15 September 2006
Tidak ku sangka, tidak ku nyana....
Aku pikir brankas ini hanya sebuah
lemari besi tanpa kombinasi. Dengan perasaan percaya diri kumasukkan kunci
brankas yang di berikan pak Herman kepadaku untuk mengambil uang kasir. Pintu
besi ini tidak bisa di putar dan di buka..., dengan cepat pikiranku menerka apa
yang terjadi? Ooooh iya ternyata no kombinasi...agak malu juga melihat atas apa
yang terjadi dan untungnya belum ada yang menyaksikan. Aku pun menanyakan kunci
kombinasinya ke pak herman, dan mengajari ku untuk membuka kunci kombinasinya.
Bersama-sama mempersiapkan uang modal kasir, serta uang setoran yang selalu di
pick up tiap hari melalui tim pick up yang di tunjuk oleh pusat. Uang setoran
di sesuaikan dengan jumlah omzet hari kemarin dengan melihat data penjualan di
program hari kemarin.
Siangnya aku bertemu untuk pertama
kalinya dengan pak Erwin. Orangnya seukuran ku tingginya sekitar 167 cm,
berbadan gemuk di lihat dari perawakan mukanya seperti keturunan arab, dengan
muka bulat dan mempunyai brewok yang tipis sehabis di cukur. Cukup ramah dan
terbuka. Tidak pelit ilmu dan informasi, semuanya di sampaikan kepadaku. Beliau
juga mengijinkanku untuk mengambil shift sendiri di hari minggu setelah di
informasikan oleh pak Herman. Untuk menguatkan keyakinan pak Erwin, semua tugas
hari ini dan kontrol di serahkan kepadaku. Mau gak mau, aku pun long shift
sampai dengan jam delapan, sampai semua perkerjaan input po suplier, report
tugas, follow up email, mengikuti pengarahan pak Erwin untuk pemecahan masalah
yang terjadi di toko. Pengorbanan pikirku dalam hati.
"Pak, " seru teddy,
sedikit berbisik ketika aku berada di back office sedang mengerjakan tugas.
Kebetulan pak Erwin sedang membantu kasir menukar uang kecil.
“Pak Erwin sebentar lagi nikah....
"jelas teddy sambil tertawa kecil.
Muka bulat teddy dengan di hiasi
jambang yang sudah tercukur rapi dan mempunyai sepasang mata kecil pun mengerut
senang dan manis. Mengurai selembar senyum indah dengan dua lesung di kanan dan
kiri pipinya. Untuk ukuran orang Sunda Teddy memang terlihat tampan. Namun
ketampanan tersebut ternyata berbanding terbalik dengan keadaan tubuh teddy
yang bengkak membulat di tambah dengan gaya berjalan tedi yang sepertinya
menopang sesuatu yang besar pada perutnya. Teddy merupakan anak bungsu dari
seorang petugas militer rendahan yang bertugas di KODAM persis didepan
Minimarket ini. Dia merupakan titipan dari ayahnya karena tidak mampu untuk
menyekolahkan Teddy ke jenjang yang lebih tinggi.
Yah, syukur," ujarku cuek,
kapan?" Tanyaku sekedar untuk berbasa basi. Bukannya nikah itu anugerah
pikirku, kenapa sepertinya di permasalahkan oleh anak buahnya.
"3 bulan lagi pak, itu
calonnya...kasir yang sedang di depan, " ujar teddy, sambil terus tertawa
seperti meledek.
"Depan mana?" Ketusku,
merasa terganggu dengan apa yang diutarakan teddy yang menurutku memberi
informasi setengah setengah.
"Didepan toko mana?"
Seberang?" Bukannya itu kodam?" Tanyaku lagi.
"Kasir kita pak, sinta,"
jelas teddy sambil menengok ke arah depan. Takut jika ketahuan oleh pak Erwin.
"Loh...bukannya tidak boleh
untuk menjalin hubungan dalam satu toko," jelasku tertegun.
Sinta memang cantik untuk ukuran
orang sunda. Raut mukanya sangat sunda dan benar-benar ciri khas seorang mojang
priangan. Kulit kuning lansat, kurus semampai, mempunyai lesung pipit di pipi
kanan dan kiri, rambut yang terurai panjang dan mempunyai muka yang oval. Bibir
yang mungil kecil melebar ke samping jika tersenyum, hidung mancung, ditambah
dengan dagu yang menjuntai bagai lebah bergantung. Tatapan mata yang besar dan
sayu dengan di hiasi oleh bulu mata yang lentik. Siapa yang tidak tertarik,
pertama kali pun menatapnya aku memang tertarik. Tapi ya sudahlah ternyata
sudah milik seseorang. Apalagi milik kepala toko, orang yang paling berwenang
di toko ini. Ada rasa kecewa di mataku dan hal tersebut tertangkap oleh teddy.
Teddy pun tertawa.
Teddy pun tertawa.
" tenang pak, masih banyak
yang cantik di sini. Costumer yang datang juga khan cantik-cantik pak,"
seru teddy mentertawakan kekecewaan ku.
Merasa di tertawakan oleh
bawahanku, aku pun pura-pura berpikir dan mengalihkan perhatian ke tugasku,
" oke ted, nanti kita cari
cewek cakep ya," pura-pura cuek menanggapi info yang di berikan teddy.
Teddy pun berlalu ke area selling dengan membawa sekardus air mineral 800 ml.
Banyak yang terjadi seperti hal
yang barusan di info oleh Teddy. Kepala toko mempunyai hubungan dengan kasirnya
ataupun asst kepala tokonya. Hal tersebut sudah diingatkan oleh tim HRD ketika
training. Jika hal tersebut terjadi, salah satu harus mengalah untuk keluar
dari perusahaan atau di alihkan ke toko atau cabang lain.
Aku pun tersenyum, yah...drama
percintaan di sebuah toko pasti terjadi, tidak aneh," pikirku.
“Apakah di tempat ini aku akan
mendapatkan drama percintaan juga ya?” Tanyaku dalam hati. “Kemungkinan itu
selalu ada dan pasti ada, entahlah..yang namanya jatuh cinta pasti suatu saat
aku akan mengalaminya seperti yang sudah sudah” jawabku dalam hati, sambil
tersenyum dan menggeleng, merasakan ketololan ku sendiri atas pertanyaan dan
jawaban ku sendiri.
Untuk urusan percintaan sebenarnya
terakhir aku alami ketika di Sekolah Menengah Umum. Mungkin saat itu hanya
cinta monyet antara kakak kelas dan adik kelas. Pacaran nya pun hanya sehabis
pulang sekolah dan itu pun hanya jalan bareng, jajan bareng, makan bareng.
Thats all. Ketika kuliah juga, pacaran pun sepertinya menjadi hal yang mahal
buatku. Mana ada yang mau pacaran dengan anak kost. Uang bulanan pun hanya
habis untuk biaya makan diriku sendiri dan itu pun masih harus irit, gimana mau
pacaran? Apalagi perempuan kampus yang terkenal pemilih, sangat jauh untuk
bermimpi cari pacar di dalam kampus.
Aku pun mengamati satu persatu
kasir kasir yang ada. Perempuan dua orang, satu orang sudah jadi jodoh Pak
Erwin. Kasir yang satu lagi Tini, tampangnya biasa biasa aja dan tidak ada
chemistry sama sekali. Dengan kulit pucat, rambut lurus dan badan pun lurus kurus
kerempeng. Namun Tini sangat pintar untuk berkomunikasi dengan customer.
Pelayanannya pun excellent sekali, dalam beberapa hari bergabung di toko ini,
Tini merupakan kasir yang memang menjadi pusat perhatian ku. Terutama dalam hal
up selling. Rasa penasaran untuk bahan pelajaran ku untuk bahan training team
spg yang pada nantinya akan menjadi beban ku di toko toko yang akan di embankan
kepadaku. Aku pun harus belajar banyak dan memperhatikan apa saja yang menjadi
daya tarik seorang spg atau kasir dalam menarik perhatian customer supaya bisa
berbelanja di toko. Apalagi dalam hal up selling. Bagaimana caranya kasir
membujuk customer supaya bisa menambah belanjaannya, bagaimana kasir memikat
customer dengan promosi yang ada, bagaimana kasir mampu mengalihkan perhatian
customer ke barang selain yang ia cari.
