Tuesday, March 14, 2017

AAN KECIL "ALWAYS ABOUT ME"

Siang itu semenjak pulang dari sekolah, aku mengurung diri di dalam kamar. Rasanya malas sekali untuk bermain dengan teman-temanku siang ini, selain karena udaranya yang cukup panas, badanku cukup letih sehabis olah raga berat di sekolah. Terbilang berat sih tidak juga, karena ketika jam olah raga hanya berdiri saja memandangi tiang olah raga di tengah lapangan selama 2 jam…hi…hi…hi.
“kalian kalau lagi main bola kasti lihat-lihat dong…masa jendela kepala sekolah di hajar sampai pecah berantakan…itu lapangan sebesar itu memang gak bisa maen agak jauh sedikit dari kantor kepala sekolah, untung gak kena kepalanya bapak kepala sekolah, bisa semakin mengkilat kepalanya….loh??? kalian dengar tidak? Berdiri sana di depan tiang bendera sampai jam pelajaran olah raga selesai!!.” Perintah Pak Hendrik guru olah raga. Alhasil selama jam pelajaran olah raga, aku bersama lima orang temanku kering bagai ikan asin, di tambah betis yang pegal karena terus berdiri.
Sesampainya di rumah ku habiskan berliter-liter air minum seperti onta yang akan bersiap-siap untuk pergi ke gurun pasir. Hanya minum yang aku pikirkan setelah sampai di rumah, makan siang pun tidak secuil pun tersentuh olehku. Lalu pergi ke kamar untuk merasakan empuknya kasur tidur dengan di temani oleh radio butut yang terus stay in di Frequency radio kegemaranku. Kebetulan yang sedang di putar adalah lagu-lagu barat yang sedang di gemari oleh anak-anak muda kotaku. Semenjak di sekolah mengajarkan bahasa Inggris, aku begitu getol mendengarkan lagu-lagu berbahasa tersebut. Keinginan ku untuk bisa berbahasa Inggris pun begitu besar, entahlah mungkin karena seringnya aku menonton film-film barat yang ada di televisi atau memang keinginanku suatu saat akan keluar negeri amien mudah mudahan... sehingga obsesiku pun besar untuk bisa berbicara Inggris. Tidak menunggu lamapun aku sudah terlelap tidur sampai menjelang Salat Isya.
“An, besok ikut sama papa ya…, Papa mau mendaftarkan kamu di kursus bahasa Inggris. Tetapi harus janji, pergi dan pulang sendiri tanpa di antar dan di jemput papa.” Ujar Papaku malam harinya ketika sedang makan malam. Kabar tersebut tentu mengejutkanku yang baru bangun. Sebelumnya aku menggerutu kepada mama kenapa tidak di bangunkan, karena nanti malam aku pasti akan sulit untuk tidur. Kalau sudah sulit untuk tidur terpaksa harus mendengar raungan suara-suara Anjing tetangga yang menakutkan.
“Siap Pa, Aan siap untuk tidak seperti Jelangkung,” seruku bersemangat, apa urusannya dengan jelangkung? Kebanyakan baca buku cerita horror sih.
“Tidak akan ku sia-siakan kesempatan ini,” pikirku. Kuhabiskan jatah makan malamku dengan menambah porsi dua kali seperti kebiasaanku. Namun kali ini aku benar-benar lapar, karena tadi siang belum ada sesuap nasi pun yang masuk ke perutku.
Tepat sekali dugaanku, malamnya aku tidak dapat tidur cepat. Terpaksa menghabiskan malam ini dengan mendengarkan tembang-tembang lagu di frequency program radio kegemaranku serta mendengarkan acara-acara lainnya seperti kirim-kirim lagu, dan lain-lain. Lumayan semenjak aku sering mendengarkan radio tape, sedikit meredam suara anjing-anjing berisik yang selalu melolong menakutkan sehingga terdengar ke dalam kamarku ini.
Keesokan siangnya sepulang sekolah, seperti yang sudah di janjikan oleh papaku, kami pun pergi untuk mendaftarkanku kursus bahasa Inggris. Selama perjalanan aku di beritahu papaku mengenai angkot apa saja yang harus aku tumpangi untuk menuju kursusku, secara detail dan terperinci. Untuk sementara nanti ketika kursus awal akan berlangsung, aku akan diantar papaku naik angkot supaya aku dapat hapal rute dan jalan-jalannya, yah…istilah kerennya praktek lapangan….
Tidak lama tibalah kami di depan bangunan tempat kursus bahasa Inggris. Cukup bergaya dan mempunyai kesan bangunan tua, “Shailendra English Course” Nama tempat kursus tersebut tercetak di dinding bangunan tersebut secara besar. Tulisan tersebut menghiasi dinding lantai dua berjejer besar dari ujung bangunan sampai ujung satunya lagi. Bangunan ini memang berlantai dua dengan bergaya setengah lingkaran karena memang letaknya di pertigaan pinggir jalan utama. Jika di lihat dari pinggir jalan akan terlihat pintu-pintu kelas berjejer dari lantai satu dan lantai dua bangunan tersebut. Dengan pintu-pintu besar bergaya lama yang terbuat dari kayu…entah dari kayu apa…maaf bukan tukang kayu sih…. Tidak ku sengaja dapatku intip kedalam kelas terdapat meja yang tersusun rapi dengan tempat duduk bangku yang memanjang. Papan tulis didepan menghiasi dominan di depan kelas. Hampir semua kelas berstandar seperti itu, tidak ada bedanya dengan yang lain.
“cukup besar juga tempat kursusnya yah,” ujarku kagum.
“kira-kira ada berapa ya jumlah muridnya?” tanyaku berbasa basi kepada papaku karena ingin tahu, namun aku tidak menunggu jawaban lama karena tiba-tiba bel listrik berbunyi dan terlihat puluhan orang keluar dari kelas atas dan bawah secara bersamaan dari masing-masing ruang kelas yang ada.
Terperangah aku melihatnya, ternyata cukup banyak juga muridnya. Pantas saja jumlah kelasnya banyak, kalau di dihitung-hitung ada sekitar 20 kelas belum yang ada di dalam gedung.
”wah…wah…seperti kandang burung saja ya.” Ujarku sambil membayangkan kandang burung yang mempunyai jumlah pintu yang banyak seperti yang kulihat di sebuah rumah dekat sekolahku.
            “Aan bae (aan saja maksudnya),” ujar ku kepada pihak adminstratif. Administratifnya kebetulan seorang perempuan muda cantik, berkulit putih dan berkaca mata.
            “Kalau perempuan cantik aku pasti semangat nih menjawab pertanyaannya.” Pikirku nakal sambil senyum senyum sendiri.
            Perempuan tersebut hanya tertawa karena sebenarnya tujuan pertanyaannya kepada papaku. Aku terus menjawab pertanyaan perempuan tersebut dengan semangat tanpa mengendurkan tatapan ku kepadanya.
            He…he…he…tumben berani an,” ujarku dalam hati, maklum ada papaku, biar di bilang aku berani kalau berhadapan dengan perempuan dan tidak di bilang penakut lagi.
            Ketika selesai masalah adminstrasi, aku pun di berikan buku panduan untuk bahan pelajaran. Buku pelajarannya pun ada 3 buah, satu berwarna putih untuk bacaan, buku kedua berwarna hijau untuk materi grammer atau tata bahasa, ketiga merupakan buku tugas seperti LKS (Lembar Kerja Siswa) Aku pun terdaftar masuk kelas beginner A. Setiap tahap atau kelas di mulai dari Beginner, Elementary, Advance dan Intermediate. Setiap Tingkat harus di tempuh dari A sampai ke C baru bisa naik tingkat atau grade.
             “Waduh..waduh….cukup ngejlimet juga,” pikirku sambil mengeleng-gelengkan kepala.
            "Tapi ya...apa boleh buat harus ku ikuti, biar bisa ngomong bahasa Inggris paling tidak kalau ada lagu barat yang aku suka, aku bisa mengertilah artinya."
            Keesokan harinya, seperti biasa bersama dengan gank, aku mengumumkan sudah masuk kursus bahasa Inggris. Yang di maksud dengan gank adalah teman temanku yang sering berkumpul bersama dan besar bersama. Bahkan ada yang dari TK sudah bersama sama. Aku, Angel dan Amir adalah satu TK dan SD bersama sama kembali. Sedangkan Kusmiran dan Sehat sudah bersama sama dengan kami bertiga dari kelas 1 SD. Tidak heran kebersamaan kami ini disebut sebut gank anak nakal karena kami terus yang sering berulang di dalam sekolah.
            “Serius an, dimana? Ujar Sehat dengan mimik muka serius. Aku pun serius menceritakan tempat aku mendaftarkan kursus. Anak-anak gank ku pun sepakat untuk masuk bersama-sama di tempatku. Akhirnya bukan hanya gank ku saja yang masuk, semua anak-anak sekolahku pun masuk di tempat kursus tersebut.
            Awalnya ada rencana pihak sekolah ingin mengkoordinir kursus di lingkungan sekolah, dengan di koordinir oleh Ibu Sri mulyati bersama dengan guru bahasa Inggris bu Yani, namun akhirnya rencana tersebut sukses gagal, karena tidak ada murid satu pun yang berminat. Semuanya sudah beramai-ramai masuk ke tempat kursusku, seperti biasanya Ibu Sri Mulyati pun bertambah sebal terhadap diriku karena rencanya kali ini gagal maning.
            “He...he…he…siapa suruh untuk ngadain kursus di sekolah...membosankan…tempatnya itu..itu…lagi,”
            Alhasil acara kursusku bertambah seru dengan kehadiran teman-temanku. Papa ku pun tidak perlu repot untuk mengantarku menunjukkan jalan. Cukup dengan kami berlima pun, sudah bisa sampai di tempat kursus. Awal kelas pun di mulai, yang biasanya di isi oleh sesi perkenalan terlebih dahulu semua murid. Murid di kelas ku cukup banyak juga berjumlah 30 orang. Setengahnya ternyata dari sekolahku, sisanya ada di kelas sebelah...hi..hi...hi...
            "Namaku Aan, asal sekolah dasar 1 Sungai Musi, aku masuk kursus ini di ajak oleh papaku." Itulah isi perkenalan singkatku lalu di translate oleh guruku menjadi bahasa inggris yang harus aku ucapkan kembali.
            "My name is Aan, my elementary school 1 Musi River, I know about this course Place from my father. Thank you." Isi translate bahasa Inggrisku yang kuucapkan terbata-bata.
            "My name is Sehat, My Elemantary school 1 Musi River, I know about this course place from aan. Thank you." Isi translate bahasa Inggris Sehat Wahyudi, seterusnya kusmiran, Angel dan Amir, mengucap hal yang sama dengan ujungnya namaku. Guru bahasa Inggrisku hanya menggeleng-gelengkan kepala karena setengah dari kelas ini mengucapkan namaku.
            "You are so very famous between your friends, wow its great...," ucap guru bahasa inggris kami yang belum bisa ku mengerti. Aku pun hanya nyengir mendengar ucapan guruku.
                   "Apa an, bu guru bilang kamu lemas...emang kamu belum makan an? Seru sehat...
                   "Shhhht, maksud bu guru femes...femes itu artinya....sebentar" Setengah berpikir untuk mengingat-ingat apa artinya femes, apakah sama seperti “femel” (famale) perempuan. kata-kata yang sering aku jumpai di pintu kamar mandi kalau di mall-mall. Berarti keperempuan-perempuanan dong...akh...gak mungkin...mungkin femes karena mendekati ke perempuan, perempuan itu cantik..ooo mungkin maksudnya ganteng. Pikirku.
                   "Femes itu ganteng artinya sehat," lanjutku setelah lama berpikir. Sedangkan sehat dan teman-teman ku yang lain setelah mendengar penjelasanku hanya melotot tidak setuju dengan pendapat yang kuutarakan...
                   Banyak yang kudapatkan kata-kata baru dari kursus hari ini. Kata-kata tersebut harus di hapalkan dan akan di test untuk pertemuan selanjutnya. Begitulah hari demi hari, setiap seminggu tiga kali, aktifitas ku di luar rumah dan sekolah bertambah.
Namun ternyata banyak godaan juga di luar sana, ketika memang akses ke tengah kota terbuka. Apalagi bagi kami anak-anak yang baru melek tengah kota, banyak godaan yang lebih menarik daripada harus belajar bahasa Inggris. Antara lain adalah games ding dong. Games ding dong adalah sebuah mesin games yang di rancang mempunyai permainan-permainan per games tiap mesinnya. Cukup seru juga untuk dimaenkan dan pada saat itu sedang trendnya games street fighter.
                   "An, pulang maen games ding dong dulu ya," seru kusmiran disambut kata-kata sepakat dari anak-anak yang lain. Ya apa boleh buat, untuk seterusnya setiap janjian sebelum masuk pasti di arena games dingdong yang tidak jauh dari tempat kursus, pulangnya pun begitu. Terkadang karena lupa waktu sering telat ataupun bablas sama sekali. Lama-kelamaan pada akhirnya kegiatan kami pun di ketahui oleh teman-teman yang lain serta menyebar dari mulut kemulut hingga akhirnya singgah di telinga ibu guru wali kelasku Sri Mulyati.
                   "Aneh memang cerita ini, masa dari kelas 1 sampai kelas 5, wali kelasnya bu sri Mulyati melulu?"
                   "Sudah di setting ya bos..., jadi harus terima kalau wali kelasnya ibu sri mulyati ya, minta maaf ya bu he...he...he."
Kembali ke bu Sri mulyati...kami pun di panggil berlima, disidang dan didakwa dan akhirnya dengan sangat terpaksa kami pun mengaku. Bu Sri terlihat puas dengan pengakuan kami, apalagi melihat pengakuanku. Ada nada kemenangan tertampak di wajahnya karena telah berhasil untuk kembali menghukum si bandel aan.
"Dengan ancaman di beritahukan ke orang tua sih, kalau gak di ancam kami juga gak bakalan ngaku," pikirku dengan setengah dongkol.
Sebagai hukumannya aku dan kelima temanku pun di hukum berdiri lagi di depan tiang bendera selama pelajaran bu guru Sri mulyati selesai. Melihat kami di hukum berdiri di tiang bendera, pak kepala sekolah pun kalang kabut panik dan berusaha mencari guru terdekat yang bisa di tanya.
"Itu anak-anak bandel, kaca mana lagi yang di pecahkan sama mereka!!! Dengan setengah berteriak berusaha mencari guru untuk di mintai keterangan. Setelah di jelaskan, barulah ia mengerti dan menghela napas lega..."Kalau bisa yang lama ya!!!" teriak pak Kepala Sekolah merasa puas.
Hukuman tersebut tidak menghentikan kebiasaan kami, kami pun hanya memindahkan tempat bermain dingdong. Berjanji untuk saling mengingatkan, tepat waktu untuk masuk ke kursus, itu saja solusinya. Biar tidak ada yang curiga dan semuanya nyaman berjalan. Sebenarnya kami sadari ada baiknya juga teguran dari teman-teman kami sendiri, agar tidak menyia-nyiakan waktu kursus. Sehingga pada akhirnya kami pun terus berjalan sesuai dengan jalur yang benar.
Setelah berpuas diri dengan apa yang didapat dari kursus bahasa ingrisnya, serta dengan perkembangan-perkembangan tata bahasa yang ia kuasai, Aan pun dapat sedikit demi sedikit bisa berbicara bahasa Inggris dalam fase perkenalan. Mengerti beberapa kata-kata yang di ucapkan di lagu-lagu barat dan beberapa film barat, seraya mengingat-ingat kata-kata baru yang ia dapatkan. Kini aan kecil pun mencari kegiatan lain untuk mengisi waktu senggang lainnya.

No comments:

Post a Comment

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO