjungi oleh para pembeli.
Sedari tadi sambil mengamati kesibukan orang yang hilir mudik di depan toko serta memperhatikan semua yang ada didalam toko takut ada yang terlupa ataupun ada yang terlewat olehku. Tiada lain untuk meminimalisir bahan komplain dari customer serta bahan penilaian jelek dari Pak Erwin dan Pak Herman. Namun ada satu hal yang terlupa, satu hal yang memang seharusnya mudah sekali ku ingat. Memang sangat tidak berpengaruh penting dalam operasional toko namun berpengaruh terhadap atmosfer agar toko tidak terkesan sunyi senyap dan costumer betah untuk berlama-lama di toko. Baru ku sadari ketika costumer pelanggan sebelah toko mengingatkanku,
"tumben, kok sunyi senyap...biasanya full music," serunya...

"Aduuuh, poho euy aing," seru ku berlari menuju back office lalu menyalakan media player music di komputer.
Aku baru ingat pak Herman selalu menyimpan koleksi musiknya di folder pribadinya. Untuk saat ini, music beliau yang aku pakai. Karena jujur musicnya terlalu ke sundaan dan aku tidak mengerti bahasanya. Namun pepatah lama mengatakan "Dimana bumi di pijak di situ langit dijunjung,"
“geuss itu mah berarti kita harus menyesuaikan dengan kebiasaan costumer sekitar kita. Teu bisa pakai lagu barat, ieuh..." Seru si akang costumer samping toko.
Semuanya berjalan dengan baik, semua tugas adminstrasi sudah ku kerjakan. Cek sku yang tidak ada sudah di buatkan semua dan di pasang pada tempatnya. Cek barang yang kosong dan face out berjalan dengan baik. Untuk barang yang kosong sudah di list untuk di komunikasikan kepada anak-anak yang memegang departementnya.
Hari ini pak Herman off dan pulang ke Ciamis katanya selama 2 hari, 1 hari off dan 1 hari cuti. Pak Erwin seperti biasa masuk siang sebagai buffer penting di siang untuk proses tutup tokonya. Proses tutup toko pun sebenarnya tidak bermasalah buatku. Selain proses EOD (End Of Day), proses penghitungan omzet siang, penyisiran area toko, serta memastikan toko terkuci dengan rapat dan tidak ada bahan-bahan yang bisa menimbulkan kebakaran di dalam toko.
Ketika pak erwin masuk siang pun, beliau memuji tugas-tugasnya yang sudah ku kerjakan. Email penting yang di peruntukkan utk kepala toko sudah aku list dan mark (tandai) untuk di baca oleh Pak Erwin. Dengan tulus aku pun meminta ijin untuk meneruskan sampai dengan tutup toko untuk melihat proses tutup toko sekali lagi. Karena aku baru satu kali terlibat dalam shift siang dan proses tutup toko. Semuanya sudah tercatat dalam ingatanku dan jurnal catatan perkerjaanku. Aku terbiasa mencatat setiap detail perkerjaanku, sebagai reminder. Setiap yang mau aku kerjakan pun untuk berkerja selalu tercatat dengan rapi. Dengan tujuan biar terorganisir dengan baik, terselesaikan dan sebagai media informasi juga buat anak-anak tim ku nantinya.
Malamnya dengan lelah, ku salin lagi informasi-informasi yang aku dapatkan. Tetap di temani dengan suara dan langkah-langkah kecil burung dara dan burung terkukur tak beraturan. Seakan menyapa dan mengomentari setiap gerakan-gerakan tulisanku yang melekatkan tinta hitam penuh dengan lika liku perjuangan anak manusia, dalam mengarungi kehidupan ini.
"Thanks, ya Allah, kau berikan kemudahan untuk ku dalam hari pertama aku di beri kepercayaan. Semoga hari ini sebagai langkah awal profesional ku dalam meniti karir dalam dunia retail. Jika memang ini yang terbaik bagiku, maka mudahkanlah, luaskanlah ilmuku dan ringankanlah langkahku,
Namun jika ini bukan yang terbaik bagiku, maka jauhkanlah segera ya Allah, karena engkaulah yang maha pengasih, maha tahu dan maha besar. Kabulkanlah permintaan hambamu ini, amieeen...”
