Sunday, February 19, 2017

CATATAN HARIAN ARI "MEMORI GADIS LEMPER"

15 September 2006

Tidak ku sangka, tidak ku nyana....
Aku pikir brankas ini hanya sebuah lemari besi tanpa kombinasi. Dengan perasaan percaya diri kumasukkan kunci brankas yang di berikan pak Herman kepadaku untuk mengambil uang kasir. Pintu besi ini tidak bisa di putar dan di buka..., dengan cepat pikiranku menerka apa yang terjadi? Ooooh iya ternyata no kombinasi...agak malu juga melihat atas apa yang terjadi dan untungnya belum ada yang menyaksikan. Aku pun menanyakan kunci kombinasinya ke pak herman, dan mengajari ku untuk membuka kunci kombinasinya. Bersama-sama mempersiapkan uang modal kasir, serta uang setoran yang selalu di pick up tiap hari melalui tim pick up yang di tunjuk oleh pusat. Uang setoran di sesuaikan dengan jumlah omzet hari kemarin dengan melihat data penjualan di program hari kemarin.
Siangnya aku bertemu untuk pertama kalinya dengan pak Erwin. Orangnya seukuran ku tingginya sekitar 167 cm, berbadan gemuk di lihat dari perawakan mukanya seperti keturunan arab, dengan muka bulat dan mempunyai brewok yang tipis sehabis di cukur. Cukup ramah dan terbuka. Tidak pelit ilmu dan informasi, semuanya di sampaikan kepadaku. Beliau juga mengijinkanku untuk mengambil shift sendiri di hari minggu setelah di informasikan oleh pak Herman. Untuk menguatkan keyakinan pak Erwin, semua tugas hari ini dan kontrol di serahkan kepadaku. Mau gak mau, aku pun long shift sampai dengan jam delapan, sampai semua perkerjaan input po suplier, report tugas, follow up email, mengikuti pengarahan pak Erwin untuk pemecahan masalah yang terjadi di toko. Pengorbanan pikirku dalam hati.
"Pak, " seru teddy, sedikit berbisik ketika aku berada di back office sedang mengerjakan tugas. Kebetulan pak Erwin sedang membantu kasir menukar uang kecil.
“Pak Erwin sebentar lagi nikah.... "jelas teddy sambil tertawa kecil.
Muka bulat teddy dengan di hiasi jambang yang sudah tercukur rapi dan mempunyai sepasang mata kecil pun mengerut senang dan manis. Mengurai selembar senyum indah dengan dua lesung di kanan dan kiri pipinya. Untuk ukuran orang Sunda Teddy memang terlihat tampan. Namun ketampanan tersebut ternyata berbanding terbalik dengan keadaan tubuh teddy yang bengkak membulat di tambah dengan gaya berjalan tedi yang sepertinya menopang sesuatu yang besar pada perutnya. Teddy merupakan anak bungsu dari seorang petugas militer rendahan yang bertugas di KODAM persis didepan Minimarket ini. Dia merupakan titipan dari ayahnya karena tidak mampu untuk menyekolahkan Teddy ke jenjang yang lebih tinggi.
Yah, syukur," ujarku cuek, kapan?" Tanyaku sekedar untuk berbasa basi. Bukannya nikah itu anugerah pikirku, kenapa sepertinya di permasalahkan oleh anak buahnya.
"3 bulan lagi pak, itu calonnya...kasir yang sedang di depan, " ujar teddy, sambil terus tertawa seperti meledek.
"Depan mana?" Ketusku, merasa terganggu dengan apa yang diutarakan teddy yang menurutku memberi informasi setengah setengah.
"Didepan toko mana?" Seberang?" Bukannya itu kodam?" Tanyaku lagi.

"Kasir kita pak, sinta," jelas teddy sambil menengok ke arah depan. Takut jika ketahuan oleh pak Erwin.
"Loh...bukannya tidak boleh untuk menjalin hubungan dalam satu toko," jelasku tertegun.
Sinta memang cantik untuk ukuran orang sunda. Raut mukanya sangat sunda dan benar-benar ciri khas seorang mojang priangan. Kulit kuning lansat, kurus semampai, mempunyai lesung pipit di pipi kanan dan kiri, rambut yang terurai panjang dan mempunyai muka yang oval. Bibir yang mungil kecil melebar ke samping jika tersenyum, hidung mancung, ditambah dengan dagu yang menjuntai bagai lebah bergantung. Tatapan mata yang besar dan sayu dengan di hiasi oleh bulu mata yang lentik. Siapa yang tidak tertarik, pertama kali pun menatapnya aku memang tertarik. Tapi ya sudahlah ternyata sudah milik seseorang. Apalagi milik kepala toko, orang yang paling berwenang di toko ini. Ada rasa kecewa di mataku dan hal tersebut tertangkap oleh teddy.
Teddy pun tertawa.
" tenang pak, masih banyak yang cantik di sini. Costumer yang datang juga khan cantik-cantik pak," seru teddy mentertawakan kekecewaan ku.
Merasa di tertawakan oleh bawahanku, aku pun pura-pura berpikir dan mengalihkan perhatian ke tugasku,
" oke ted, nanti kita cari cewek cakep ya," pura-pura cuek menanggapi info yang di berikan teddy. Teddy pun berlalu ke area selling dengan membawa sekardus air mineral 800 ml.
Banyak yang terjadi seperti hal yang barusan di info oleh Teddy. Kepala toko mempunyai hubungan dengan kasirnya ataupun asst kepala tokonya. Hal tersebut sudah diingatkan oleh tim HRD ketika training. Jika hal tersebut terjadi, salah satu harus mengalah untuk keluar dari perusahaan atau di alihkan ke toko atau cabang lain.
Aku pun tersenyum, yah...drama percintaan di sebuah toko pasti terjadi, tidak aneh," pikirku.
“Apakah di tempat ini aku akan mendapatkan drama percintaan juga ya?” Tanyaku dalam hati. “Kemungkinan itu selalu ada dan pasti ada, entahlah..yang namanya jatuh cinta pasti suatu saat aku akan mengalaminya seperti yang sudah sudah” jawabku dalam hati, sambil tersenyum dan menggeleng, merasakan ketololan ku sendiri atas pertanyaan dan jawaban ku sendiri.
Untuk urusan percintaan sebenarnya terakhir aku alami ketika di Sekolah Menengah Umum. Mungkin saat itu hanya cinta monyet antara kakak kelas dan adik kelas. Pacaran nya pun hanya sehabis pulang sekolah dan itu pun hanya jalan bareng, jajan bareng, makan bareng. Thats all. Ketika kuliah juga, pacaran pun sepertinya menjadi hal yang mahal buatku. Mana ada yang mau pacaran dengan anak kost. Uang bulanan pun hanya habis untuk biaya makan diriku sendiri dan itu pun masih harus irit, gimana mau pacaran? Apalagi perempuan kampus yang terkenal pemilih, sangat jauh untuk bermimpi cari pacar di dalam kampus.
Aku pun mengamati satu persatu kasir kasir yang ada. Perempuan dua orang, satu orang sudah jadi jodoh Pak Erwin. Kasir yang satu lagi Tini, tampangnya biasa biasa aja dan tidak ada chemistry sama sekali. Dengan kulit pucat, rambut lurus dan badan pun lurus kurus kerempeng. Namun Tini sangat pintar untuk berkomunikasi dengan customer. Pelayanannya pun excellent sekali, dalam beberapa hari bergabung di toko ini, Tini merupakan kasir yang memang menjadi pusat perhatian ku. Terutama dalam hal up selling. Rasa penasaran untuk bahan pelajaran ku untuk bahan training team spg yang pada nantinya akan menjadi beban ku di toko toko yang akan di embankan kepadaku. Aku pun harus belajar banyak dan memperhatikan apa saja yang menjadi daya tarik seorang spg atau kasir dalam menarik perhatian customer supaya bisa berbelanja di toko. Apalagi dalam hal up selling. Bagaimana caranya kasir membujuk customer supaya bisa menambah belanjaannya, bagaimana kasir memikat customer dengan promosi yang ada, bagaimana kasir mampu mengalihkan perhatian customer ke barang selain yang ia cari.
Siangnya,...
Sambil menunggu giliran untuk beristirahat, aku pun berdiri di area kasir dengan memperhatikan customer yang masuk dan akan membayar di kasir. Sebelumnya aku berkeliling diantara gondola gondola barang untuk melihat apakah ada barang-barang yang tidak face out (penuh ke depan). Jika memang ada, aku pun dengan sukarela dan ringan tangan untuk memperbaiki langsung tanpa harus menegur team service atau kasir yang bertugas. Mereka juga ada fokus area yang harus di tangani seperti mengisi barang yang kosong atau membersihkan beberapa shelving di area gondola. Itu pun bisa di mengerti, karena seorang pemimpin tidak hanya berkerja dengan hanya memerintah namun ia juga harus bisa turun dan membantu teamnya. Itu prinsip yang saya pelajari dan pegang teguh.
Tujuan ku pun untuk berkeliling gondola juga adalah untuk berusaha mempelajari berbagai ragam barang, mencoba mencari barang barang yang memang sering laku terjual, susunan pajangan barang. Sebagai seseorang yang pemula, aku yakin dengan sering berkeliling dan mempelajari tingkah laku customer dalam mencari dan memilih barang serta mengingat barang barang yang fast moving (laku) adalah merupakan cara cepat bagiku untuk beradaptasi di dunia retail. Terakhir aku pun mendekati area telur yang kebetulan memang berdekatan dengan area kasir. Aku pun berusaha untuk mengingat pengoperasian timbangan telur dan caranya untuk meperlakukan telur, supaya tidak pecah serta teknik memajang telur.
Khusus hari ini, setelah menyelesaikan tugas yang di berikan oleh Pak Erwin, aku mempunyai target untuk mempelajari customer dari dekat. Aku pun memposisikan diri sebagai pelayan di bagian telur. Beberapa tray (tempat telur) sudah aku pindahkan posisinya untuk memaksimalkan pajangan telur. Namun...
Perhatian ku teralih dengan lewatnya customer perempuan. Dia menatap ku dan tersenyum.
“ Ini senyum hari ketiga yang selalu ia berikan kepadaku ketika masuk kedalam toko.” Pikirku sambil membalas senyumnya.
Namun ada suatu perasan menyeruak di dalam hati di tambah pertanyaan yang membuat simpul simpul saraf di otakku berkerja lebih keras untuk menjawab pertanyaan tersebut,
“Apakah ia tersenyum hanya sebagai senyum sopan santun seorang mojang priangan, atau memang ada sesuatu.” pikirku kembali
Dia cantik, berkulit putih seperti ku, mempunyai badan yang menarik seperti kebanyakan perempuan yang merawat dan memperhatikan tubuhnya, berwajah oval, mempunyai sebentuk bibir yang seksi serta mempunya sepasang mata indah. Belum lagi rambut hitam legamnya yang panjang dengan diikat gelang rambut berwarna pink-atasan kaos casual berwarna putih dengan balutan celana jeans-sangat serasi sekali dengan bentuk tubuhnya.
Inisiatifku mengalahkan segala apapun kali ini. “ted..tedi..bisikku setengah berteriak.
Tedi kebetulan berada di gondola non food yang secara tidak langsung berada dalam satu lorong lurus dengan tempatku. Tedi dengan wajah bulat dan mata sipitnya tiba tiba muncul dibalik gondola.
“aya naon bos...serunya setengah berteriak dan masih memegang satu bungkus pewangi pakaian.
“Kemari sebentar, segera..sangat penting dan penting sekali,” seruku sambil tersenyum karena geli karena kekagetanku yang melihat kepala tiba tiba muncul dari balik gondola. Tersenyum juga karena apa yang akan aku katakan berakibat malu pada diriku sendiri. Namun pikiranku pun saat ini penasaran “siapakah dia dan masa bodoh apa yang akan di katakan anak anak toko kepadaku kali ini”
Tedi yang dengan gaya khas berjalannya pun mendekat.
“Ted, kenal nggak, customer itu?” tanyaku sambil berbisik dan menatap sang gadis yang saat itu tengah berada di shelving depan sebuah gondola, tengah memperhatikan sebuah parfume brand terbaru. Tedi pun memperhatikan perempuan yang tengah aku perhatikan dan ia pun tersenyum.
“kemarin dia bertanya tentang bapak...saya lupa menyampaikan. Namanya Nia pak. Dia spg sebelah minimarket kita loh pak, cantik ya pak.” Jawab Tedi yang seperti biasa memberikan sebuah senyuman yang semakin lama semakin membuat kesal aku memandangnya. Entah senyuman simpati, mengejek atau memang bawaan orok.
“bukannya di kenalin dari kemarin tedi..tedi...iya cantik,” jawab ku sedikit ketus karena kesal dengan senyum yang di tampilkan selalu Tedi. Aku pun berkesimpulan bahwa senyumnya tedi merupakan bawaan orok dan tidak bisa di ubah.
Merasa seperti di perhatikan, tatapan perempuan itu pun beralih ke kami. Aku pun sedikit nervous, sambil sedikit berteriak “ Ted, tolong ambilkan satu tray lagi telor. Belum penuh nih” seru ku salah tingkah
“siap pak.’ Seru tedi sambil tersenyum seperti biasa.
“tolong telornya dong pak, 1 kilo saja,” seru seseorang perempuan yang tiba tiba bersuara dari belakang ku. Aku pun terkesiap sebentar dan mencoba untuk menguasai diriku. Aku pun menolah dan ternyata tebakan ku benar. Nia sudah berdiri di belakangku dan memberikan sebuah senyuman yang membuat ku terpana.
“Pak, tray nya pak....” Suara jeleknya tedi membuyarkan pandanganku.
“Ya Ted, bentar ya mbak,” Jawabku setengah terbata sambil memegang plastik telor dan mencoba untuk memilihkan telor yang terbaik untuk nya.
“Ini Pak Ari Nia, dia masih training Manajerial toko... Pak Ari ini Nia, kemaren dia nanyain bapak..”Jelas Tedi mengulangi kembali info yang ia berikan kepadaku. Sebenarnya aku pun tidak berkeberatan di bantu untuk memperkenalkan diri. Namun saat ini sepertinya harga diri laki laki ku jatuh. Hal yang sama juga terjadi di diri Nia, perkataan Tedi juga membuat dia bersemu merah dan menambah daya tarik kecantikannya. Namun sebelum semuanya menjadi salah tingkah dan serba salah serta diam, akupun menyodorkan tanganku untuk berkenalan
“Hai, saya Ari...benar apa yang di katakan oleh Tedi. Oh ya boleh saya bantu ambilkan telornya ya,” seruku dan sebenarnya terkesan berbasa basi karena dua buah telor sudah aku masukkan kedalam plastik telor. Dia pun hanya tersenyum dan menjabat tanganku.
“Nia, saya spg sebelah,” Jawabnya singkat. Namun ada sesuatu yang pada akhirnya membuat ku hilang chemistry dan berubah untuk bersikap seperti biasa aja. Pikiran ku sebelumnya kubuang jauh jauh dan mencoba memaksakan senyum. Tanpa berkata kata lagi aku pun langsung memasukkan beberapa telur dan menimbangnya. Aku pun mengucapkan terima kasih dan menyarankan Nia untuk menuju kasir terdekat. Sambil tersenyum ia pun berlalu ke arah kasir.
“Gimana pak,” seru Tedi, kembali mengagetkanku untuk kesekian kalinya
“cantik ya pak,” lanjutnya kembali menegaskan pernyataan yang ia buat sebelumnya.
