Pagi ini, minggu 26 Januari 2014,
kembali lagi aku mencium aroma manis pepohonan hutan kota diterpa angin kering
khas suasana kota Surabaya. Di depan hotel yang dari kemarin aku tempati,
tampak terlihat beberapa orang bersepeda ria menikmati suasana pagi sekitar
bundaran tugu bambu runcing Surabaya. Beberapa keluarga dengan membawa beberapa
anggota keluarganya tampak riang bercanda riuh, meliak liukkan sepeda lipatnya,
yang aku taksir berharga jutaan. Aku pun teringat rengekan anakku dinda yang
meminta sepeda lipat beberapa bulan yang lalu. jujur aku katakan kepada anakku
kalau papanya tidak bisa memenuhi permintaannya karena harganya yang tidak bisa
aku penuhi dengan secepat itu. Penghasilanku sebenarnya mampu untuk
membelikannya, namun harus mengorbankan beberapa kebutuhan keluarga ku selama
sebulan. Teringat raut muka anakku yang kecewa, namun pada akhirnya aku pun
membelikan sepeda mini berwarna pink muda yang aku dapatkan dari toko sepeda
murah. harganya pun lumayan lah hanya berkisar ratusan ribu rupiah. Sepeda itu
pun di tenteng dengan susah payah menggunakan sepeda motor. Seulas senyum
mengembang dibibirku jika teringat hal tersebut. Sudah 3 hari aku tinggalkan
anak-anak ku dalam rangka kunjungan dinas ke solo dan surabaya.
"woiiii, buruan naek, sebelum
jalanan di tutup untuk sepeda motor," seru andri yang tiba-tiba sudah
berdiri disampingku dengan mengendarai sepeda motor.
Pagi ini rencananya aku akan
melakukan perjalan ke Batu Malang dengan menggunakan transportasi umum.
perjalanan pertama kami rencanakan akan ke stasiun Gubeng menggunakan Kereta
Api Pangandaran jurusan Malang. berdasarkan hasil mesin pencari Google, jadwal
pemberangkatan ke Malang adalah Jam 7 pagi ini. Dengan tergesa-gesa pun aku
segera naik ke sepeda motor yang akan membawa kami ke Stasiun Gubeng. Sepanjang
perjalanan Andri selalu menceritakan kisah kisah kami ketika kami kuliah. Wajarlah
karena baru kali ini kami bertemu. Andri juga merupakan teman ku kost walaupun
memang kita berbeda kost dan berbeda jurusan kuliah. Dengan wataknya yang
periang, mudah bergaul dan tidak merasa sungkan, Andri pun cepat akrab
denganku. 5 tahun kami habiskan bersama di Jakarta sebelum kami berpisah. Dia
mengembara ke Surabaya dan aku pun Naik gunung ke Bandung.
Tidak beberapa lama sampailah kami
di depan sebuah bangunan tua bergaya arsitektur Belanda. Tidak seperti bangunan
tua yang lain di beberapa daerah yang pernah aku jumpai, bangunan ini terawat
dan tertata dengan baik. Pedesterian yang besar di depan gedung, Pemilihan cat
dinding yang tampak mencolok namun indah di pandang, tampak tulisan besar
tertera di dinding depan bangunan tersebut "STASIUN GUBENG SURABAYA,"
Pagi ini sangat ramai pengunjung
yang sudah akan membeli tiket, atau sekedar mengantar sanak saudara bahkan ada
juga yang hanya duduk-duduk merasakan suasana pagi yang sejuk di sekitar
Stasiun sambil menikmati sarapan pagi yang dijajakan oleh pedagang asongan di
tempat yang sudah ditunjuk. Andri pun memutar sepeda motornya ke arah tempat
parkiran, namun belum sampai di tempat yang di tuju, terpampang di depan tanda
yang menunjukkan tempat parkiran penuh. Akupun segera berinisiatif untuk
turun dan berlari ke arah tempat antri tiket. benar saja antrian pun sudah
mengular namun masih bersyukur karena antriannya hanya ular pendek bukan ular
panjang, he he he.
Untuk memastikan bahwa antrian
tersebut benar untuk membeli tiket yang hari ini, aku pun mendekati pihak
keamanan.
"pak, maaf untuk pembelian
tiket kerete penataran ekspress yang ke malang, di loket yang mana ya pak?
tanyaku untuk memastikan. Satpam tersebut tampak tersenyum menunjuk antrian
yang tadi sudah aku perhatikan,
"namun mas, tolong di
bersihkan remah-remah makanan yang menempel di sekitar mulut ya mas," seru
pak satpam menunjuk sekitar mulutku sambil tertawa.
aku pun secara reflek meminta maaf
dan dengan muka merah membersihkan remah-remah bekas sarapan tadi pagi di
sekitar mulut ku langsung dengan telapak tangan. setengah berlari mendekati antrian
yang di tunjuk oleh pihak keamanan, kalau di hitung-hitung aku berada di
urutan ke 10. lumayan lah sambil menunggu waktu dan jam pun masih menunjukkan
jam 6.45 pagi. rencana pemberangkatan kereta jam 7.10 menit,
"cukuplah dan mudah mudahan
estimasinya benar," pikirku mecoba menganalisa, walaupun dalam segi hitung
hitungan matematika ku pun aku masih terbilang jeblok,
jam 7 lewat 5 menit, atrian ku
baru sampai ke urutan 7. cemas bercampur kesal melihat antrian yang lamban
bergerak ke depan. Namun jika aku perhatikan, petugas tampak sangat maksimal
melayani penumpang mungkin lot permintaan kursi dari calon penumpang yang
berlebihan. tampak oleh ku Andri datang dengan senyum terkembang,
"senyam-senyum, gak tau apa
kita bakal telat naek kereta...ini udah jam berapa bro...bakal bisa mundur nih
dari schedule,"sela ku melampiaskan kekesalanku ditambah melihat kelakuan
temanku yang tampak santai seakan tidak terjadi apa-apa.
"tenang bro, aku yang handle," sela andri sambil
menggantikan posisi berdiri mengantri seraya menengadahkan tangannya untuk
meminta ktp yang aku pegang. Dia pun melanjutkan ceritanya mengenai motor yang
di titipkan ke hotel yang dekat dengan Stasiun tersebut. Tidak mengindahkan
cerita andri, Aku pun segera berinisiatif mengambil tempat dijalur pembelian
tiket pesanan. Rencananya aku akan membeli tiket jurusan bandung untuk 2 hari
kedepan.
"Untuk jaga jaga
seruku," sambil tersenyum ke andri yang kesal mendengar ceritanya tidak di
dengar. Tidak menunggu lama, aku pun telah bergabung dengan antrian panjang
didepan loket pemesanan luar kota. Sesekali aku memperhatikan andri yang tidak
bisa diam menyapa calon penumpang yang sudah membeli tiket atau berbicara seru
dengan calon penumpang di depan dan belakang antriannya. Tidak beberapa lamapun
dia terlibat pembicaraan yang super serius dengan calon penumpang perempuan
yang antri dibelakangnya, "dasar, playboy kampung," gerutuku dalam
hati.
Pengeras suara mengumumkan bahwa
kereta padanaran jurusan malang sudah akan meninggalkan stasiun. Barisan antrian
andri pun terlihat gelisah, tidak terkecuali andri. Tidak ku sangka, ia
merangsek langsung kedepan dan langsung berbicara dengan petugas loket. Bukan
hanya andri, calon penumpang lain pun yang rencananya akan ke malang pun
mengular di belakang andri. Ada beberapa calon penumpang yang tadinya berada
diurutan depan keberatan atas sikapnya andri, namun di jelaskan oleh temanku
bahwa kereta jurusan malang akan berangkat. Penumpang itu pun terdiam. Karcis
pun didapatkan, aku pun dengan terpaksa meninggalkan barisan antrian pemesanan.
"sudah pesan di stasiun
malang saja," seru andri dengan senyum kemenangan namun tampak tergesa
gesa menarik lenganku. Kami pun berlari bak anak kecil mengejar layangan putus.
Kereta padanaran perlahan lahan
bergerak, ketika aku dan andri berada didalam gerbong sesuai dengan petunjuk
yang ada di karcis. Dengan terengah engah akhirnya ku hempaskan badanku di
kursi penumpang kereta. Di depan kami, tampak tersenyum renyah dua orang
ibu melihat kelakuan kami. Salah satu ibu itu tampak mengendong anak
perempuan yang ku taksir berumur 9 bulan, sedangkan satunya sudah pasti nenek
dari anak perempuan tersebut karena terlihat lebih tua.
“Untuk perempuan bisa ditebak umur
dari penampilan,"seruku dalam hati. Aku pun membalas dengan tersenyum malu,
sedangkan andre bak orang yang sudah kenal lama, menyapa dengan sangat hangat.
Ia pun terlibat pembicaraan basa basi serta menjelaskan kenapa kami hampir saja
ketinggalan kereta. Sebenarnya aku pun terhibur dengan kicauan andre dan ikut
terlibat dalam pembicaraan yang hangat tersebut. Namun perhatianku pun
teralihkan ke pemandangan luar kereta. Tampak berjejer perkebunan bunga, sawah,
ladang jagung dengan di latar belakangi siluet gunung arjuna, gunung lawu serta
gunung gunung lainnya yang hanya bisa aku terka terka saja. Maklum untuk
masalah geografis sekitar surabaya dan malang aku belum menguasai. Mungkin
sehabis perjalanan ini aku akan mempelajarinya, pikirku dalam hati.
Perjalanan ini sangat berkesan
bagi diriku, selain ditemani sobat lamaku yang sudah lama tidak berjumpa
ditambah teman seperjalanan kami sebuah keluarga yang sangat
"welcome". Keluarga ini merupakan ciri khas orang Indonesia yang
mudah bergaul, sopan dan hangat dengan orang lain walaupun orang tersebut baru
ditemui. Perjalanan yang memang tidak membosankan, ditambah andre sangat bisa
untuk mengontrol pembicaraan, terkadang serius, terkadang mengundang tawa dan
tidak canggung.
Sang nenek juga ternyata mempunyai
pengetahuan yang cukup dalam, dengan asam garam kehidupan yang sudah dilaluinya.
Latar belakang perkerjaan sebagai mantan pendidik ternyata cukup menambah input
pengetahuan sang nenek yang berusaha dia ceritakan ke kami juga. Aku
bersyukur kali ini perjalananku tidak sia sia, walaupun dikejar kejar waktu
namun ada sedikit pengetahuan yang aku dapatkan. Secara jujur memang aku
bermasalah dengan sosialisasi di luar perkerjaan. Namun secara rutinitas
perkerjaanku dituntut untuk bersosialisasi lebih dengan orang toko, lobi dan
entertain, namun diluar perkerjaan aku sangat sulit dan merasa canggung untuk
bermasyarakat. Apalagi ditengah perjalanan dinas yang sedang aku lakukan,
seperti ketika aku didalam mobil travel, kereta, pesawat tidak ada keinginan
untuk bertegur sapa ataupun mengobrol dengan teman disebelahku atau
seperjalananku. Entahlah, ada sesuatu yang membuat aku menutup diri, tidak
ingin melibatkan diri dalam urusan orang lain ataupun urusan diri
sendiriku di ketahui orang lain.
Akhirnya perjalanan kereta ini
berakhir di stasiun besar malang. Kami pun berpisah dengan keluarga tersebut.
Andre pun mengajukan pertanyaan terakhir ke keluarga tersebut. Terakhir? sok
melankolis nih, kaya sinetron. Gak taunya??..
"jam berapa ya nek kereta
paling akhir?" Ujar andre sambil tersenyum menungu jawaban spontan dari
nenek tersebut.
Sang nenek tersebut menjawab
"jam 3 sore dek andre, jangan telat lagi dan mending beli tiketnya pas
turun dari kereta, biar tidak terburu buru," seru sang ibu menasehati.
Kami pun berlalu sambil tersenyum
dan menunduk tanda menghormat seperti kebiasan orang muda terhadap orang yang
lebih tua. Segera aku arahkan kakiku menuju loket pemesanan untuk tujuan luar
kota. Beruntunglah hidup dijaman sekarang, semuanya serba online. Pemesanan
tiket bisa dimana saja, padahal jadwal keberangkatan ku esok hari dari stasiun
gubeng surabaya menuju bandung. Sedangkan tiket dapat ku pesan dari stasiun
malang.
Sukses mendapatkan tiket
kepulanganku ke bandung. Kami pun meluncur ke arah mobil angkot umum yang
berjejer. Dengan modal cuap cuap bertanya akhirnya kami pun mendapatkan angkutan
umum ADL yang mengarah ke terminal landung sari. Sepanjang perjalanan mataku
tidak lepas memperhatikan suasana kota malang. Rumah rumah, gedung gedung,
taman taman kota dan hutan kota. Semuanya memang tertata tampak rapin dan
teratur. Sangat berbeda jika aku bandingkan dengan kota bandung, kota tempat
tinggalku. Walaupun memang udara dan suasana yang kurasakan di malang hampir
sama seperti bandung, namun dalam penataan kota, malang lebih baik.
“Mungkin karena kota malang masih
kota kecil di bandingkan kota bandung, jadi pemerintah kotanya lebih
fokus," jawabku dalam hati.
“Namun surabaya kota kedua
terbesar setelah jakarta , tapi kotanya indah, hijau, semuanya serba teratur,
warganya mau menjaga kotanya, tidak karena besar atau kecilnya kota
dong....debat ku dalam hati, perdebatan ini menimbulkan berkecamuknya pikiranku
dalam memikirkan perbandingan tersebut layaknya walikota, he he he.
“Jadi intinya adalah adanya
kemauan antara pemerintah dan warganya disinergiskan dalam kerja nyata dan
didukung oleh pemerintah dan warganya. Semuanya transparan dan demi kepentingan
bersama," nah itu jawaban yang paling bagus, pikirku sambil tersenyum.
Sudut mataku menangkap sepasang
mata yang memandang aneh kepadaku. Sepasang mata yang kukenal dari jaman
kuliah. Sepasang mata yang terjelek yang pernah kukenal, hi hi hi.
"Loe gila?" Teriak andre
menatap heran.
"Hampir dre, "jawabku
pendek, sambil menatap sinis dan kami pun saling pandang lalu tertawa bersama.
Landung sari, terminal pinggir
kota malang yang mengarah ke kawasan batu malang. Terminal yang letaknya tidak
jauh dari kampus muhammadiyah malang ini memang selalu ramai, dipinggir
jalannya....namun ketika masuk terminal, kosong. Hanya ada beberapa angkot yang
ngetem mengantri menunggu penumpang. Selebihnya mobil angkotnya lebih banyak
antri dipintu keluar terminal dan pinggir jalan depan terminal. Kami pun naik
angkot berwarna pink.
"Pink" jujur baru kali
ini aku melihat angkot yang berwarna pink he he he...lembayung juga nih
angkotnya..wuiih keren bo'....dan ini pun satu satunya yang ada di kawasan
malang.
Beruntung kejadian langka ini aku
alami walaupun pengalaman naik angkotnya hampir sama seperti naik angkot yang
lain, tidak ada yang beda. Kalau gak percaya, silahkan pergi ke malang
dech.....
Tidak lama kami pun berlayar
menuju batu malang, tidak lupa pesan pesan dan wanti wanti ke sopir untuk turun
didekat mall batu, karena ternyata mobil ini tidak lewat didepan mall tersebut,
namun hanya lewat satu blok sebelum mall. Ternyata kawasan batu malang itu
berada di atas dari kota malang. Perjalanan berkelak kelok dan mendaki
merupakan suguhan yang menarik. Belum lagi pemandangan kanan dan kiri lembah
dan hutan serta hotel dan villa villa peristirahatan bagi orang kota yang
mempunyai dompet tebal. Entah tebalnya karena bon hutang atau uang yang banyak
terpenting bisa bayar refreshing di hotel mewah, baik lewat tambahan bon hutang
atau uang cash. Entahlah....
Namun kali ini ada sesuatu yang
sangat menarik dan terpenting yang bekum pernah aku lihat dimanapun tempatnya.
Menurutku keterlaluan atau memang kebutuhan atau memang kekurang ajaran
manusia. Ketika menulis cerpen ini aku berusaha u tuk menebak dan mengingat
ingat entah di km berapa dan apa nama kampungnya. Aku melihat tulisan besar
tertera di papan persegi panjang sekitar 2m×1.5m didepan sebuah mesjid besar
dengan dipenuhi artistik menarik,
"DIJUAL". Aku pun secara
spontan berseru dalam hati.
"Astagfirullah...." aku
pun berusaha untuk memberitahu andri namun ternyata temanku sudah terlebih
dahulu bertanya kepada sopir dengan spontan.
Supir pun tertawa renyah...”tenang
mas, iklan itu udah lama dan tidak ada yang berani menawar ataupun membeli
mesjid tersebut” Jawab sang sopir.
" tapi khan mas yang punya
tanah keterlaluan harus sebegitunya menjual mesjid tersebut." Seru andri
panas...
“kaya yang paling soleh aja dri...”.pikirku
melihat tingkah lakunya.
Sang sopir pun hanya menaikkan
bahu sebagai tanda tidak tau menahu, "yah sifat manusia" serunya,
menambahkan sambil menghembuskan nafas.
"Namun karena iklan tersebut,
mesjid itu menjadi terkenal loh mas. Banyak yang menyumbangkan uang di gerobak
mesjid. Niatnya untuk pengurus mesjid agar bisa mengumpulkan uang untuk warga
sini membeli mesjid tersebut." Tambahnya....
"Syukurlah masih ada warga yang
peduli terhadap agama," pikirku, "entah bagaimana jadinya kalau kita tanpa agama,
tanpa tuntunan...." aku pun teringat dengan nasib mesjid bersejarah yang sekarang
sedang diperjuangkan oleh komunitas muslim seluruh dunia dari cengkraman zionis
yahudi. Kompleks mesjid Al Aqsa, mesjid suci kaum muslimin dan mempunyai
sejarah panjang dari kisdah Isra Mirajnya Nabi Muhammad SAW sampai dengan
perang salib. Umat muslim yang selama ini dinina bobo kan oleh kenikmatan
duniawi yang sudah tidak peduli lagi akan nasib umat umat muslim lain didunia
ini yang tidak beruntung dibawah cengkraman kaum mayoritas non muslim di negara
lain. Apalagi palestina yang sudah diramalkan dalam Alquran juga tidak pernah
bisa akur dengan yahudi sampai dengan akhir jaman. Suatu tempat bagi umat
muslim untuk berjihad memperjuangkan tauhid.
Tidak beberapa lama kami tiba di
tempat tujuan. Dengan bersusah payah berjalan satu blok menuju mall tempat
tujuan kami. Tidak ada sesuatu yang menarik untuk dibicarakan dalam ceritaku
kali ini. Hanya azas manfaat memanfaatkan andri untuk membantu kontrolku
terhadap counter rampung. Semuanya berjalan dengan semestinya, perkerjaanku pun
rampung dengan dibantu oleh temanku. Istilah ku menyebutnya
"diberdayakan" he he he," andri aku minta bantuannya untuk stock
opname alhasil.....
Kereta jam 3 sore u tuk kembali ke
surabaya, dapat angkot kembali ke malang jam 2 sore lebih 10 menit.
"Telat.....bakal telat...." kata kata
tersebut yang terngiang di kepalaku. Berputar putar mencari solusi, bagaimana
caranya bisa tepat waktu?
Plan b jika tidak datang tepat
waktu otomatis ketinggalan kereta, solusi apalagi yang harus kami tempuh, ke
terminal cari bus ke surabaya dengan berat hati menjadi pilihan yang pasti
mengorbankan uang tiket yang sudah kami beli sebelumnya.
Tidak sepatah katapun yang keluar
dari mulut andri. Kami berdua membisu, menatap ke depan ke arah jalanan dan
berseru kecewa jika angkot melambatkan laju larinya. Aku yakin andri pun
berpikir yang sama denganku. Namun tidak beberapa lama setelah aku menanyakan
jam kepada andri. Andri pun berbicara kepada sopir permasalahan yang sedang
kami hadapi.
Plan C naek ojek!!!.... andre pun
ternyata berpikir sama. Ia pun mengutarakan kepada sopir untuk menanyakan
tempat mangkal ojek.
"Mas dari pada capek capek
nyari ojek, kasih saya Rp.20.000. Tepat jam 3 kurang sampe depat stasiun,
gimana? Tawaran sopir kepada kami.
"Deal, seruku...andri pun
sepakat. Tidak beberapa lama, kami pun seperti berada dalam lomba balap mobil.
Bedanya yang kami alami hanya lomba balap kelas kampung yang lawannya hanya
truk, bus, dan mobil sesama angkot. Terkadang motor pun menjadi gerah dan
berusaha mengimbangi kecepatan kami. Kami pun yang didalam mobil hanya bermodal
doa berharap aman sampai tujuan. Rasa sesal ku pun timbul...
jam 14.47.....woow greaat...seruku
sambil memberikan uang kepada sopir. Salah satu penumpang berteriak kepada kami
sambil tertawa,
"mas, laen kali terlambat
lagi ya...biar cepat juga nih angkot....kami pun tertawa....
"Nasi
goreng mas....makan malam," seru seorang perempuan yang tiba tiba muncul
dari sebelah kiri tempat ku duduk. Aku pun tersadar dalam lamunanku dan
tersadar juga bahwa sembari tadi aku tertawa sendiri sambil menatap sms andri,
"bro,
ati ati loe ya...jangan telat naek kereta, salam untuk keluarga di
bandung"...
"Boleh
sama teh manis ya mba," jawabku.
Pramugari
kereta itu pun segera mencatat pesananku lalu berkata,"pesanannya sudah
dicatat mas dan harap menunggu. Terima kasih sudah menggunakan kereta lodaya
malam jurusan Bandung....
No comments:
Post a Comment