Malam semakin larut, kutinggalkan ruangan tempatku menulis menuju kamarku. Ku rebahkan badanku dan mengucap syukur atas nikmat yang Kau berikan kepadaku. Ku tutupkan mataku hingga akhirnya terbentang dua raut wajah hadir yang tidak pernah kulupakan dan telah kutinggalkan di sebuah tempat ujung dunia. Aku berjuang demi kalian berdua....
Paginya aku merasa sangat percaya diri. Kulangkahkan kaki ku sepanjang trotoar menuju ke arah toko tempat kerjaku. Di halaman depan sudah menunggu Ari dan Tini yang memang gilirannya masuk pagi bersamaku. Hari ini tidak ada satu pun manajerial yang akan menemaniku menjaga toko. Hari ini adalah hari keduaku berjuang sendiri full sampai dengan malam hari.
“bismillahirrahmanirrahim,” Seruku dalam hati sambil membuka pintu gembok yang mengunci rolling door toko ini. Satu persatu kami pun masuk, dimulai dari ku lalu tini dan Ari paling belakang. Setelah di dalam kuperiksa satu persatu rolling door sebagai sesuatu hal prosedur keamananan yang harus aku jalani. Kulangkah kan kakiku kembali ke teras toko untuk memerika kwh meteran listrik sebagai prosedur tambahan. Aku melihat Ari yang sudah berbenah untuk membuka rolling door dan Tini pun sudah memperbaiki pajangan seperti rutinitas biasanya sambil menunggu uang modal yang akan aku berikan.
Setelah di rasa aman, aku memberikan instruksi ke Ari untuk membuka rolling penuh, sambil melangkahkan kaki kearah brankas belakang untuk mengambil uang modal dengan tidak lupa mengeceknya terlebih dahulu bersama sama dengan Tini. Setelah klop, Tini pun mulai membuka program kassa dan memisahkan uang uang kecil di dalam Cash Drawer. Aktifitas ku selanjutnya adalah mengecek hasil penjualan yang tadi malam antara fisik uang yang ada di brankas dengan data program. Pagi ini semuanya berjalan sesuai dengan yang ku inginkan, sambil membuka komputer Back Office, aku pun memikirkan bagaimana caranya untuk meningkatkan penjualan kembali sambil memandang lorong gondola yang mengarah ke arah meja kasir. Namun hal tersebut menghilang searah dengan adanya email program promo dan perubahan harga yang harus aku load dan aplikasikan hari ini juga.
“Ri, ini tolong ubah SKU nya,” seruku ke Ari ketika ia masuk ke back office sambil menenteng lap pel dan ember yang berisi air bekas. Aku pun memberikan lembaran kertas sku yang sudah aku print out karena ada perubahan SKU. Kertas tersebut tinggal di gunting lalu diletakkan pada sebelah kiri dalam mika gondola tempat menaruh SKU. SKU adalah Stock Keeping Unit, dimana SKU tersebut terdapat keterangan jenis barang, harga serta tanggal update SKU tersebut. Tidak beberapa lama SKU tersebut sudah berada di mini counter dalam keadaan tergunting dan siap untuk dipasang. Terlihat Ari dan Tini sudah mulai mengganti SKU lama dengan update yang baru. Tidak lupa juga Tini mencoba di program untuk cek apakah SKU baru sudah terupdate untuk menghindari komplain dari customer. Setelah di rasakan semuanya sudah dijalankan oleh team. Aku pun mencoba untuk menganalisa barang mana yang bisa di buatkan POP sebagai info promo ke customer dan di gantung supaya bisa terlihat oleh customer yang masuk ke dalam toko ataupun dari luar.
Menganalisa barang untuk di jadikan POP tidak lah mudah. Barang tersebut harus memenuhi syarat, Syaratnya antara lain barang tersebut merupakan barang top penjualan atau yang paling banyak dicari atau terjual ke customer. Data tersebut sebenarnya dengan mudah aku dapatkan dari program. Program tersebut dapat menginformasikan top 100 penjualan baik perhari, perbulan bahkan pertahun. Aku pun menemukan beberapa barang yang bisa di jadikan tema untuk menarik perhatian customer membeli barang barang promo, namun yang jadi masalah adalah aku belum percaya diri menuangkan tulisan di atas kertas POP. POP adalah Point of Puchase atau istilah bahasa Indonesianya adalah Informasi Penawaran untuk Customer. POP di retail yang aku geluti berupa tulisan di atas kertas berwarna kuning dan menginformasikan jenis barang yang promosi dengan harga asli di coret dan di gantikan dengan harga promonya. Kertas POP yang di gunakan adalah berukuran A2 berwarna kuning dan diatas kepala kertas tertera lambang icon perusahaan ditambah tulisan “PROMOSI MINGGU INI”.
“Ri, tolong dong tulis POP, dapat info dari pak Herman kalau Ari tulisannya paling bagus,’ seruku tersenyum kecut, karena tahu kalau tulisan ku sendiri jauh dari bagus atau kalau mama ku bilang tulisanku seperti “cacing kepanasan.”
“Siap pak, mana pak kertas dan spidolnya,’ seru Ari sambil membawa sisa SKU yang belum sempat terpasang. Aku pun menyerahkan beberapa kertas POP dan kertas informasi mengenai barang apa saja yang harus ditulis pada kertas POP. Tidak beberapa lama pun Ari tenggelam dengan keasyikannya menuliskan informasi Promo di kertas POP. Tini pun sambil sibuk melayani customer tetap update SKU barang barang yang ada di gondola.
Jam sudah menunjukkan angka 10 pagi lebih 11 menit. Semua aktifitas pagi sudah aku jalankan semua. Semua aktifitas operasional team pun berjalan dengan baik. Area Floor Baverage seperti telor dan gula yang sering habis, sudah terisi dengan baik dan penuh. Customer pagi ini cukup ramai dan banyak di dominasi oleh ibu-ibu rumah tangga. Aku pun mencoba untuk menyisir ke seluruh gondola untuk crosscek ketersediaan barang. Apakah barang sudah ter face out dengan lebih baik, tidak ada barang yang kosong ataupun masuk dalam kondisi minimal pajang dan tidak sesuai dengan planogramnya.   
“Mba, ini gimana?...kok harga di tempatnya sama di kasir kok beda!!!” teriak seseorang dari depan kasir. Dari nadanya suara si ibu tersebut tampak marah dan nada membentak sehingga membuat seluruh perhatian customer ke arah sumber suara. Dengan tergopoh gopoh Ari menemui ku yang sedang memperbaiki face out di departemen Drink.
“Pa, ada ibu marah marah di depan, katanya harga di kasir sama di sku beda,” Seru Ari tampak cemas.
“barang apa Ri?” Seru ku dengan nada yang kubuat setenang mungkin karena seluruh perhatian customer mengarah kepadaku dan kepada ibu ibu yang sedang mengeluarkan seluruh energi nya untuk memarahi Tini. Aku pun melangkah mendekati area kasir dan terlihat Tini mencoba untuk setenang mungkin dan tersenyum simpul sambil memperhatikan ku. Tampak dari sinar mata Tini mencoba untuk memberikan isyarat minta tolong. Sambil berjalan aku mencoba untuk berpikir apa yang harus di lakukan untuk mengatasi hal ini. Maklum aku juga baru mengalami hal ini dan di saat perdana aku memegang shift sendiri. Terbesit sesuatu yang membuat aku tenang dan membuat hati ku terpatri pasti bisa mengatasi hal ini semua. Entahlah..ada sesuatu yang membuatku tenang menghadapi hal ini semua, atau memang mental dan moralku yang sudah tertempa bertahun tahun dalam menghadapi tantangan hidup. Dari semenjak menginjak sekolah lanjutan pertama dan Atas aku sering menghadapi masalah sendiri. Lalu berlanjut ke perguruan tinggi merantau ke Jakarta yang kata orang salah satu kota yang lebih kejam dari ibu tiri dan memang terbukti benar.
“Ri, minta tolong ambilkan SKU yang ada di mika barang tersebut ri. Segera..” seruku agak sedikit berbisik memberikan instruksi ke Ari yang sedari tadi ada di belakangku mengikuti ku ke arah kasir.
“Ada apa bu, kalau boleh tau?” Tanyaku dengan sedikit pelan, sopan, santun dan agak sedikit membungkuk. Kuusahakan setenang mungkin dan tidak gagap ataupun takut menghadapi galaknya ibu yang berada di depanku. Tampak tahi lalat sebesar kacang polong menempel pada sisi sebelah kanan dari mulutnya dan tidak jauh dari lobang hidung ibu tersebut. Tahi lalat tersebut tampak terkesan bahwa ibu tersebut tampak cerewet dan jutek. Kerudung biru muda tampak asal asalan menempel pada kepalanya, dengan ujungnya terbelit dengan kesan tampak asal-asalan juga pada leher kerah blus biru berbahan kaos polos yang di pakai oleh si ibu. Tampak berat badan berlebih terlihat dari lekuk tubuh dan lipatan pipinya yang bergerak ketika mukanya mengarah ke arah ku. Ibu tersebut masih memegang barang yang akan di belinya sedangkan tangan kanannya mengepit sebuah dompet dengan bahan beludru berwarna merah muda. Ketika melihatku dengan tampak sopan dan tersenyum ramah, si ibu pun menghela nafas terlebih dahulu, lalu dengan tenang mencoba untuk memulai dengan sebuah pertanyaan.
“bapak penanggung jawab toko ini?”
“Iya bu, kalau boleh tau ada apa ya bu? Karena saya dengar tadi ibu agak sedikit emosi dengan salah satu team saya.” Ujarku sambil tersenyum ramah dan menggerakkan badanku agar tampak relaks dan tidak kaku menghadapi hal yang memang baru pertama aku alami terjadi.
“begini pak, ini kok harga barang yang diraknya beda dengan yang tertera di struk nya. Untung tadi saya belum meninggalkan toko ini. Saya belanja banyak loh mas” seru si ibu sambil menunjuk plastik besar yang teronggok di bawah meja kassa.
“Mohon maaf ibu, boleh saya lihat struknya?” tanyaku sambil menyodorkan tangan untuk mengambil struk yang sedari tadi dipegang oleh Tini. Aku pun mengambil sku yang di pegang oleh Ari yang sedari tadi sudah standbye berada di sampingku. Memang benar ternyata beda, beda hanya 1500 rupiah.
“masih ada lagi gak bu yang salah atau ada hal lain yang ingin ibu sampaikan ke saya, sekedar sebagai perbaikan bagi kami perusahaan yang baru berkembang bu.” Ujarku agak merendah dan terkesan memberikan kesempatan ke ibu tersebut menyampaikan unek uneknya kembali.
“gak deh pak, saya sudah capek marah marah sama mba nya tadi,” serunya sambil agak tertawa karena melihatku yang mungkin agak merendah dan sangat sopan sekali.
“saya minta maaf bu, sekali lagi saya minta maaf. Ini memang kesalahan kami terutama saya yang kurang teliti untuk update kenaikan harga barang. Memang harusnya tadi pagi kami selesaikan pergantian SKU nya namun karena banyak pergantian SKU dan harus menulis POP juga sehingga kami lupa. Sekali lagi saya pribadi minta maaf. Kelebihannya akan kami kembalikan ke ibu sekarang juga.”
“Oooh begitu ya, ya sudahlah kalau begitu gak apa apalah,’ sudah gak apa apa. Saya yang harusnya malu dan minta maaf sudah marah marah. Saya tidak tahu kalau memang sibuk dan keteteran dalam mengganti harga barang,” Jawab siibu dengan sambil tersenyum ramah. Tidak tampak lagi jutek yang diperlihatkannya barusan.
“Ibu ini tampak terkesan cantik menurutku jika tersenyum dengan renyah dan bersahabat seperti sekarang” pikirku sambil memperhatikan mimik mukanya yang tampak bersemu merah karena mungkin merasa malu sudah marah marah. Dengan mengibaskan tangannya tanda bahwa tidak perlu di perpanjang kembali lalu meraih bungkusan belanjanya.
“ neng, ibu minta maaf ya sudah marah marah.” Teriak si ibu masih sambil tersenyum dan menepuk bahu Tini sambil berjalan menuju keluar toko. Matanya tampak bersahabat dan menatap Tini yang tampak kebingungan melihat keadaan yang berubah 180 derajat lebih baik.