“Nenekmu peot cantik, hadeuuuh....kalau tidak bicara dan hanya diam saja sih cantik, Cuma kalau sudah bicara...nggak dech...” Ujarku sambil menggeleng gelengkan kepalaku dan mataku masih tidak lepas memandangnya. “ sayang ya ted, cantik-cantik kok giginya gak di rawat,” ujarku maratapi
“ha ha ha...kita semua disini sudah tau pak,” Sahut Tedi sambil berlalu dari sampingku dan menuju back office. Sebentar lagi kabarnya bakal tersiar diantara teman teman tim service dan menjadi bahan olok olok besar hari ini.
Kesokan Harinya...
            Masuk pagi, masih berpartner dengan pak Herman. Pagi ini cerah sekali, matahari sudah bersinar lebih terang dari sebelumnya. Tidak ada awan hitam yang menghalangi bahkan angin pun tidak berhembus sama sekali, di kalahkan oleh sinar buasnya sang mentari. Satu shift pagi ini semuanya aku yang handle, tidak ada yang terlewat, tidak ada masalah dalam hal administrasi. Mungkin aku harus belajar mengenai masalah analisa, selling area dan penanganan serta pelayanan ke costumer pikirku. Dalam dunia retail hal tersebut yang paling penting. Aku harus menguasai product-product apa saja yang fast moving (lebih cepat terjual), analisa stocknya, analisa kebutuhan costumer dan lain-lain. Aku harus incharge di area selling, membantu dan memperhatikan prilaku costumer yang datang.
Hari ini sabtu week end, kunjungan ke toko lebih ramai dari hari biasanya. Pak Herman dan aku juga incharge di selling area. Memperhatikan perkerjaan tim servis dan kasir serta memperhatikan costumer agar tidak ada yang mencuri atau pun membantu costumer yang sedang mencari produk. Aku pun selalu mobile(bergerak keliling di dalam toko) untuk face out (mengusahakan barang agar tampak di depan biar mudah dilihat dan diambil oleh costumer) barang-barang yang sudah di ambil costumer. Ataupun mengambil stock di belakang kembali jika memang stock pajangnya sudah menipis. Hal ini juga untuk mengantisipasi pergerakan pencuri yang coba mengambil kesempatan dalam moment ramai di toko seperti ini. Hal ini kupelajari dari pak Herman dan Pak Erwin, karena aku lebih sering bertanya secara detail ke mereka.
"Tidak ada masalah, besok aku pasti bisa sendiri mengambil shift," pikir ku.

Di tengah hari, mobil distribusi logistik pun datang. "Ayo, olahraga," seru anak-anak tim service.
Jika ku perhatikan jadwal datang barang dan jadwal absensi anak-anak. Pak erwin dan pak Herman mengatur jadwal anak-anak ketika datang barang, tidak ada yang off, semuanya masuk.
"Biar barang bisa di pajang semua," jawab Pak Erwin ketika ku tanyakan. Karena tiap anak-anak tim service mempunyai tanggung jawab department. Setiap anak merangkap 4-5 departement. Untuk food seperti milk (susu), breakfast (department makanan ringan untuk sarapan), noodle (mie) and baking soda, snack and baverage, candy's and convectionary (coklat, permen, dll makanan kecil), drink, dll. Serta non food seperti detergent, insect killer, one price, mouthfresh, hairfresh and bodyfresh, parfume, dll.
Mobil logistik hanya ada satu sopir saja merangkap sekaligus pick up barang di bantu oleh tim toko. Manajerial toko pun turun untuk pick up barang tidak terkecuali. Setelah barang di turunkan sesuai dengan dokumen jumlah koli yang kirimkan pusat ke toko. Maka barang pun di cek sesuai dengan surat jalan atau BSTB (bukti Serah Terima Barang) yang di cek oleh tim toko. Manajerial juga menyerahkan satu amplop titipan dokument untuk pusat yang isinya BSTB kirim barang hari sebelumnya, PO yang sudah di input hasil print out, serta laporan-laporan lainnya seperti klaim pengeluaran kas kecil ataupun klaim transportasi atau perjalanan dinas dan lain-lain.
Jika dalam keadaan datang barang, toko sangat acak-acakan. Tumpukan kardus memenuhi lorong setiap departement yang membuat terkadang menyusahkan costumer untuk lewat. Namun tidak ada solusi untuk hal ini. Jika di tumpuk di gudang, gudang kecil dan takut tercampur dengan brg lain ataupun terselip. Mungkin pihak manajemen pusat dapat memikirkan solusi yang tepat sehingga tidak mengganggu atmosfer dan kenyamanan costumer dalam berbelanja.
Aku pun membantu, sekaligus belajar untuk display barang yang menarik. Mencoba kecepatan memajang produk, ketepatan sesuai dengan lay out md yang sudah di berikan, cek barang yang tidak ada sku nya biar di buatkan sku. Hal tersebut semuanya indikator penting untuk kesiapan menjual barang di jam-jam ramai sesudahnya. Ketersediaan barang, kerapihan dalam memajang, ketepatan memajang biar dilihat costumer, sku yang menunjukkan harga barang. Poin-point penting yang harus aku ingat selamanya jika ingin serius berkecimpung di dunia retail. Hari yang melelahkan, semua aspek memang di kerjakan jika berada kerja di retail. Apalagi posisi manajerial toko, semua di handle.
            “Pak Ari, ada yang nyari,” seru Tini dari meja kasir. Semuanya menoleh ke arah suara
            “suitt suittt....” Seru Tedi ketika melihat siapa yang mencari pak Ari. “Pak Ingat pak, ada patilnya loh pak,” sambung Tedi setengah berbisik dan tertawa mengikik
            “Tumben Pak Ari ada yang nyari,” seru Ari sambil tertawa dan berlalu dengan membawa satu kotak barang berisi air mineral 600 ml
            “Wah, mudah mudahan dikasih kue atau makanan kecil pak, untuk kita istirahat sehabis nguli,” Seru Andi setengah berbisik sambil meletakkan beberapa stock detergen di atas Gondola.
Andi merupakan salah satu team service yang berperawakan paling tinggi namun tetap kurus diantara semua anak anak toko. Karena tinggi dia sering mendapat tugas mengambil atau menumpuk stock barang di atas atas gondola. Hal ini berbeda terbalik denga Ari yang kurus namun pendek. Rata rata anak anak toko disini mempunyai sifat periang dan mudah sekali berkerjasama satu dengan yang lainnya serta ringan tangan. Pak Erwin sebagai kepala toko juga mempunyai fokus penekanan pada kerjasama team namun penuh canda tawa. Sehingga tidak heran jika kerja berat seperti ini dengan tertawa semuanya mudah dilakukan. “Teknik yang jitu sekali untuk memanage sebuat team,” pikirku.
Aku tertawa mendengar penuturan anak anak. “Tidak ada salahnya lah untuk berteman dengan Nia,” pikirku
“Ada apa Nia?” tanyaku berbasa basi
“ini pak, tadi mama dirumah buat beberapa panganan kecil tradisional, lemper, mungkin bapak suka kali,” Jawab Nia, sambil menyerahkan satu bungkusan besar dengan isi beberapa buah lemper.
“wah, serius. Hebat mama mu bisa bikin lemper,” Jawabku yang masih berbasa basi, sambil tersenyum mencoba untuk memandangnya dan menepis rasa tidak suka akan penampilan yang ada di depanku. Ku coba hanya untuk memandang sepasang mata dan kilatan keningnya saja.
“ya kalau bapak suka, ya gak apa apa pak,” Jawabnya sambil setengah memaksa menyodorkan bungkusan tersebut.
“banyak sekali Nia, serius...ini gak apa apa nih,” Seruku kembali berbasa basi. Sambil menerima dan mencoba untuk membuka sedikit bingkisan tersebut, lalu kembali menatap sepasang matanya.
“iya pak, untuk bapak kok, mama sudah mentip kan pesan,” sahut Nia
“sudah ya pak, selamat berkerja,” Seru Nia kembali sambil membalikkan punggungnya untuk keluar dari toko.
“sampaikan salam ya untuk mama dan terima kasih atas bingkisannya,” seruku sambil menatap punggungnya dan Nia pun hanya melambaikan tanggannya sambil berlalu ke arah toko nya.
“Pak...bapak...” Seru Tini, mengingatkan ku bahwa Tini ternyata ada disebelahku dari tadi.
“yakin bapak mau makan? Hati hati loh pak..siapa tau pelet,” seru Tini sambil menutup mulutnya menahan tawa.
“iya juga ya,” pikirku. “Ini kan daerah masih kampung, siapa tau magic nya masih kuat” pikirku kembali.
“Andi, Tedi, Ari...nih ada makanan, kalian makan gih,” seruku setengah berteriak. Ternyata tanpa di komando anak anak pun sudah ada disekitarku sambil memasang muka paling mengesalkan yang pernah aku ingat.
“kaya gak pernah makan enak aja kalian,” seruku sambil tersenyum dan menyerahkan biingkisan tersebut ke mereka.
“ya bapak pilih aja, mau kena pelet dan nikah sama dia, atau mau aman aman aja,” seru Ari dan tedi pun mengangguk kan kepala mengiyakan karena mulutnya sudah penuh dengan setengah lemper yang sedang dikunyah. Tini dan Siinta pun tidak ketinggalan mengantri mengambil bingkisan tersebut.
“lumayan lah ada tambahan makan siang, Makasih ya pak” seru Tini smbil berlalu dan kembali ke rutinitasnya bersama dengan dengan Sinta.
Lemper nya pun mulai berpindah tangan ke Pak Erwin dan Pak Firman dan Syukurnya tidak menunggu lama pun sudah tinggal bungkusnya saja. Aku pun karena percaya kepada sugesti yang beredar di masyarakat Indonesia, yang pada akhirnya Alhamdulillah tidak merasakan satu pun lemper.
Menjelang jam Lima sore, selling area dan lorong di beberapa gondola sudah clear dari barang datang. Salut untuk team toko ini. Mereka kerja cepat, tau mengkondisikan barang, fokus dengan barang barang yang kosong. Mereka juga sekarang tengah memajang stock barang di gudang untuk bisa mudah menemukan jika memang barang di selling area kosong.
Estimasi dalam pengorderan barang juga tepat. Pak Erwin dan Pak Herman fokus pada barang barang yang memang menjadi fokus kebutuhan masyarakat yang paling banyak di cari. Mereka juga tau barang barang yang fast moving sehingga mereka tidak akan kekurangan barang untuk 3 hari kedepan. Pengisian barang pun, mereka tepat sehingga hanya barang laku yang mereka pajang. Hal ini menjadi perhatian ku sendiri dan menjadi catatan ku sepanjang aku berkecimpung di dunia retail.
“Pak, ada info terbaru, terupdate dan terkini pak, “Seru Tini membuyarkan lamunanku. Tini tiba tiba ada di meja kasir karena sebelumnya ia ijin untuk makan di luar.
“Ya tin,” jawabku singkat.
“tadi itu sebenarnya lemper perpisahan loh pak, ternyata si Nia resign dan sore ini sudah jalan ke Cikarang. Dia kerja disana,” Jelas Tini.
“ooooh,” jawabku singkat. Sambil menyunggingkan sebuah senyum tanpa arti yang memberikan tanda supaya Tini tidak bisa menebak apa yang sedang aku pikirkan.
Padahal dalam hati aku sangat bersyukur karena jujur masih sangat takut untuk menjalin hubungan dan takut untuk di kejar kejar wanita. Aku sadar, karena aku orang yang tidak bisa menolak jika seseorang sangat baik terhadapku. Walaupun memang tidak ada niat untuk menjalin hubungan kelangkah yang lebih serius. Namun juga takut untuk menyakiti hati seorang perempuan. Oleh karena itu aku tidak berani untuk terus bersikap serius jika memang ada wanita yang memperhatikan dan mengajakku ke hubungan yang serius.
            “oooh aja si bapak mah,” Seru Tini, sambil membalikkan badan dan melangkah ke arah back office untuk seterusnya mempertanggung jawabkan perkerjaanya ke Pak Herman dan Pak Erwin untuk menghitung uang Penjualan pagi ini. 

No comments:

Post a Comment

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO