Saturday, February 25, 2017

INDAHNYA "TELAT"

Pagi ini, minggu 26 Januari 2014, kembali lagi aku mencium aroma manis pepohonan hutan kota diterpa angin kering khas suasana kota Surabaya. Di depan hotel yang dari kemarin aku tempati, tampak terlihat beberapa orang bersepeda ria menikmati suasana pagi sekitar bundaran tugu bambu runcing Surabaya. Beberapa keluarga dengan membawa beberapa anggota keluarganya tampak riang bercanda riuh, meliak liukkan sepeda lipatnya, yang aku taksir berharga jutaan. Aku pun teringat rengekan anakku dinda yang meminta sepeda lipat beberapa bulan yang lalu. jujur aku katakan kepada anakku kalau papanya tidak bisa memenuhi permintaannya karena harganya yang tidak bisa aku penuhi dengan secepat itu. Penghasilanku sebenarnya mampu untuk membelikannya, namun harus mengorbankan beberapa kebutuhan keluarga ku selama sebulan. Teringat raut muka anakku yang kecewa, namun pada akhirnya aku pun membelikan sepeda mini berwarna pink muda yang aku dapatkan dari toko sepeda murah. harganya pun lumayan lah hanya berkisar ratusan ribu rupiah. Sepeda itu pun di tenteng dengan susah payah menggunakan sepeda motor. Seulas senyum mengembang dibibirku jika teringat hal tersebut. Sudah 3 hari aku tinggalkan anak-anak ku dalam rangka kunjungan dinas ke solo dan surabaya.
"woiiii, buruan naek, sebelum jalanan di tutup untuk sepeda motor," seru andri yang tiba-tiba sudah berdiri disampingku dengan mengendarai sepeda motor.
Pagi ini rencananya aku akan melakukan perjalan ke Batu Malang dengan menggunakan transportasi umum. perjalanan pertama kami rencanakan akan ke stasiun Gubeng menggunakan Kereta Api Pangandaran jurusan Malang. berdasarkan hasil mesin pencari Google, jadwal pemberangkatan ke Malang adalah Jam 7 pagi ini. Dengan tergesa-gesa pun aku segera naik ke sepeda motor yang akan membawa kami ke Stasiun Gubeng. Sepanjang perjalanan Andri selalu menceritakan kisah kisah kami ketika kami kuliah. Wajarlah karena baru kali ini kami bertemu. Andri juga merupakan teman ku kost walaupun memang kita berbeda kost dan berbeda jurusan kuliah. Dengan wataknya yang periang, mudah bergaul dan tidak merasa sungkan, Andri pun cepat akrab denganku. 5 tahun kami habiskan bersama di Jakarta sebelum kami berpisah. Dia mengembara ke Surabaya dan aku pun Naik gunung ke Bandung.
Tidak beberapa lama sampailah kami di depan sebuah bangunan tua bergaya arsitektur Belanda. Tidak seperti bangunan tua yang lain di beberapa daerah yang pernah aku jumpai, bangunan ini terawat dan tertata dengan baik. Pedesterian yang besar di depan gedung, Pemilihan cat dinding yang tampak mencolok namun indah di pandang, tampak tulisan besar tertera di dinding depan bangunan tersebut "STASIUN GUBENG SURABAYA,"
Pagi ini sangat ramai pengunjung yang sudah akan membeli tiket, atau sekedar mengantar sanak saudara bahkan ada juga yang hanya duduk-duduk merasakan suasana pagi yang sejuk di sekitar Stasiun sambil menikmati sarapan pagi yang dijajakan oleh pedagang asongan di tempat yang sudah ditunjuk. Andri pun memutar sepeda motornya ke arah tempat parkiran, namun belum sampai di tempat yang di tuju, terpampang di depan tanda yang menunjukkan tempat parkiran penuh. Akupun  segera berinisiatif untuk turun dan berlari ke arah tempat antri tiket. benar saja antrian pun sudah mengular namun masih bersyukur karena antriannya hanya ular pendek bukan ular panjang, he he he.
Untuk memastikan bahwa antrian tersebut benar untuk membeli tiket yang hari ini, aku pun mendekati pihak keamanan.  
"pak, maaf untuk pembelian tiket kerete penataran ekspress yang ke malang, di loket yang mana ya pak? tanyaku untuk memastikan. Satpam tersebut tampak tersenyum menunjuk antrian yang tadi sudah aku perhatikan,
"namun mas, tolong di bersihkan remah-remah makanan yang menempel di sekitar mulut ya mas," seru pak satpam menunjuk sekitar mulutku sambil tertawa.
aku pun secara reflek meminta maaf dan dengan muka merah membersihkan remah-remah bekas sarapan tadi pagi di sekitar mulut ku langsung dengan telapak tangan. setengah berlari mendekati antrian yang di tunjuk oleh pihak keamanan, kalau di hitung-hitung aku berada di urutan ke 10. lumayan lah sambil menunggu waktu dan jam pun masih menunjukkan jam 6.45 pagi. rencana pemberangkatan kereta jam 7.10 menit,
"cukuplah dan mudah mudahan estimasinya benar," pikirku mecoba menganalisa, walaupun dalam segi hitung hitungan matematika ku pun aku masih terbilang jeblok,
jam 7 lewat 5 menit, atrian ku baru sampai ke urutan 7. cemas bercampur kesal melihat antrian yang lamban bergerak ke depan. Namun jika aku perhatikan, petugas tampak sangat maksimal melayani penumpang mungkin lot permintaan kursi dari calon penumpang yang berlebihan. tampak oleh ku Andri datang dengan senyum terkembang,
"senyam-senyum, gak tau apa kita bakal telat naek kereta...ini udah jam berapa bro...bakal bisa mundur nih dari schedule,"sela ku melampiaskan kekesalanku ditambah melihat kelakuan temanku yang tampak santai seakan tidak terjadi apa-apa.
       "tenang bro, aku yang handle," sela andri  sambil menggantikan posisi berdiri mengantri seraya menengadahkan tangannya untuk meminta ktp yang aku pegang. Dia pun melanjutkan ceritanya mengenai motor yang di titipkan ke hotel yang dekat dengan Stasiun tersebut. Tidak mengindahkan cerita andri, Aku pun segera berinisiatif mengambil tempat dijalur pembelian tiket pesanan. Rencananya aku akan membeli tiket jurusan bandung untuk 2 hari kedepan.
"Untuk jaga jaga seruku," sambil tersenyum ke andri yang kesal mendengar ceritanya tidak di dengar. Tidak menunggu lama, aku pun telah bergabung dengan antrian panjang didepan loket pemesanan luar kota. Sesekali aku memperhatikan andri yang tidak bisa diam menyapa calon penumpang yang sudah membeli tiket atau berbicara seru dengan calon penumpang di depan dan belakang antriannya. Tidak beberapa lamapun dia terlibat pembicaraan yang super serius dengan calon penumpang perempuan yang antri dibelakangnya, "dasar, playboy kampung," gerutuku dalam hati.
Pengeras suara mengumumkan bahwa kereta padanaran jurusan malang sudah akan meninggalkan stasiun. Barisan antrian andri pun terlihat gelisah, tidak terkecuali andri. Tidak ku sangka, ia merangsek langsung kedepan dan langsung berbicara dengan petugas loket. Bukan hanya andri, calon penumpang lain pun yang rencananya akan ke malang pun mengular di belakang andri. Ada beberapa calon penumpang yang tadinya berada diurutan depan keberatan atas sikapnya andri, namun di jelaskan oleh temanku bahwa kereta jurusan malang akan berangkat. Penumpang itu pun terdiam. Karcis pun didapatkan, aku pun dengan terpaksa meninggalkan barisan antrian pemesanan.