“Hm...Ooooh...i..i..iya bu bu...” Seru Tini tampak gelagapan menghadapi keramahan yang lebih hangat dari sebelumnya. Mata Tini terus menatap kepergian si ibu sampai menghilang disamping toko.    
“Alhamdulillah,” pikirku dalam hati. Aku pun menghembuskan nafas dan mulai berjalan ke arah back office. “Hanya berserah diri dan berdoa pada yang di Atas nya lah sehingga masalah ini bisa aku selesaikan dengan setenang mungkin. Jika aku tidak tenang dan terlalu ngotot serta tidak mendengarkan keluh kesah customer tersebut mungkin bakal ada keributan besar sehingga bisa merusak brand image dari toko ini,” lanjut pikirku kembali.
Back office ini penuh dengan barang dagangan, namun tertata dengan rapi dan ter-grouping sehingga mudah untuk di cari. Hampir semuanya non food dan barang yang fast moving sehingga mudah untuk mengisi gondola yang kosong. Disebelah meja terdapat tumpukan dus dus yang berisi cooking oil yang juga termasuk barang fast moving terpisah dengan departement non food yang berbau sangat tajam. Baru saja aku duduk didepan komputer terdengar bunyi bel yang cukup keras sebagai tanda bahwa kasir membutuhkan acc pembatalan barang atau ada kendala di area depan. Ketika tiba didepan pintu yang memisahkan back office dan selling area, Ari sudah menghadang jalanku. Dengan muka yang cengar cengir seperti kebiasaannya, ari pun berkata
“Pak, kemaren order telor?” Tanya Ari sambil memperhatikan lekat lekat mukaku. Ada alasannya Ari berlaku seperti itu, karena semenjak aku bergabung 3 hari yang lalu belum ada suplier yang datang, sehingga sudah pasti aku belum tahu prosedur datang barang dari suplier. Ari pun mengetahui hal tersebut karena dari pertama sampai dengan hari ini aku selalu satu shift dengan ia. Aku pun membalikkan badanku dan melihat kembali buku komunikasi manajerial, siapa tahu memang ada yang terlewat olehku. Aku pun juga menyesal kenapa pagi tadi aku tidak membaca dahulu info dari manajerial tadi malam untuk info pagi ini.
“Ooooh, iya ada ri, Soenarko Telor ya....oke lah....hm....biasanya seperti apa ri?” Tanyaku yang memang sengaja untuk “down to earth” bertanya kepada Tim service lama yang sudah berkecimpung di dunia retail. Memang kesempatan mereka akan terbuka luas kedepannya tinggal faktor pendidikan saja yang memang kurang beruntung. Namun menurutku kalau mereka di bina dan didik akan lebih bagus jadinya. Mereka juga akan terbiasa menangani customer yang seperti tadi pagi marah marah, trouble shooting komputer dan jaringan, bahkan menganalisa sendiri prilaku customer dan barang.
Baiklah pak,” seru Ari malu malu tetapi dari raut mukanya tampak bangga untuk menjelaskan kepada saya prosedur yang sudah berlaku ketika menerima barang dari suplier.
“Nanti mending lihat saja didepan ya pak..., bapak seakan akan sudah tahu prosedurnya sehingga fungsi bapak hanya kontrol saja dulu. Terpenting kitanya teliti dan jangan salah timbangan kalau untuk telor pak,” lanjut Ari menjelaskan sambil tangannya mengayun di depan badannya seakan akan menjelaskan prosedur yang ada dengan menitik beratkan pada tekanan di tangannya.
Aku pun hanya mengangguk anggukkan kepalaku sambil berjalan menuju kedepan. Ari langsung mengambil posisi didepan timbangan dan mengosongkan serta membersihkan area di sekitarnya untuk menaruh telor yang akan ditimbang. Sang panggul telor pun sudah siap sedari tadi dan ketika melihat Ari sudah siap di depan timbangan dengan buku dan ballpoint di tangan. Ia pun segera menuju mobil colt bak berwarna putih yang di parkir dengan pantat mobil menghadap ke pintu masuk toko. Ia pun membawa tumpukan tray yang berisi telor. Tinggi tumpukan tray telor tersebut kira kira hampir setengah meter. Tumpukan tray tersebut di taruh pada timbangan dan ari mencatat setiap angka berat yang muncul pada timbangan tersebut. Setelah berjalan sampai dengan 10 tray yang di timbang muncul rasa penasaran dari ku, namun untuk bertanya tetap aku tahan karena aku yakin Ari pasti berpengalaman dan bisa di andalkan dalam hal ini.
Setelah selasai 15 Tray seperti yang sudah di order dalam buku komunikasi manajerial yang di tulis oleh Pak Herman. Sang kuli panggul masuk kedalam mobil dan mengambil kertas dengan tulisan invoice pada pojok sebelah kanan. Kertas tersebut ada 4 rangkap dengan berbeda warna. Pada lembar pertama yang berwarna putih sudah ada tulisan tangan dengan jumlah kg yang ada. Ari pun terlihat mengkalkulasi hasil perhitungan yang sudah di tulisnya. Lalu ia pun mengecek dengan jumlah berat yang ada di invoice.
“Oke, cocok, pak minta tolong tanda tangan invoicenya,” seru Ari dengan senyum terkembang puas. Aku pun membalas senyumannya sambil mengambil invoice yang disodorkannya kepada ku. Aku pun meminta catatan yang ari pegang untuk sekedar formalitas pengecekan ulang. Setelah aku telaah memang tidak berbeda jauh, hasil pengukuran Ari terlihat lebih koma di belakang saja dari invoice. “Secara logika memang toko diuntungkan,” pikirku lalu mulai menanda tangan di tempat yang sudah disediakan. Setelah selesai lembar putih dan merah diserahkan kepada ku, “ Untuk diinput di program serta dikirim kepusat pak,” Seru Ari sok tahu.
“Ri, memang ada patokannya untuk telor?” seruku penasaran karena ketika aku melihat hasil timbangan semuanya di angka 12 koma sekian sekian lalu di belakangnya tertera kg yang artinya kilogram.
“ begini pak, kita timbang tray ya pak. Satu tray itu biasanya 1 gram atau dibawah 1 gram. Jumlah tray tadi ada 6 tray pak. Jadi jika 6 tray berarti sekitar 6 gram,” ujarnya sambil menimbang salah satu tray dan lalu menumpukkan 6 tray berikutnya sebagai tanda uji coba untuk menjelaskan kepadaku.
“berati tadi satu tumpukan harus 12,6 kg pak tidak boleh kurang dari angka tersebut.”sambungnya menjelaskan.
  “jadi total telor tersebut adalah 180 kg?” seruku berdecak kagum dan memang benar invoice yang aku pegang adalah 180,2 kg sedangkan catatan Ari adalah 180,90 Kg.
“Ooo begitu, oke saya mengerti, tapi memang yakin habis ri segitu dalam waktu minimal 4 hari maksimal seminggu loh?’ Ujarku penasaran
“Tenang pak, pasti habis. Seperti biasa dalam waktu 4 hari juga pasti kita order kembali. Kalau Jumat sabtu dan minggu kita biasanya order sampai dengan 20 Tray loh pak” ujarnya sambil tersenyum dan membereskan tray yang tadi di pakai sebagai contoh untuk mengajari ku.
Aku pun hanya mengangguk anggukkan kepalaku tanda mengerti dan juga kagum karena telor merupakan fast moving paling cepat di toko ini. Pantas saja siapapun manajerialnya di toko ini wajib untuk berdiri dan melayani di area telor. Karena anak anak juga sudah mempunyai tugas untuk selalu mobile isi barang lainnya. Aku pun memperhatikan invoice suplier dan berjanji dalam hati besok minta diajarkan untuk input suplier datang di program itu bagaimana.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan angka jam setengah dua siang menjelang sore hari. Pengunjung pun bertambah banyak dan terlihat juga team siang pun sudah datang satu persatu. Terdengar suara cemprengnya Tedi dan tertawa jeleknya Andi yang datang sambil meledek Tini. Aku pun hanya tersenyum dengan sedikit gembira karena setidaknya hari ini aku mendapatkan pelajaran yang berharga.
“ Perjuanganku baru dimulai” Seruku dalam hati

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO