Tidak pernah bermimpi
sekalipun untuk kejadian yang menimpa ku hari ini. Ketika selesai Upacara
Bendera yang rutin setiap hari senin, kami pun mendapatkan pengumuman
bahwa kelas ku di jadwalkan Senin depan bertugas sebagai penyelenggara
Upacara. Sekolah kami memang mempunyai tradisi, dengan memberikan
kesempatan bergilir kepada kelas 4 sampai dengan kelas 6 untuk menjadi
penyelenggara Upacara Bendera. Setelah bubar Upacara, bu Sri Wali kelas kami
mengumumkan siapa saja nama-nama Petugas yang akan menempati posisinya
masing-masing.
"Aan kamu sebagai
pembaca Undang Undang Dasar 45, Angel kamu sebagai pembaca Doa, Kusmiran
kamu sebagai Pembaca Pancasila, Sehat kamu sebagai Pemimpin Upacara, Amir,
Indra dan Indah sebagai pengibar bendera, saitoh sebagai dirigen. Sisanya jadi
paduan suara." Ujar Bu Sri menjelaskan secara rinci ketika kami sudah
masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran. Aku, Sehat, Angel, Amir dan
Kusmiran saling berpandangan sambil tertawa cekikikan karena tidak menyangka Bu
Sri memilih anak anak yang terkenal paling bandel di sekolah. Kami berlima
selalu bersama, tidak ada hari tanpa keriuhan dan kenakalan kami di sekolah.
Walaupun memang tidak membahayakan teman teman yang lain, tapi kami terkenal
memang susah diatur. Karena terlihat kami selalu bersama timbullah sebutan kalau
kami membentuk sebuah gank. Walaupun kami tidak tahu apa artinya sebuah gank,
atau apalah sebutannya namun kami biarkan saja biar di sebut keren.
"Ketika jam
pelajaran ibu setiap hari Selasa, Rabu dan Jumat, kita latihan selama satu Jam
pelajaran," lanjutnya sambil memperhatikan deretan tempat aku duduk dan
gank, dengan sorot pandang tajam. Menyiratkan kepada kami bahwa apa yang di
tugaskan kepada aku dan gank adalah hal yang penting dan bukan main-main.
"Biasanya latihan
hanya 2 kali untuk kelas lain tapi kali ini latihan sampai 3 kali. Kemungkinan
bu Sri tidak percaya kalau acara akan berlangsung sukses dengan anak-anak
bengal di dalamnya, he he he." Pikirku sambil tersenyum terkekeh.
Setelah bu Sri keluar
dan di gantikan dengan guru yang bertugas untuk mengajar, aku dan gank sepakat
untuk kali ini menerima tugas tantangan Bu Sri dengan serius.
"Demi nama
kelaslah, kali ini serius ya," ujarku kepada teman-temanku. Mereka pun
hanya tertawa dan mengacungkan jempolnya kepadaku.
Latihan pertama...
Sangat jauh dengan
yang namanya sukses...Sehat sebagai pemimpin upacara belum lantang berteriak
memberi aba-aba dan belum berdiri tegas seperti layaknya pemimpin upacara. Amir
dan teman-temannya sesama pengibar bendera, belum kompak dalam baris berbaris
dan masih terbalik mengibarkan bendera. Tiba giliranku berlatih membaca
undang-undang dasar, namun ketika mengayunkan mapnya kedepan untuk di baca
malah terlempar karena peganganku longgar dan agak sedikit grogi. Hal tersebut
kontan membuat bahan tertawa-an bagi teman kelasku.
Lain halnya dengan
Kusmiran sebagai pembaca Pancasila, tampak terbata-bata kerena grogi dan
pengucapan huruf "R" menjadi "L" pun sangat kentara.
Sedangkan Angel tampak sedari tadi gelisah, mungkin takut di tertawakan seperti
aku dan Kusmiran atau memang gak kuat berdiri.
"Kenapa Ngel?"
Gak kuat berdiri ya? Gelisah amat, santai saja lah..."
"Gak...gak
apa-apa kok," ujarnya sampai berkeringat banyak dan menggoyang-goyangkan
badannya.
Cukup di maklumi kalau
kami selama ini tidak disiplin dan terbiasa, karena setiap upacara kami selalu
berdiri paling belakang. Kalau tidak ada pengawas kami pun bergerombol ngobrol
dan duduk menggelepok di rumput lapangan upacara.
Tiba giliran Angel
akan membaca doa, maju satu langkah dan mengambil map lalu mengacungkan
tangannya kedepan untuk membuka map, namun tiba-tiba terdengar, "tuuuuuut,
pret pret...pelan tapi jelas," asalnya dari bagian belakang bawah tubuh
Angel. Kami pun teman yang berdiri paling dekat pun langsung bubar.
"Bu, maaf aku
permisi dulu...udah keluar bu," ujar Angel sambil tangan kanan memegang
perut dan tangan kirinya memegang belakang celananya. Lalu tanpa menunggu
aba-aba persetujuan dari bu Sri, Angel pun lari tunggang langgang menuju kamar
kecil.
Akhirnya latihan
pertama sukses di bubarkan. Namun keputusan bu Sri tetap pada tempatnya, kami
tetap menjadi petugas Upacara Senin nanti.
Selepas sekolah, ku
lemparkan sepatuku di tumpukan sepatu-sepatu lainnya di rak penyimpanan. Hari
ini sangat panas sekali, sinar matahari sangat menyengat kulit dan kepalaku
ketika latihan upacara tadi dan hampir satu jam di lapangan sekolah untuk
berlatih. Aku mengutuk habis-habisan keputusan bu Sri, untuk berlatih langsung
di lapangan sekolah pas jam akhir menjelang pulang sekolah. Jam-jam tersebut
matahari sangat hot-nya menyinari ubun-ubun kepala kami. Ketika sampai di kamar,
Aku letakkan tas sekolah di atas meja belajar, lalu membuka botol air mineral
yang ku ambil dari dalam lemari es. Segarnya air mengalir ke kerongkongan dan
mengademkan tubuhku yang kegerahan, lalu rebah ke dalam pelukan bantal dan
kasur sambil melepaskan penat dan lelahnya tubuhku yang masih bersimbah peluh
tanpa mengganti baju seragam sekolah. Aku edarkan pandangan mataku ke seluruh
dinding kamar yang berlapis cat krem.
“Dari dulu pengen
pasang poster, tapi was was papa dan mama pasti marah," pikirku, sambil
pikiranku menerawang ketika minggu kemarin pulang dari kursus bahasa Inggris
untuk mampir ke tukang jualan poster. Tapi tidak jadi membeli karena khawatir,
begitu juga teman-temanku yang lain. "Padahal ada logo Bon jovi dan Gun's
n Roses dengan gambar tengkorak di kelilingi bunga." Pikirku dengan rasa
sesal yang timbul, karena khawatir pasti sudah di ambil orang.
Tapi tiba-tiba aku
teringat terhadap salah satu poster yang lama aku pandangi ketika minggu
kemarin dan aku beli beberapa hari yang lalu ketika pulang dari kursus. Poster
tersebut bergambar pesawat tempur yang ikut serta dalam Perang Dunia ke dua.
Aku sebenarnya sudah mendeklarasikan kepada orang tua ku bahwa aku bercita-cita
untuk menjadi Pilot pesawat tempur AURI. Cita-cita tersebut memang terus
mempengaruhiku, setiap ada gambar pesawat tempur di koran ataupun majalah, aku
pun mengguntingnya lalu ku buat kliping sebagai hobi koleksi. Akhirnya aku
putuskan untuk membelinya besok hari ketika jadwal kursus. Aku akan coba untuk
menempelkannya di dinding. Mudah-mudahan diijinkan, jika tidak bermasalah, akan
aku penuhi lagi dinding kamarku dengan poster lainnya.
"Terpenting
tampak rapi dan tidak berantakan," pikirku sambil tersenyum. Ku coba untuk
bangun untuk menghidupkan radio tape untuk mendengarkan hiburan dari lagu-lagu
yang di putar pada frequensi program radio kegemaranku, “sebagai teman pelepas
penat.”
"Akhirnya
kesampaian juga aku menempelkan poster ini," pikirku sambil memandangi
poster dengan gambar pesawat tempur lama yang berpartisipasi dalam Perang Dunia
kedua tertempel di dinding dekat meja belajarku.
Sore nya, mamaku masuk
ke kamarku untuk memasukkan pakaian yang telah rapi di setrika.
"tidak ada
komentar apa pun." Begitu juga papaku yang mengingatkan ku untuk Salat
Magrib pun hanya melihat dan tidak berkomentar apapun.
"Aman,"
pikirku sambil tersenyum dan rebah di atas tempat tidurku. Malam ini kucoba
untuk tidur, terbayang bahwa esok hari akan ada latihan kedua dalam kondisi di
bawah sinar matahari yang panas terik. Ku hembuskan napasku dengan pelan
berusaha untuk membuang pikiran rasa malas karena membayangkan latihan
tersebut,"pengalaman untukku menjadi petugas upacara," pikirku sambil
imajinasiku kembali berkelana membara di alam khayal yang luas.
Latihan Kedua...
Sedari pagi aku
mendengar dari pembicaraan amir semenjak di tunjuk jadi petugas selalu berlatih
baris berbaris di kamar. Hasilnya lumayan ada kemajuan tinggal kekompakan dalam
pengerekan bendera dan mengingat trick supaya bendera ketika di tarik tidak
berlipat ataupun terbalik.
Hal tersebut memenuhi
harapan bu sri di awal latihan yang sudah wanti-wanti mengingatkan kembali akan
kesiapan kami berlatih.
"Tolong pastikan
bahwa hari ini kalian siap berlatih serius. Anggap bahwa tidak ada yang
menyaksikan dan hanya ada kalian sendiri yang ada di lapangan ini,"
serunya berusaha menyarankan supaya kami tidak grogi.
"Angel, Aan, Kusmiran,
sudah tidak ada rasa pengen buang air kecil atau air besar? Sehat lantangkan
lagi suaranya...badan besar tapi suaranya kaya perempuan. Berdiri yang tegap
dan penuh wibawa, ingat...kamu itu pemimpin upacara." Lanjut nasehatnya
ketika akan membuka latihan. Matanya dengan tajam terus memandangi kami
berlima, seakan-akan mau memakan kami bulat-bulat.
Hasilnya memang
lumayan sukses dengan beberapa kritikan. Suara kami bertiga ketika jadi pembaca
kurang lantang. Sehat masih salah dalam posisi berdiri dan sering lupa
kata-kata untuk aba-aba. Seperti kali ini ketika ia memasuki lapangan langsung
menghadap membelakangi peserta Upacara. Seharusnya ia menghadap peserta dan di
beri hormat terlebih dahulu baru berbalik. Memberi laporan untuk pelaksanaan
Upacara kepada pembina Upacara, berjalan terlalu dekat dengan pembina.
"Sekalian aja
bisik-bisik aja Sehat laporannya gak usah teriak," teriakku bercanda
sambil tertawa namun segera ku hentikan karena bu Sri menatap dengan melototkan
matanya ke arahku.
"Kepada Bu Sri
Hormaaaaaat grak," aba-abanya Sehat ketika pembina upacara yang di
misalkan bu Sri memasuki tempat upacara.
"Lapor Upacara
Bendera Hari Senin Tanggal 11 Desember 1990 di lanjutkan," teriaknya
lantang dan salah ucap.
"Kepada Sang Saka
Merah Putih hormaaaaaaaaaaaaaat...." Aba-aba sehat tanpa ada grak.
Otomatis membuat rancu aba-aba tersebut.
Walaupun belum
terhitung sukses namun membuat bu Sri masih bisa tersenyum ketika menutup
latihan. Kali ini ia juga bersyukur bahwa bisa menutup latihan kedua dengan
baik dan tidak seperti hari pertama latihan. Secara keseluruhan masih ada
kata-kata pujian yang ia ucapkan. "Syukurlah," pikirku lega dan
mengharapkan cepat-cepat untuk meninggalkan lapangan karena kerongkonganku
kering, perut yang lapar dan kaki yang sudah pegal berdiri.
Menjelang akhir
minggu, kamar ku pun sudah penuh dengan poster yang aku sukai. Sebenarnya tidak
terlalu penuh, hanya sebagian saja dengan modifikasi seperti membentuk sebuah
variasi seperti bulatan dengan poster-poster yang aku gunting dan susun kembali.
Dinding satunya dengan gambar tengkorak guns n roses lalu sekelilingnya
melingkari dengan logo Bon Jovi, Van Hellen, serta logo lainnya. Tidak ada
tanggapan dari orang tuaku, mereka hanya diam dan tidak berusaha menghalangi
tindakan kreatifku. Ketika teman-temanku berkunjung ke kamarku mereka
terkagum-kagum memandangi hasil kreasiku.
"An, kreatif
juga...tapi kurang satu fotoku kok gak di pajang," ujar Kusmiran sambil
nyengir.
"Dipasang Kus di
kamar mandi untuk ngusir tikus," pikirku sewot
"Memang bisa An,
foto kita untuk ngusir tikus?." Tanya sehat tampak serius
"Coba saja Sehat,
siapa tau sukses," jawabku acuh tak acuh sambil menggunting beberapa
poster untuk variasi dinding ku yang lain. Alhasil keesokan harinya orang tua
sehat geger karena menemukan foto diri sehat tergolek di dalam kamar mandi.
Latihan ketiga...
Bisa terbilang sukses
dan dinyatakan kami siap tayang untuk Upacara Bendera senin. Kesalahan kecil
hanyalah penyesuaian tempo penaikan bendera dengan lagu yang di nyanyikan
paduan suara. Alhasil latihan kali ini tidak terlalu lama dan bu Sri pun tampak
tersenyum puas melihat hasilnya. Namun ia masih wanti-wanti untuk
pelaksanaannya tidak boleh berubah sesuai latihan hari ini. Ia minta kami
maksimal senin nanti.
"Kita lihat nanti
bu Sri, yang pasti ijinkanlah kami untuk segera pulang." Pikirku dengan
tidak sabar. Seperti hari sebelumnya, latihan masih di bawah sengatan sinar
matahari yang terik. Namun kali ini lebih terik dari hari biasanya.
Namun siang ini
kejutan menghampiriku. Papaku membelikan sepeda BMX dengan tujuan agar aku bisa
bermain dengan leluasa menghampiri teman-temanku yang lain. Harapan lain dari
papaku adalah supaya aku bisa lebih berprestasi lebih baik supaya bisa memasuki
sekolah favorit di kotaku.
"Aan berjanji
yah, untuk lulus dengan predikat baik dan bisa masuk SMP NEGERI," teriakku
berjanji. SMP NEGERI merupakan sekolah Menengah Pertama Negeri Favorit di
kotaku. Setiap orang mengenal disiplin, kualitas dan lengkapnya fasilitas yang
di miliki oleh sekolah tersebut. Sehingga tidak heran aku pun sudah mengimpikan
untuk bersekolah di tempat tersebut.
Sepeda ini masih di
lengkapi dengan roda kecil bantuan di samping kiri dan kanan, maklumlah aku
belum bisa naik sepeda sebelumnya. Sepanjang sore dan hari minggunya aku pun
belajar bersepeda dengan di bantu oleh papa dan teman-temanku. Teman-teman satu
gank ku pun pada akhirnya ingin di belikan sepeda dan sedang dalam proses
pengajuan...he...he...he. Karena keuletanku belajar pada akhirnya minggu sore
pun aku sudah bisa mengendarai sepeda tanpa menggunakan roda pembantu lagi.
"Mungkin terlalu
cepat tapi kita lihat hasilnya besok sore ketika pulang sekolah."
Senin pagi upacara
Bendera pun di adakan dengan yang bertugas adalah dari kelas kami 6C. Baju yang
kami kenakan adalah baju panjang putih dan celana pendek putih. Menurut mama
sih aku tampak ganteng pagi ini
"He...he...he
sudah dari sono nya". Semuanya berjalan lancar tanpa ada kesulitan sampai
pada akhir Upacara.
Aku dan gank ku pun
sudah menunaikan tugas dengan baik kali ini. Hilang sudah cap bandel dari diri
kami, maklumlah kami merupakan anak-anak yang paling sering di hukum. Kepala
sekolah pun menyanjung kami sebagai anak-anak yang sudah bertobat dan patut di
contoh oleh anak bandel lainnya
"Hm...ya
barangkali." Pikirku dengan tersenyum.
Bu Sri pun menyalami
kami setelah upacara selesai dan mengucapkan selamat kepadaku dan gank. Namun
hal itu tidak berlangsung lama, siangnya kami pun berulah kembali dengan
bermain basket di dalam kelas hingga menghantam pas bunga di atas meja guru dan
memecahkan pigura kaca yang tertempel di dinding.
"Kalian
lagi...kalian lagi...kapan mau berubah ya, duch...ampuuuuuuun." Seru bu
Sri menggeleng-gelengkan kepala pasrah dan seperti menyerah atas kenakalan kami
yang tidak pernah diam berulah.
Kali ini pun
hukumannya kami di suruh membersihkan kamar mandi sekolah.
"Waduuuuuuh,"
pikirku sambil menggeleng-gelengkan kepala, bertambah berat hukumannya. Namun
mau gak mau pun hukumannya kami jalankan dengan membagi tugas.
Selepas pulang
sekolah, tanpa berganti pakaian aku pun langsung tancap gas kembali bersepeda.
"An, ganti baju
dulu dan makan siang, nanti kotor dan kamunya sakit lagi." Seru mama
menasehati. Namun aku pun pura-pura tidak mendengar. Sampai ketiga kalinya mama
pun mengingatkan dengan terakhir kalinya dengan nada keras dan marah. Aku pun
hanya tersenyum dan tertawa sambil menjawab."Nanti mah sedang
tanggung." Seraya bergerak menjauh dari rumah menuju ujung kali didekat
jalan besar.
Ketika sedang mau
membelok dan akan kembali ke rumah dari ujung kali, aku pun ceroboh tidak
mengurangi kecepatan. Alhasil aku pun masuk ke kali dan terjun bebas ke
dalamnya,"byuuuuuur."
Untungnya kali nya pun
dangkal dan hanya selutut di karenakan sedang musim kemarau. Namun tubuhku
basah dan di penuhi dengan lumpur. Sedangkan sepedaku terbenam masuk ke dalam
lumpur. Mama yang sedari tadi memperhatikan panik menjerit dan membuat hampir
seluruh penduduk kampung keluar dan menolongku. Aku pun hanya bisa menangis malu
karena yang menyaksikan seluruh orang kampung.
"Ma, kalau panik
jangan menjerit dong, malu aannya sama orang kampung." Ujarku ketika di
mandikan dan di bersihkan mama. Mama pun mencubit pahaku dengan berbagai
nasehat yang keluar dari mulutnya.
"Aduuuuh," meringis
kesakitan menahan cubitan mama yang kesal karena tidak mengikuti nasehatnya.
Tidak lama gank ku pun
hadir karena mendengar cerita dari Angel yang tinggal sebelah rumahku. Alhasil
aku pun menjadi bahan tertawaan mereka.
"Bagaimana an,
dapat kodoknya?" Ujar kusmiran sambil tertawa
"Bukan kodok kali
kus, ikan betok kali ya" ujar Amir yang kali ini ikut mengeroyokku untuk
mentertawakan. Sedangkan Angel yang menyaksikan aku jatuh dan sedari tadi terus
tertawa terpingkal-pingkal melihat keadaanku kala itu. Sampai saat ini pun
tidak berhenti bercerita kepada gank sambil tertawa mengolok-olokku.
"Baju dan Celana
putih aan berubah jadi hitam termasuk mukanya, seperti orang hutan saja,"
seru Angel seru bercerita sambil tertawa.
Aku pun hanya
mendengarkan dan berbaring pasrah di keroyok oleh teman-temanku. Namun memang
kondisiku saat itu langsung berubah drastis, malamnya aku pun langsung panas
tinggi dan sering muntah-muntah. Ada rasa sakit di bagian perut atasku, kembung
dan sedikit kencang, malam itu pun aku langsung di antarkan ke UGD. Vonis
sementara aku menderita penyakit tiphus/tipes. Malam itu pun aku sudah menginap
di rumah sakit dengan impus ditangan, tanpa sadar dengan demam tinggi.
No comments:
Post a Comment