"sudah pesan di stasiun malang saja," seru andri dengan senyum kemenangan namun tampak tergesa gesa menarik lenganku. Kami pun berlari bak anak kecil mengejar layangan putus.
Kereta padanaran perlahan lahan bergerak, ketika aku dan andri berada didalam gerbong sesuai dengan petunjuk yang ada di karcis. Dengan terengah engah akhirnya ku hempaskan badanku di kursi penumpang kereta. Di depan kami, tampak tersenyum renyah dua orang ibu  melihat kelakuan kami. Salah satu ibu itu tampak mengendong anak perempuan yang ku taksir berumur 9 bulan, sedangkan satunya sudah pasti nenek dari anak perempuan tersebut karena terlihat lebih tua.
“Untuk perempuan bisa ditebak umur dari penampilan,"seruku dalam hati. Aku pun membalas dengan tersenyum malu, sedangkan andre bak orang yang sudah kenal lama, menyapa dengan sangat hangat. Ia pun terlibat pembicaraan basa basi serta menjelaskan kenapa kami hampir saja ketinggalan kereta. Sebenarnya aku pun terhibur dengan kicauan andre dan ikut terlibat dalam pembicaraan yang hangat tersebut. Namun perhatianku pun teralihkan ke pemandangan luar kereta. Tampak berjejer perkebunan bunga, sawah, ladang jagung dengan di latar belakangi siluet gunung arjuna, gunung lawu serta gunung gunung lainnya yang hanya bisa aku terka terka saja. Maklum untuk masalah geografis sekitar surabaya dan malang aku belum menguasai. Mungkin sehabis perjalanan ini aku akan mempelajarinya, pikirku dalam hati.
Perjalanan ini sangat berkesan bagi diriku, selain ditemani sobat lamaku yang sudah lama tidak berjumpa ditambah teman seperjalanan kami sebuah keluarga yang sangat "welcome". Keluarga ini merupakan ciri khas orang Indonesia yang mudah bergaul, sopan dan hangat dengan orang lain walaupun orang tersebut baru ditemui. Perjalanan yang memang tidak membosankan, ditambah andre sangat bisa untuk mengontrol pembicaraan, terkadang serius, terkadang mengundang tawa dan tidak canggung.
Sang nenek juga ternyata mempunyai pengetahuan yang cukup dalam, dengan asam garam kehidupan yang sudah dilaluinya. Latar belakang perkerjaan sebagai mantan pendidik ternyata cukup menambah input pengetahuan sang nenek yang berusaha dia ceritakan  ke kami juga. Aku bersyukur kali ini perjalananku tidak sia sia, walaupun dikejar kejar waktu namun ada sedikit pengetahuan yang aku dapatkan. Secara jujur memang aku bermasalah dengan sosialisasi di luar perkerjaan. Namun secara rutinitas perkerjaanku dituntut untuk bersosialisasi lebih dengan orang toko, lobi dan entertain, namun diluar perkerjaan aku sangat sulit dan merasa canggung untuk bermasyarakat. Apalagi ditengah perjalanan dinas yang sedang aku lakukan, seperti ketika aku didalam mobil travel, kereta, pesawat tidak ada keinginan untuk bertegur sapa ataupun mengobrol dengan teman disebelahku atau seperjalananku. Entahlah, ada sesuatu yang membuat aku menutup diri, tidak ingin melibatkan diri dalam urusan orang lain ataupun  urusan diri sendiriku di ketahui orang lain.
Akhirnya perjalanan kereta ini berakhir di stasiun besar malang. Kami pun berpisah dengan keluarga tersebut. Andre pun mengajukan pertanyaan terakhir ke keluarga tersebut. Terakhir? sok melankolis nih, kaya sinetron. Gak taunya??..

