Selama liburan ini kegandrunganku terhadap drama radio
seperti Brahma Kumbara ataupun Misteri Gunung Berapi menjadi-jadi. Drama radio tersebut
sangat terkenal, tidak pernah satu episode pun tertinggal. Namun hasilnya aku
menjadi bertambah penakut apalagi jika malam tiba. Ditambah lagi setiap malam
tertentu raungan anjing tetangga yang selalu terdengar cukup menakutkan ku.
"Sial, itu anjing si robert...bikin
takut aja," pikirku. Robert merupakan tetangga depan rumahku. Dia satu
satunya keluarga di kampungku ini yang memelihara anjing. Menurut ku raungannya
seperti raungan yang ada di radio-radio dan seperti biasanya anjing tersebut
melihat mahkluk halus atau apapun yang berbau gaib. Tidak heran jika memang aku
menjadi penakut. Di kampungku aku hidup ditengah tengah daerah yang masih
kental bau mistisnya. Dengan daerah yang juga di bilang masih daerah bekas
pembukaan hutan, maklum daerah ku walaupun sebagai Ibu Kota Provinsi masih di
bilang dalam tahap pengembangan.
Suatu ketika, tetanggaku selang 2 rumah meninggal dunia.
Tetangga tersebut merupakan seorang perempuan muda yang tinggal sendirian.
Menurut saudaranya ia menderita TBC akut dan tidak tersembuhkan. Perempuan
tersebut akrab sekali dengan mama, sering berkunjung ke rumah dan terlihat
berbincang-bincang dengan mama serius. Aku pun dari kecil mengenalnya sampai
menjelang hari kematiannya. Menurut orang-orang kampung ku kematiannya sangat
tragis. Karena hal tersebut timbul desas desus dikalangan teman temanku bahwa
orang yang mati muda biasanya akan menjadi hantu dan menghantui kampung ini.
Hal tersebut sangat mempengaruhi prilaku ku yang sangat penakut ini.
“Mah, aan gak mau lagi ke warung kalau malam-malam
akhh...pending dulu ya selama seminggu," ujarku memberi saran ke mama.
"Kalau mama butuh
sesuatu, di pikirkan pas sorenya," saran ku kembali ke mama.sok dewasa.
"Ya, ujar mamaku yang mengerti akan penyakit penakutku
dengan sembari lalu.
Malamnya...
Menurutku mama juga takut dech, buktinya malam ini ia
mengajak anak-anaknya untuk tidur di kamar tidurnya, sementara papa memang
sedang bertugas di luar kota.
"He he he, ketauan juga kalau mama penakut, tapi ada
bagusnya juga karena rencanaku malam ini tidur minta di temenin mama,"
pikirku sambil tersenyum.
Televisi pun sengaja mama pindahkan ke dalam kamar, sehingga
aku bisa menonton sambil menunggu kantuk yang menyerangku. Pada akhirnya pun
aku sukses terlelap hingga...entah jam berapa...sayup sayup aku mendengar mama
ku berteriak histeris dan kasar...
"Wooooiii, pergi sana jangan ganggu kami...kau udah di
alam lain pergi sana...," teriak ibuku lalu menyambung dengan melantunkan
ayat kursi.
Di luar ku dengar raungan anjing tetangga mengaung
menggidikkan bulu romaku.
"Akhhh, ada mama ini," pikirku.
Tidak ku ingat lagi apa yang di katakan mamaku, karena aku
sudah sangat ingin tidur lagi dan pada akhirnya terus terlelap.
Paginya...
"Mah, semalam kenapa teriak-teriak," ujarku
menanyakan sambil melahap sarapan nasi goreng yang dibuatkan mama.
"Gak ada apa-apa," ketus mamaku sambil berlalu ke
depan untuk menyambut tetangga sebelah rumah wa' kus yang sedang berkunjung ke
rumah.
"Wah, ngerumpi nih, pasti
seru...pengen tau mama tadi malam ada apa ya?" Pikirku sambil berjalan ke
ruang tamu karena biasanya mama dan tetangga pasti ngobrol di teras rumah.
Aku pasti bisa mendengar dari ruang tamu karena suaranya pasti
jelas dan dekat. Sambil menenteng piring nasi goreng pun aku melanjutkan makan
sambil menguping.
"Saidah datang kerumah semalam wa' kus," ujar
mamaku. Saidah adalah perempuan yang meninggal muda dua hari yang lalu.
"Yang bener aja mi (nama mama ku helmi), nakut-nakutin
akh." Seru wa kus sambil melotot dan terperanjat kaget. Begitu pun aku
yang mendengar perkataan mama menjadi ciut namun semakin penasaran untuk
mendengar apa yang akan di utarakan mama selanjutnya.
"Iya serius, setiap datang ke rumah sepanjang almarhumah
hidup khan senangnya melihat-lihat koleksi piring piring antik antik di lemari
dan pajangan. Sering di bersihkan olehnya dan di tata rapi kembali. Semalam
begitu wa kus...bunyi piring antik seperti di tata, lalu bunyi lap seperti
membersihkan piring, membuka lemari lalu menyapu. Wah...benar-benar menakutkan
persis seperti almarhumah hidup." Jelas mamaku sambil menatap kebun kecil
menghias halaman depan rumah kami.
Aku yang mendengarnya tambah terkesiap. Kutatap lemari dan
pajangan piring-piring antik mama ku.
"Iya benar juga, almarhumah sering datang untuk
mengagumi piring antik mamaku, rajin sering menyapu kalau aku sedang mengotori
rumah," pikirku menerawang ke masa-masa almarhumah hidup.
“Hiiiiii, menakutkan," ujarku setengah berteriak lalu
kabur menuju dapur untuk menaruh piring, lalu kabur kembali untuk bermain
bersama teman-temanku.
Teror tersebut terus menerus terjadi, Itu pun aku tahu karena
mendengar apa yang di bicarakan mama dengan wa kus. Jika malam kemarin di
lemari pajangan, malam besoknya pindah ke ruang tamu, lalu pindah ke ruang
televisi, terus menerus berlanjut selama hampir satu minggu. Aku pun selalu
terjaga setiap mama berteriak histeris di tengah malam, namun karena sudah
percaya sama mama, aku pun terus selalu melanjutkan tidurku dengan sukses. Namun
ketika kami bangun di pagi hari, keadaan dan kondisi ruangan yang di teror tadi
malam pun tetap sama seperti yang kami tinggalkan sebelum tidur..aneh..benar
benar aneh.
Mama pun selama seminggu juga sukses menyelenggarakan tidur
bareng satu keluarga dalam satu kamar. Teror itu pun terhenti ketika papaku
pulang kerumah. Namun keranjingan tidur ditemani mama pun terus berlanjut
selama satu bulan, karena rasa takut terhadap hantu Saidah masih ada melekat di
pikiranku. Papaku berusaha meyakinkan bahwa tidak ada lagi hantu yang datang
kerumah, tetapi tetap saja aku memaksa.
Sangat beralasan memang setiap malam rasa takutku selalu
menghantui. Selain karena adanya teror dari hantu Saidah, setiap malam raungan
anjing tetangga selalu terdengar dan menggangu tidur-tidur malamku. Pernah
suatu ketika, aku pun berlari dari kamarku karena raungan anjing tetangga
berada di depan pagar dekat kamarku dan tidak henti hentinya meraung memilukan
bagi aku yang mendengarnya. Aku menggedor-gedor kamar mama ku dan meminta tidur
bersama mereka...
"Hiiiii, sialnya," mungkin ia melihat kuntilanak
lagi kali ya?" Pikirku sambil beringsut mendekati mama supaya merasa
tenang dan aman untuk tidur.
Setelah papa berada di rumah, memang berdasarkan pantauan
telingaku yang ahli menguping, gangguan dari roh saidah tidak pernah muncul
kembali. Malu kali melihat papaku yang ganteng hi hi hi....Namun suatu ketika
aku pun tau bahwa papa pun pernah di ganggu hantu Saidah. Itu pun aku tahu karena
tidak sengaja mendengar papa dan mama bercerita disuatu sore satu hari setelah
papa datang dari luar kota.
“Mah, memang Saidah sudah meninggal dunia?” Papa pun memulai
pembicaraan ketika mama tengah menghidangkan penganan sore seperti biasanya.
“Iya pa, satu minggu yang lalu satu hari setelah papa
berangkat, memang papa tidak tahu? Bukannya saudara laki lakinya pergi satu
rombongan dengan papa bukan?” tanya Mama
“Iya, tapi tidak satu regu, terus kata si Aan, hantunya
Saidah masuk ke dalam rumah. Memang iya?” seru papa sambil mencoba satu
penganan dan meniupnya terlebih dahulu sebelum di lahap oleh mulut lebarnya
papa yang sepertinya sudah kelaparan dari tadi. Buktinya di tangannya sudah
siap penganan lainnya yang siap masuk ke mulutnya.
“Akh, masa sih, kata siapa...nggak kok pa, aman aman aja. Aan
pasti lagi berkhayal...biasa anak anak,” jawab mama sambil memandang ke tempat
lain dan mama pun mencoba untuk memakan penganan walaupun memang dalam keadaan
masih panas. Buktinya mama kepanasan ketika penganannya masuk ke dalam mulut
mama. Papa yang melihat pun hanya tersenyum dan kenal betul kalau mama sedang
berbohong.
“Semalam juga hantu Saidah datang, papa khan mau menutup
pintu pagar belakang jam 11 malam. Ada bau bunga Melati tercium sangat keras sekali...itu
pun tidak sebentar dan lama tercium sama papa...Papa penasaran dan mencari
tempat asalnya dan melihat ada perempuan seperti Saidah sedang membelakangi
papa. Ia berdiri di samping pagar dalam dekat ruang Televisi mah...karena papa
akan kembali kedalam rumah harus melewati dia, ya mau tidak mau papa berdiri
dahulu. Akhirnya papa baca ayat kursi dan lama kelamaan dia menghilang dan bau
bunga Melati pun tidak tercium kembali,’ Jelas papa datar dan santai. Mama yang
mendengar pun terkesiap dan sangat terkesan. Papa kalau bercerita seperti biasa
saja. Seperti menceritakan kisah yang memang biasa terjadi dalam kehidupan.
Padahal cerita ketemu hantu seperti itu pun pasti sangat berkesan bagi orang
orang biasa seperti mama. Ya begitulah papa,semuanya di sikapi dengan tenang
dan tidak berlebihan. Aku yang mendengar pembicaraan papa dan mama pun hanya
terdiam terpaku tidak percaya kalau papa ketemu hantu tapi dengan tenang
menghadapinya.
Pembicaraan itu pun tidak berlanjut kembali dan sama dengan
tidak berlanjutnya teror Saidah ke rumah kami. Malam malam berikutnya pun juga
tidak ada yang spesial dan Anjing tetangga pun sepertinya sedang malas untuk
gentayangan dan melolong kembali. Hari hari yang indah bagiku untuk tidur,
namun tetap saja untuk malam tertentu seperti malam Jumat aku pun harus ekstra
kuat mental menghadapi gangguan lolongan anjing di tengah malam.
Berbicara mengenai roh gentayangan seperti di radio-radio dan
televisi mungkin ada benarnya kali ya. Tidak hanya kali ini saja aku
mengalaminya. Kejadian lain ketika saudara dekat dari mama meninggal, ia juga
mendatangi rumah kami tetapi tidak ke dalam rumah.
Ceritanya begini...
Satu malam setelah saudara dekat mama meninggal, malamnya aku
merasa gelisah.Sebenarnya perasaanku sudah ingin kembali tidur di temani mama
lagi. Tapi malu akh...aku sudah di ancam oleh papaku akan masuk pesantren jika
aku masih penakut.
“Pesantren? Berdasarkan cerita teman-teman sekolahku,
pesantren merupakan momok yang menakutkan. Jauh dari orang tua, bangun harus
pagi-pagi, tidak bisa menonton televisi dan mendengarkan radio, wah...gimana
jadinya? Bakal gak betah...tapi pulang gak bisa. Karena letak pesantren
biasanya terpencil, di kaki gunung atau bahkan dekat hutan...tidak...tidak..."
Pikirku sambil mengenang kembali perkataan papa.
Oleh karena itu malam ini ku beranikan tidur sendiri dengan
di temani radio butut milik papaku. Lumayan masih bisa mendengar radio dan
kaset tape koleksi papaku yang jadul.
Tengah malamnya, aku kembali terbangung oleh lolongan anjing
tetangga.
"Siaaaal, ini anjing kenapa selalu menggangguku,"
pikirku. Tetapi ada suara lain yang aneh, aku pun menajamkan pendengaranku
"seperti ada yang memakai sepatu boot, sendal, sepatu...semuanya dicoba
satu persatu..." tanyaku dalam hati sambil terus menajamkan telingaku.
"Apakah tukang ronda? Kok bisa masuk halaman rumahku?"
Seruku bertanya...tanya...
Suara tersebut terus kembali berulang-ulang di teras rumah
sedangkan anjing tetangga masih terus melolong menakutkan. Aku ingat tadi sore
memang aku yang memakai sepatu boot dan bermain di halaman depan rumahku yang
kebetulan becek sehabis hujan turun. Posisi kamarku yang di depan dengan
bersebelahan dengan ruang tamu, sehingga aku memungkinkan mendengar aktivitas
yang terjadi di teras dan halaman ruman.
"Kalaupun tukang ronda kok gak ada suara manusia,"
pikirku dan menebak-nebak siapa yang berusaha bermain di teras depan rumahku.
Tebakanku langsung menuju ke rohnya saudara mama yang baru
meninggal datang kerumah. Aku ingat semua posisi sepatu boot, sendal dan sepatu
yang kutinggalkan di depan rumah, sehingga terbayang dan mewujud dalam
pikiranku bahwa roh tersebut sedang mencoba dan memakai barang-barang tersebut.
Suara tersebut makin menjadi-menjadi suara sepatu, sendal, boot bersamaan di
pakai berdetak-detak bersentuhan dengan lantai teras bersahutan dengan suara
anjing yang melolong, memilukan menambah takut dan ciut nyaliku. Untuk keluar
kamar, malah bertambah takut apalagi untuk menyibakkan tirai dan melihat siapa
yang melakukannya...aku pun tidak berani.
Gemetar seluruh tubuhku membayangkan jika roh tersebut
mengarah ke arah jendela kamarku, berarti peluang untuk masuk ke kamarku
semakin terbuka untuk bertemu hantu tersebut. Bertambah panik aku membayangkannya,
aku memutar otak untuk mengusir hantu tersebut. Aku ingat mamaku pernah
berteriak memaki hantu saidah yang dulu pernah mampir kerumahku, tetapi saat
ini berbicara pun aku tidak bisa apalagi berteriak. Semuanya kaku, tertegun dan
hanya bisa menelan air ludah. Aku melihat tape recorder butut papaku, entah apa
yang terlintas, tanpa berpikir dua kali, aku mengambil kaset tape dan
memasukkannya lalu menghidupkannya dengan volume yang keras.
Tidak lama kemudian...
"Aan, apa apaan ini malam-malam berisik!!!" teriak papaku
yang tiba-tiba muncul dari pintu kamarku. Cukup mengejutkan dan membuat ku
terlompat dari tempat tidurku dengan mata melotot tajam, melihat papaku yang
muncul aku pun menghela napas dan menceritakan dengan terbata-bata mengenai
kejadian barusan.
Alhasil malam ini aku tidur di temani dengan mama ku lagi.
Malam ini radio tape recorder papa berjasa menyelamatkanku dari cengkraman
suara aneh dan misteri menurutku. Aku pun tersenyum melihat radio tape tersebut
dan berjanji akan terus menggunakannya sampai ia pensiun dan di gantikan dengan
yang baru. Tidak aneh mulai saat itu aku pun gandrung menyalakan radio tape di
malam hari sebagai pengantarku tidur.
No comments:
Post a Comment