Siangnya,...
Sambil menunggu giliran untuk
beristirahat, aku pun berdiri di area kasir dengan memperhatikan customer yang
masuk dan akan membayar di kasir. Sebelumnya aku berkeliling diantara gondola
gondola barang untuk melihat apakah ada barang-barang yang tidak face out
(penuh ke depan). Jika memang ada, aku pun dengan sukarela dan ringan tangan
untuk memperbaiki langsung tanpa harus menegur team service atau kasir yang
bertugas. Mereka juga ada fokus area yang harus di tangani seperti mengisi
barang yang kosong atau membersihkan beberapa shelving di area gondola. Itu pun
bisa di mengerti, karena seorang pemimpin tidak hanya berkerja dengan hanya
memerintah namun ia juga harus bisa turun dan membantu teamnya. Itu prinsip
yang saya pelajari dan pegang teguh.
Tujuan ku pun untuk berkeliling
gondola juga adalah untuk berusaha mempelajari berbagai ragam barang, mencoba
mencari barang barang yang memang sering laku terjual, susunan pajangan barang.
Sebagai seseorang yang pemula, aku yakin dengan sering berkeliling dan
mempelajari tingkah laku customer dalam mencari dan memilih barang serta
mengingat barang barang yang fast moving (laku) adalah merupakan cara cepat
bagiku untuk beradaptasi di dunia retail. Terakhir aku pun mendekati area telur
yang kebetulan memang berdekatan dengan area kasir. Aku pun berusaha untuk
mengingat pengoperasian timbangan telur dan caranya untuk meperlakukan telur,
supaya tidak pecah serta teknik memajang telur.
Khusus hari ini, setelah
menyelesaikan tugas yang di berikan oleh Pak Erwin, aku mempunyai target untuk
mempelajari customer dari dekat. Aku pun memposisikan diri sebagai pelayan di
bagian telur. Beberapa tray (tempat telur) sudah aku pindahkan posisinya untuk
memaksimalkan pajangan telur. Namun...
Perhatian ku teralih dengan
lewatnya customer perempuan. Dia menatap ku dan tersenyum.
“ Ini senyum hari ketiga yang
selalu ia berikan kepadaku ketika masuk kedalam toko.” Pikirku sambil membalas
senyumnya.
Namun ada suatu perasan menyeruak
di dalam hati di tambah pertanyaan yang membuat simpul simpul saraf di otakku
berkerja lebih keras untuk menjawab pertanyaan tersebut,
“Apakah ia tersenyum hanya sebagai
senyum sopan santun seorang mojang priangan, atau memang ada sesuatu.” pikirku
kembali
Dia cantik, berkulit putih seperti
ku, mempunyai badan yang menarik seperti kebanyakan perempuan yang merawat dan
memperhatikan tubuhnya, berwajah oval, mempunyai sebentuk bibir yang seksi
serta mempunya sepasang mata indah. Belum lagi rambut hitam legamnya yang panjang
dengan diikat gelang rambut berwarna pink-atasan kaos casual berwarna putih
dengan balutan celana jeans-sangat serasi sekali dengan bentuk tubuhnya.
Inisiatifku mengalahkan segala
apapun kali ini. “ted..tedi..bisikku setengah berteriak.
Tedi kebetulan berada di gondola
non food yang secara tidak langsung berada dalam satu lorong lurus dengan tempatku.
Tedi dengan wajah bulat dan mata sipitnya tiba tiba muncul dibalik gondola.
“aya naon bos...serunya setengah
berteriak dan masih memegang satu bungkus pewangi pakaian.
“Kemari sebentar, segera..sangat
penting dan penting sekali,” seruku sambil tersenyum karena geli karena kekagetanku
yang melihat kepala tiba tiba muncul dari balik gondola. Tersenyum juga karena
apa yang akan aku katakan berakibat malu pada diriku sendiri. Namun pikiranku
pun saat ini penasaran “siapakah dia dan masa bodoh apa yang akan di katakan
anak anak toko kepadaku kali ini”
Tedi yang dengan gaya khas
berjalannya pun mendekat.
“Ted, kenal nggak, customer itu?”
tanyaku sambil berbisik dan menatap sang gadis yang saat itu tengah berada di
shelving depan sebuah gondola, tengah memperhatikan sebuah parfume brand
terbaru. Tedi pun memperhatikan perempuan yang tengah aku perhatikan dan ia pun
tersenyum.
“kemarin dia bertanya tentang
bapak...saya lupa menyampaikan. Namanya Nia pak. Dia spg sebelah minimarket
kita loh pak, cantik ya pak.” Jawab Tedi yang seperti biasa memberikan sebuah
senyuman yang semakin lama semakin membuat kesal aku memandangnya. Entah
senyuman simpati, mengejek atau memang bawaan orok.
“bukannya di kenalin dari kemarin
tedi..tedi...iya cantik,” jawab ku sedikit ketus karena kesal dengan senyum
yang di tampilkan selalu Tedi. Aku pun berkesimpulan bahwa senyumnya tedi
merupakan bawaan orok dan tidak bisa di ubah.
Merasa seperti di perhatikan,
tatapan perempuan itu pun beralih ke kami. Aku pun sedikit nervous, sambil
sedikit berteriak “ Ted, tolong ambilkan satu tray lagi telor. Belum penuh nih”
seru ku salah tingkah
“siap pak.’ Seru tedi sambil
tersenyum seperti biasa.
“tolong telornya dong pak, 1 kilo
saja,” seru seseorang perempuan yang tiba tiba bersuara dari belakang ku. Aku
pun terkesiap sebentar dan mencoba untuk menguasai diriku. Aku pun menolah dan
ternyata tebakan ku benar. Nia sudah berdiri di belakangku dan memberikan
sebuah senyuman yang membuat ku terpana.
“Pak, tray nya pak....” Suara
jeleknya tedi membuyarkan pandanganku.
“Ya Ted, bentar ya mbak,” Jawabku
setengah terbata sambil memegang plastik telor dan mencoba untuk memilihkan
telor yang terbaik untuk nya.
“Ini Pak Ari Nia, dia masih training
Manajerial toko... Pak Ari ini Nia, kemaren dia nanyain bapak..”Jelas Tedi
mengulangi kembali info yang ia berikan kepadaku. Sebenarnya aku pun tidak
berkeberatan di bantu untuk memperkenalkan diri. Namun saat ini sepertinya
harga diri laki laki ku jatuh. Hal yang sama juga terjadi di diri Nia,
perkataan Tedi juga membuat dia bersemu merah dan menambah daya tarik
kecantikannya. Namun sebelum semuanya menjadi salah tingkah dan serba salah
serta diam, akupun menyodorkan tanganku untuk berkenalan
“Hai, saya Ari...benar apa yang di
katakan oleh Tedi. Oh ya boleh saya bantu ambilkan telornya ya,” seruku dan
sebenarnya terkesan berbasa basi karena dua buah telor sudah aku masukkan
kedalam plastik telor. Dia pun hanya tersenyum dan menjabat tanganku.
“Nia, saya spg sebelah,” Jawabnya
singkat. Namun ada sesuatu yang pada akhirnya membuat ku hilang chemistry dan berubah
untuk bersikap seperti biasa aja. Pikiran ku sebelumnya kubuang jauh jauh dan
mencoba memaksakan senyum. Tanpa berkata kata lagi aku pun langsung memasukkan
beberapa telur dan menimbangnya. Aku pun mengucapkan terima kasih dan
menyarankan Nia untuk menuju kasir terdekat. Sambil tersenyum ia pun berlalu ke
arah kasir.
“Gimana pak,” seru Tedi, kembali
mengagetkanku untuk kesekian kalinya
“cantik ya pak,” lanjutnya kembali
menegaskan pernyataan yang ia buat sebelumnya.
“Nenekmu peot cantik,
hadeuuuh....kalau tidak bicara dan hanya diam saja sih cantik, Cuma kalau sudah
bicara...nggak dech...” Ujarku sambil menggeleng gelengkan kepalaku dan mataku
masih tidak lepas memandangnya. “ sayang ya ted, cantik-cantik kok giginya gak
di rawat,” ujarku maratapi
“ha ha ha...kita semua disini
sudah tau pak,” Sahut Tedi sambil berlalu dari sampingku dan menuju back
office. Sebentar lagi kabarnya bakal tersiar diantara teman teman tim service
dan menjadi bahan olok olok besar hari ini.
Kesokan Harinya...
Masuk pagi,
masih berpartner dengan pak Herman. Pagi ini cerah sekali, matahari sudah
bersinar lebih terang dari sebelumnya. Tidak ada awan hitam yang menghalangi
bahkan angin pun tidak berhembus sama sekali, di kalahkan oleh sinar buasnya
sang mentari. Satu shift pagi ini semuanya aku yang handle, tidak ada yang
terlewat, tidak ada masalah dalam hal administrasi. Mungkin aku harus belajar
mengenai masalah analisa, selling area dan penanganan serta pelayanan ke
costumer pikirku. Dalam dunia retail hal tersebut yang paling penting. Aku
harus menguasai product-product apa saja yang fast moving (lebih cepat
terjual), analisa stocknya, analisa kebutuhan costumer dan lain-lain. Aku harus
incharge di area selling, membantu dan memperhatikan prilaku costumer yang
datang.
Hari ini sabtu week end, kunjungan
ke toko lebih ramai dari hari biasanya. Pak Herman dan aku juga incharge di
selling area. Memperhatikan perkerjaan tim servis dan kasir serta memperhatikan
costumer agar tidak ada yang mencuri atau pun membantu costumer yang sedang
mencari produk. Aku pun selalu mobile(bergerak keliling di dalam toko) untuk
face out (mengusahakan barang agar tampak di depan biar mudah dilihat dan
diambil oleh costumer) barang-barang yang sudah di ambil costumer. Ataupun
mengambil stock di belakang kembali jika memang stock pajangnya sudah menipis.
Hal ini juga untuk mengantisipasi pergerakan pencuri yang coba mengambil
kesempatan dalam moment ramai di toko seperti ini. Hal ini kupelajari dari pak
Herman dan Pak Erwin, karena aku lebih sering bertanya secara detail ke mereka.
"Tidak ada masalah, besok aku
pasti bisa sendiri mengambil shift," pikir ku.
Di tengah hari, mobil distribusi
logistik pun datang. "Ayo, olahraga," seru anak-anak tim service.
Jika ku perhatikan jadwal datang
barang dan jadwal absensi anak-anak. Pak erwin dan pak Herman mengatur jadwal
anak-anak ketika datang barang, tidak ada yang off, semuanya masuk.
"Biar barang bisa di pajang
semua," jawab Pak Erwin ketika ku tanyakan. Karena tiap anak-anak tim
service mempunyai tanggung jawab department. Setiap anak merangkap 4-5
departement. Untuk food seperti milk (susu), breakfast (department makanan
ringan untuk sarapan), noodle (mie) and baking soda, snack and baverage,
candy's and convectionary (coklat, permen, dll makanan kecil), drink, dll.
Serta non food seperti detergent, insect killer, one price, mouthfresh,
hairfresh and bodyfresh, parfume, dll.
Mobil logistik hanya ada satu
sopir saja merangkap sekaligus pick up barang di bantu oleh tim toko.
Manajerial toko pun turun untuk pick up barang tidak terkecuali. Setelah barang
di turunkan sesuai dengan dokumen jumlah koli yang kirimkan pusat ke toko. Maka
barang pun di cek sesuai dengan surat jalan atau BSTB (bukti Serah Terima
Barang) yang di cek oleh tim toko. Manajerial juga menyerahkan satu amplop
titipan dokument untuk pusat yang isinya BSTB kirim barang hari sebelumnya, PO
yang sudah di input hasil print out, serta laporan-laporan lainnya seperti
klaim pengeluaran kas kecil ataupun klaim transportasi atau perjalanan dinas
dan lain-lain.
Jika dalam keadaan datang barang,
toko sangat acak-acakan. Tumpukan kardus memenuhi lorong setiap departement
yang membuat terkadang menyusahkan costumer untuk lewat. Namun tidak ada solusi
untuk hal ini. Jika di tumpuk di gudang, gudang kecil dan takut tercampur
dengan brg lain ataupun terselip. Mungkin pihak manajemen pusat dapat
memikirkan solusi yang tepat sehingga tidak mengganggu atmosfer dan kenyamanan
costumer dalam berbelanja.
Aku pun membantu, sekaligus
belajar untuk display barang yang menarik. Mencoba kecepatan memajang produk,
ketepatan sesuai dengan lay out md yang sudah di berikan, cek barang yang tidak
ada sku nya biar di buatkan sku. Hal tersebut semuanya indikator penting untuk
kesiapan menjual barang di jam-jam ramai sesudahnya. Ketersediaan barang,
kerapihan dalam memajang, ketepatan memajang biar dilihat costumer, sku yang
menunjukkan harga barang. Poin-point penting yang harus aku ingat selamanya
jika ingin serius berkecimpung di dunia retail. Hari yang melelahkan, semua
aspek memang di kerjakan jika berada kerja di retail. Apalagi posisi manajerial
toko, semua di handle.
“Pak Ari, ada yang nyari,” seru Tini dari meja
kasir. Semuanya menoleh ke arah suara
“suitt suittt....” Seru Tedi ketika
melihat siapa yang mencari pak Ari. “Pak Ingat pak, ada patilnya loh pak,”
sambung Tedi setengah berbisik dan tertawa mengikik
“Tumben Pak Ari ada yang nyari,”
seru Ari sambil tertawa dan berlalu dengan membawa satu kotak barang berisi air
mineral 600 ml
“Wah, mudah mudahan dikasih kue atau
makanan kecil pak, untuk kita istirahat sehabis nguli,” Seru Andi setengah
berbisik sambil meletakkan beberapa stock detergen di atas Gondola.
Andi merupakan salah satu team service yang berperawakan
paling tinggi namun tetap kurus diantara semua anak anak toko. Karena tinggi
dia sering mendapat tugas mengambil atau menumpuk stock barang di atas atas
gondola. Hal ini berbeda terbalik denga Ari yang kurus namun pendek. Rata rata
anak anak toko disini mempunyai sifat periang dan mudah sekali berkerjasama
satu dengan yang lainnya serta ringan tangan. Pak Erwin sebagai kepala toko
juga mempunyai fokus penekanan pada kerjasama team namun penuh canda tawa. Sehingga
tidak heran jika kerja berat seperti ini dengan tertawa semuanya mudah
dilakukan. “Teknik yang jitu sekali untuk memanage sebuat team,” pikirku.
Aku tertawa mendengar penuturan anak anak. “Tidak
ada salahnya lah untuk berteman dengan Nia,” pikirku
“Ada apa Nia?” tanyaku berbasa basi
“ini pak, tadi mama dirumah buat beberapa panganan
kecil tradisional, lemper, mungkin bapak suka kali,” Jawab Nia, sambil
menyerahkan satu bungkusan besar dengan isi beberapa buah lemper.
“wah, serius. Hebat mama mu bisa bikin lemper,”
Jawabku yang masih berbasa basi, sambil tersenyum mencoba untuk memandangnya
dan menepis rasa tidak suka akan penampilan yang ada di depanku. Ku coba hanya
untuk memandang sepasang mata dan kilatan keningnya saja.
“ya kalau bapak suka, ya gak apa apa pak,” Jawabnya
sambil setengah memaksa menyodorkan bungkusan tersebut.
“banyak sekali Nia, serius...ini gak apa apa nih,”
Seruku kembali berbasa basi. Sambil menerima dan mencoba untuk membuka sedikit bingkisan
tersebut, lalu kembali menatap sepasang matanya.
“iya pak, untuk bapak kok, mama sudah mentip kan
pesan,” sahut Nia
“sudah ya pak, selamat berkerja,” Seru Nia kembali
sambil membalikkan punggungnya untuk keluar dari toko.
“sampaikan salam ya untuk mama dan terima kasih
atas bingkisannya,” seruku sambil menatap punggungnya dan Nia pun hanya
melambaikan tanggannya sambil berlalu ke arah toko nya.
“Pak...bapak...” Seru Tini, mengingatkan ku bahwa
Tini ternyata ada disebelahku dari tadi.
“yakin bapak mau makan? Hati hati loh pak..siapa tau
pelet,” seru Tini sambil menutup mulutnya menahan tawa.
“iya juga ya,” pikirku. “Ini kan daerah masih
kampung, siapa tau magic nya masih kuat” pikirku kembali.
“Andi, Tedi, Ari...nih ada makanan, kalian makan
gih,” seruku setengah berteriak. Ternyata tanpa di komando anak anak pun sudah
ada disekitarku sambil memasang muka paling mengesalkan yang pernah aku ingat.
“kaya gak pernah makan enak aja kalian,” seruku
sambil tersenyum dan menyerahkan biingkisan tersebut ke mereka.
“ya bapak pilih aja, mau kena pelet dan nikah sama
dia, atau mau aman aman aja,” seru Ari dan tedi pun mengangguk kan kepala
mengiyakan karena mulutnya sudah penuh dengan setengah lemper yang sedang
dikunyah. Tini dan Siinta pun tidak ketinggalan mengantri mengambil bingkisan
tersebut.
“lumayan lah ada tambahan makan siang, Makasih ya
pak” seru Tini smbil berlalu dan kembali ke rutinitasnya bersama dengan dengan
Sinta.
Lemper nya pun mulai berpindah tangan ke Pak Erwin
dan Pak Firman dan Syukurnya tidak menunggu lama pun sudah tinggal bungkusnya
saja. Aku pun karena percaya kepada sugesti yang beredar di masyarakat
Indonesia, yang pada akhirnya Alhamdulillah tidak merasakan satu pun lemper.
Menjelang jam Lima sore, selling area dan lorong di
beberapa gondola sudah clear dari barang datang. Salut untuk team toko ini. Mereka
kerja cepat, tau mengkondisikan barang, fokus dengan barang barang yang kosong.
Mereka juga sekarang tengah memajang stock barang di gudang untuk bisa mudah
menemukan jika memang barang di selling area kosong.
Estimasi dalam pengorderan barang juga tepat. Pak
Erwin dan Pak Herman fokus pada barang barang yang memang menjadi fokus
kebutuhan masyarakat yang paling banyak di cari. Mereka juga tau barang barang
yang fast moving sehingga mereka tidak akan kekurangan barang untuk 3 hari
kedepan. Pengisian barang pun, mereka tepat sehingga hanya barang laku yang
mereka pajang. Hal ini menjadi perhatian ku sendiri dan menjadi catatan ku
sepanjang aku berkecimpung di dunia retail.
“Pak, ada info terbaru, terupdate dan terkini pak, “Seru
Tini membuyarkan lamunanku. Tini tiba tiba ada di meja kasir karena sebelumnya
ia ijin untuk makan di luar.
“Ya tin,” jawabku singkat.
“tadi itu sebenarnya lemper perpisahan loh pak,
ternyata si Nia resign dan sore ini sudah jalan ke Cikarang. Dia kerja disana,”
Jelas Tini.
“ooooh,” jawabku singkat. Sambil menyunggingkan
sebuah senyum tanpa arti yang memberikan tanda supaya Tini tidak bisa menebak
apa yang sedang aku pikirkan.
Padahal dalam hati aku sangat bersyukur karena
jujur masih sangat takut untuk menjalin hubungan dan takut untuk di kejar kejar
wanita. Aku sadar, karena aku orang yang tidak bisa menolak jika seseorang
sangat baik terhadapku. Walaupun memang tidak ada niat untuk menjalin hubungan
kelangkah yang lebih serius. Namun juga takut untuk menyakiti hati seorang
perempuan. Oleh karena itu aku tidak berani untuk terus bersikap serius jika
memang ada wanita yang memperhatikan dan mengajakku ke hubungan yang serius.
“oooh aja si bapak mah,” Seru Tini, sambil
membalikkan badan dan melangkah ke arah back office untuk seterusnya
mempertanggung jawabkan perkerjaanya ke Pak Herman dan Pak Erwin untuk menghitung
uang Penjualan pagi ini.
No comments:
Post a Comment