"jam berapa ya nek kereta paling akhir?" Ujar andre sambil tersenyum menungu jawaban spontan dari nenek tersebut.
Sang nenek tersebut menjawab "jam 3 sore dek andre, jangan telat lagi dan mending beli tiketnya pas turun dari kereta, biar tidak terburu buru," seru sang ibu menasehati.
Kami pun berlalu sambil tersenyum dan menunduk tanda menghormat seperti kebiasan orang muda terhadap orang yang lebih tua. Segera aku arahkan kakiku menuju loket pemesanan untuk tujuan luar kota. Beruntunglah hidup dijaman sekarang, semuanya serba online. Pemesanan tiket bisa dimana saja, padahal jadwal keberangkatan ku esok hari dari stasiun gubeng surabaya menuju bandung. Sedangkan tiket dapat ku pesan dari stasiun malang.
Sukses mendapatkan tiket kepulanganku ke bandung. Kami pun meluncur ke arah mobil angkot umum yang berjejer. Dengan modal cuap cuap bertanya akhirnya kami pun mendapatkan angkutan umum ADL yang mengarah ke terminal landung sari. Sepanjang perjalanan mataku tidak lepas memperhatikan suasana kota malang. Rumah rumah, gedung gedung, taman taman kota dan hutan kota. Semuanya memang tertata tampak rapin dan teratur. Sangat berbeda jika aku bandingkan dengan kota bandung, kota tempat tinggalku. Walaupun memang udara dan suasana yang kurasakan di malang hampir sama seperti bandung, namun dalam penataan kota, malang lebih baik.
“Mungkin karena kota malang masih kota kecil di bandingkan kota bandung, jadi pemerintah kotanya lebih fokus," jawabku dalam hati.
“Namun surabaya kota kedua terbesar setelah jakarta , tapi kotanya indah, hijau, semuanya serba teratur, warganya mau menjaga kotanya, tidak karena besar atau kecilnya kota dong....debat ku dalam hati, perdebatan ini menimbulkan berkecamuknya pikiranku dalam memikirkan perbandingan tersebut layaknya walikota, he he he.
“Jadi intinya adalah adanya kemauan antara pemerintah dan warganya disinergiskan dalam kerja nyata dan didukung oleh pemerintah dan warganya. Semuanya transparan dan demi kepentingan bersama," nah itu jawaban yang paling bagus, pikirku sambil tersenyum.
Sudut mataku menangkap sepasang mata yang memandang aneh kepadaku. Sepasang mata yang kukenal dari jaman kuliah. Sepasang mata yang terjelek yang pernah kukenal, hi hi hi.
"Loe gila?" Teriak andre menatap heran.
"Hampir dre, "jawabku pendek, sambil menatap sinis dan kami pun saling pandang lalu tertawa bersama.
Landung sari, terminal pinggir kota malang yang mengarah ke kawasan batu malang. Terminal yang letaknya tidak jauh dari kampus muhammadiyah malang ini memang selalu ramai, dipinggir jalannya....namun ketika masuk terminal, kosong. Hanya ada beberapa angkot yang ngetem mengantri menunggu penumpang. Selebihnya mobil angkotnya lebih banyak antri dipintu keluar terminal dan pinggir jalan depan terminal. Kami pun naik angkot berwarna pink.
"Pink" jujur baru kali ini aku melihat angkot yang berwarna pink he he he...lembayung juga nih angkotnya..wuiih keren bo'....dan ini pun satu satunya yang ada di kawasan malang.
Beruntung kejadian langka ini aku alami walaupun pengalaman naik angkotnya hampir sama seperti naik angkot yang lain, tidak ada yang beda. Kalau gak percaya, silahkan pergi ke malang dech.....
Tidak lama kami pun berlayar menuju batu malang, tidak lupa pesan pesan dan wanti wanti ke sopir untuk turun didekat mall batu, karena ternyata mobil ini tidak lewat didepan mall tersebut, namun hanya lewat satu blok sebelum mall. Ternyata kawasan batu malang itu berada di atas dari kota malang. Perjalanan berkelak kelok dan mendaki merupakan suguhan yang menarik. Belum lagi pemandangan kanan dan kiri lembah dan hutan serta hotel dan villa villa peristirahatan bagi orang kota yang mempunyai dompet tebal. Entah tebalnya karena bon hutang atau uang yang banyak terpenting bisa bayar refreshing di hotel mewah, baik lewat tambahan bon hutang atau uang cash. Entahlah....
Namun kali ini ada sesuatu yang sangat menarik dan terpenting yang bekum pernah aku lihat dimanapun tempatnya. Menurutku keterlaluan atau memang kebutuhan atau memang kekurang ajaran manusia. Ketika menulis cerpen ini aku berusaha u tuk menebak dan mengingat ingat entah di km berapa dan apa nama kampungnya. Aku melihat tulisan besar tertera di papan persegi panjang sekitar 2m×1.5m didepan sebuah mesjid besar dengan dipenuhi artistik menarik,
"DIJUAL". Aku pun secara spontan berseru dalam hati.
"Astagfirullah...." aku pun berusaha untuk memberitahu andri namun ternyata temanku sudah terlebih dahulu bertanya kepada sopir dengan spontan.
Supir pun tertawa renyah...”tenang mas, iklan itu udah lama dan tidak ada yang berani menawar ataupun membeli mesjid tersebut”  Jawab sang sopir.
" tapi khan mas yang punya tanah keterlaluan harus sebegitunya menjual mesjid tersebut." Seru andri panas...
“kaya yang paling soleh aja dri...”.pikirku melihat tingkah lakunya.
Sang sopir pun hanya menaikkan bahu sebagai tanda tidak tau menahu, "yah sifat manusia" serunya, menambahkan sambil menghembuskan nafas.
"Namun karena iklan tersebut, mesjid itu menjadi terkenal loh mas. Banyak yang menyumbangkan uang di gerobak mesjid. Niatnya untuk pengurus mesjid agar bisa mengumpulkan uang untuk warga sini membeli mesjid tersebut." Tambahnya....
"Syukurlah masih ada warga yang peduli terhadap agama," pikirku, "entah bagaimana jadinya kalau kita tanpa agama, tanpa tuntunan...." aku pun teringat dengan nasib mesjid bersejarah yang sekarang sedang diperjuangkan oleh komunitas muslim seluruh dunia dari cengkraman zionis yahudi. Kompleks mesjid Al Aqsa, mesjid suci kaum muslimin dan mempunyai sejarah panjang dari kisdah Isra Mirajnya Nabi Muhammad SAW sampai dengan perang salib. Umat muslim yang selama ini dinina bobo kan oleh kenikmatan duniawi yang sudah tidak peduli lagi akan nasib umat umat muslim lain didunia ini yang tidak beruntung dibawah cengkraman kaum mayoritas non muslim di negara lain. Apalagi palestina yang sudah diramalkan dalam Alquran juga tidak pernah bisa akur dengan yahudi sampai dengan akhir jaman. Suatu tempat bagi umat muslim untuk berjihad memperjuangkan tauhid.
Tidak beberapa lama kami tiba di tempat tujuan. Dengan bersusah payah berjalan satu blok menuju mall tempat tujuan kami. Tidak ada sesuatu yang menarik untuk dibicarakan dalam ceritaku kali ini. Hanya azas manfaat memanfaatkan andri untuk membantu kontrolku terhadap counter rampung. Semuanya berjalan dengan semestinya, perkerjaanku pun rampung dengan dibantu oleh temanku. Istilah ku menyebutnya 
"diberdayakan" he he he," andri aku minta bantuannya untuk stock opname alhasil.....
Kereta jam 3 sore u tuk kembali ke surabaya, dapat angkot kembali ke malang jam 2 sore lebih 10 menit.
"Telat.....bakal telat...." kata kata tersebut yang terngiang di kepalaku. Berputar putar mencari solusi, bagaimana caranya bisa tepat waktu?
Plan b jika tidak datang tepat waktu otomatis ketinggalan kereta, solusi apalagi yang harus kami tempuh, ke terminal cari bus ke surabaya dengan berat hati menjadi pilihan yang pasti mengorbankan uang tiket yang sudah kami beli sebelumnya.
Tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut andri. Kami berdua membisu, menatap ke depan ke arah jalanan dan berseru kecewa jika angkot melambatkan laju larinya. Aku yakin andri pun berpikir yang sama denganku. Namun tidak beberapa lama setelah aku menanyakan jam kepada andri. Andri pun berbicara kepada sopir permasalahan yang sedang kami hadapi.
Plan C naek ojek!!!.... andre pun ternyata berpikir sama. Ia pun mengutarakan kepada sopir untuk menanyakan tempat mangkal ojek.
"Mas dari pada capek capek nyari ojek, kasih saya Rp.20.000. Tepat jam 3 kurang sampe depat stasiun, gimana? Tawaran sopir kepada kami.
"Deal, seruku...andri pun sepakat. Tidak beberapa lama, kami pun seperti berada dalam lomba balap mobil. Bedanya yang kami alami hanya lomba balap kelas kampung yang lawannya hanya truk, bus, dan mobil sesama angkot. Terkadang motor pun menjadi gerah dan berusaha mengimbangi kecepatan kami. Kami pun yang didalam mobil hanya bermodal doa berharap aman sampai tujuan. Rasa sesal ku pun timbul...
jam 14.47.....woow greaat...seruku sambil memberikan uang kepada sopir. Salah satu penumpang berteriak kepada kami sambil tertawa,
"mas, laen kali terlambat lagi ya...biar cepat juga nih angkot....kami pun  tertawa....
"Nasi goreng mas....makan malam," seru seorang perempuan yang tiba tiba muncul dari sebelah kiri tempat ku duduk. Aku pun tersadar dalam lamunanku dan tersadar juga bahwa sembari tadi aku tertawa sendiri sambil menatap sms andri,

"bro, ati ati loe ya...jangan telat naek kereta, salam untuk keluarga di bandung"...

"Boleh sama teh manis ya mba," jawabku.

Pramugari kereta itu pun segera mencatat pesananku lalu berkata,"pesanannya sudah dicatat mas dan harap menunggu. Terima kasih sudah menggunakan kereta lodaya malam jurusan Bandung....


No comments:

Post a Comment

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO