Malam tersebut mereka tidur dengan lelapnya. Hanya rubby yang gelisah untuk memejamkan matanya dan memilih untuk tetap terjaga. Di ambil gitarnya lalu mulai untuk bernyanyi. Namun baru saja hendak memetik gitar, terdengar ketukan halus di pintu depan rumah kost. Ketukan tersebut terus terdengar berulang-ulang, rubby berusaha menebak, "kalau anak kost lain pasti sudah teriak-teriak dan juga mengetuk-ketuk kaca memanggil," gumam rubby berkata kepada dirinya sendiri."Tapi ketukan ini....," ujar dirinya sendiri. Ketukan tersebut masih terus terdengar. Ada kesadaran dalam diri rubby yang muncul. Sebuah pikiran positif karena berada dalam lingkungan perantauan yang menyandang predikat anak kost. Sebuah perasaan senasib dengan anak-anak rantau lainnya ,"mungkin anak-anak kampus yang kemalaman atau mungkin ada yang butuh sesuatu, kasihan juga," akhirnya rubby pun memberanikan dirinya untuk berniat membuka pintu
"Siapa," seru rubby sambil berjalan menuju pintu rumah kost, namun tidak ada yang menyahut. Ketukan tersebut berhenti bersamaan dengan rubby berhenti tepat di belakang pintu. Perasaan rubby saat itu tidak menentu, ada perasaan takut yang menyelinap di dadanya bersamaan dengan pikiran aneh yang timbul "kok tidak seperti biasanya," pikir rubby. Ia pun mengambil keputusan tidak mengambil resiko yang terlalu jauh, " akh, anak anak iseng, bodo amat lah," pikir rubby sambil berlalu dan akan melangkah pergi menuju kamarnya. Namun baru dua langkah, ketukan tersebut terdengar lagi. Rubby pun tertegun, ada perasaan marah yang muncul, "sialan," serunya, siapa?" Setengah berteriak, dia pun melangkah menuju ke belakang pintu kembali. Perasaan kesal bercampur takut membuat ia bertindak lebih represif, diambilnya sapu ijuk yang bersandar di ujung ruangan. Perlahan ia memutar gagang pintu," klik," tanda kunci pintu terbuka. Tinggal saatnya untuk membuka pintu. Dengan dorongan kebelakang membuka pintu yang tiba-tiba dan mundur kebelakang untuk antisipasi jika memang orang yang berniat jahat membacokkan benda tajam. Rubby pun membuka pintu, apa yang terjadi?
Hanya gelapnya malam yang terpampang di depan rubby. Area teras depan kosong tidak ada siapa pun. Pintu pagarpun masih di gerendel dan tidak ada tanda-tanda terbuka ataupun ada orang masuk. Angin malam semilir masuk melewati pintu yang terbuka. Menyapu rambut dan muka rubby yang terpaku diam pucat pasi tanpa darah terpampang jelas di raut wajahnya. Di kurung oleh angin malam yang dingin mencekat di tambah keanehan yang terjadi di hadapannya membuat bulu kuduk nya pun berdiri. Tanpa pikir panjang rubby membanting pintu, mengunci lalu berlari menuju kamarnya. Tindakan kedua adalah mengunci rapat kamarnya, lalu menyelinap tidur di antara andri dan benny. Sarung tidurnya pun di tutupkan ke wajahnya lalu meringkuk dengan gemetar. Namun kejadian tersebut tidak berhenti sampai di situ, kejadian aneh malam tersebut terus berlanjut...
Tak beberapa lama berselang, terdengar tersaruk-saruk langkah kaki yang berjalan di ubin lantai. Langkah-langkah tersebut hanya terdengar di ruang tamu. Terdengar beberapa catur di geser, buku-buku dan majalah serta koran di buka, tutup gelas bekas susu dan kopi di letakkan berdenting diatas gelas. Rubby dari balik sarungnya bertambah gemetar namun masih mencoba untuk berpikir positif. Ia mencoba mengingat-ingat apakah ada kucing masuk atau tikus. Namun selama ini rumah kost ini bersih dari hama tikus maupun binatang lainnya seperti kucing. Tidak ada satu orang pun penghuni kost di sini yang menyukai binatang yang bernama kucing. "Apakah anak-anak penghuni lainnya bangun karena teriakan ku tadi ya?" Tanya rubby, "tapi tidak mungkin, semua anak-anak kalau membuka pintu kamar pasti terdengar jelas gerendel pembukanya. langkah-langkah kaki mereka juga, rubby sudah sangat hapal. Tidak ada yang tersaruk-saruk melangkah.
"Mungkinkah pak de?" Pertanyaan lainnya pun muncul," semenjak kapan pak de datang tengah malam, kalaupun pak de ketika membuka kamar pasti sudah terdengar dari tadi. Kebetulan kamar pak de berada di samping kamarnya Rubby, sehingga ia yakin bukan Pak De yang datang. Terus pertanyaan-pertanyaan lain muncul berputar-putar di kepala rubby dan semuanya terjawab oleh dirinya sendiri dengan sukses. Akhirnya ia pun gagal menyimpulkan, " siapakah yang berada di ruang tamu saat ini?". Akhirnya Rubby berkesimpulan, hal ini pasti ada kaitannya dengan tamu misterius tadi. Rubby pun bertambah ciut nyalinya, tenggelam dalam lipatan sarung tidurnya.
Entah berapa lama kejadian ini berlangsung, yang pasti rubby tanpa bergerak, tanpa membuka sarung yang menutup sekujur badan dan kepalanya serta membenamkan rapat-rapat wajahnya ke bantal. Hanya telinga yang ia buka jelas-jelas, mulutnya tiada henti merapal ayat-ayat alquran yang ia ingat. Dalam hatinya berdoa semoga malam ini cepat berakhir dan berharap langkah-langkah tersebut tidak menghampiri pintu kamarnya. Pada akhirnya, sayup sayup terdengar beberapa mesjid mengumandangkan ayat-ayat alquran, tanda sebentar lagi Salat Subuh masuk. Suara yang di dengar rubby di ruang tamu pun hilang tertutup oleh suara-suara yang di kumandangkan mesjid. Beberapa mobil pun lewat di depan kost-an tanda mulainya hari dan petualangan baru. Rubby pun bisa bernapas dengan lega. Urat syarafnya yang selama beberapa jam menegang pun kendur dengan sendirinya, terbebas dari ketakutan dan pertanyaan-pertanyaan yang terus menggantungi pikirannya. Lelah atas kejadian yang menimpanya, rubby pun ikut terlelap, melepaskan semua hal tersebut termasuk rasa penasarannya dan mencoba untuk menjawabnya esok hari.
Tidak ada yang bisa rubby katakan dan jelaskan untuk hari hari selanjutnya setelah kejadian tersebut. Semuanya di simpan dalam hatinya, cukup untuk konsumsi dirinya sendiri. Ia merasa teman-temannya bakal mentertawakan dirinya sendiri. Ia pun sadar sepenuhnya atas hal tersebut, walaupun yakin juga bahwa teman-temannya masih percaya hal-hal yang gaib karena sudah mengalami sebelumnya (kisah perempuan bergaun merah). Namun hal ini berbeda, ada realita yang ada bahwa mereka menerima order besar. Terlepas siapa yang order, yang pasti kewajiban mereka adalah berusaha menepati sesuai jadwal yang di berikan. Rubby masih bersikap sewajarnya dan berusaha menutupi cerita kejadian tersebut. Namun ia tidak bisa berbohong dengan aan. Aan selalu mengetahui ada yang berbeda dari tingkah teman-temannya dan selalu bisa memaksa mereka untuk berbicara. Termasuk rubby, akhirnya ia menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Ia juga mengasumsikan kejadian tersebut ada kaitannya dengan order souvenir lilin tersebut. Namun itu baru asumsi yang juga menimbulkan rasa penasaran di antara kedua orang tersebut. Untuk sementara mereka berkesimpulan kejadian ini mereka simpan dahulu, karena memang belum saatnya untuk di ceritakan kepada teman-teman yang lain. Lagian masalah ini tidak memerlukan solusi apapun yang harus diambil. Mereka berdua sepakat untuk terus menjalani ini sampai dengan selesai. Melihat apa yang akan terjadi dan siapakah pasangan tersebut.
Pesanan pun selesai sebelum waktunya tiba. Mereka juga kini sudah mengalihkan proses produksi untuk pesanan lainnya. Bertugas sebagai kurir untuk mengantarkan pesanan, sengaja rubby dan aan yang bersedia. Hal ini sudah di rencanakan sebelumnya oleh mereka berdua. Namun pada hari H, pay memaksa untuk ikut dan tidak ada pilihan selain mengijinkan. Rumah yang mereka tuju tidak beberapa jauh jaraknya dari kost. Daerahnya masih bisa di jangkau dengan jalan kaki dan masuk daerah perkampungan. Tidak sulit mencari rumah yang di maksud karena semua orang yang mereka tanyai bisa langsung menunjuk tepat. Namun setiap mereka menyebutkan nama Johan, orang kampung yang di tanyai selalu tampak mengernyitkan muka dan menatap heran kepada kami. Sudah 3 orang yang kami tanyai selalu bersikap yang sama. Hal tersebut menambah kecurigaan mereka terhadap si pemilik bernama Johan.
Sampai dirumah yang di tuju, mereka melihat bahwa rumah tersebut sedang menerima banyak tamu. Hal tersebut tampak dari banyaknya sendal, sepatu baik dewasa maupun anak-anak yang berserakan di teras rumah. Tampak rumah Johan lebih mewah dibandingkan dengan rumah kampung lainnya. Terbuat dari semen beton dengan teras rumah yang luas dan di naungi oleh atap beton. Dindingnya pun di lapisi keramik berwarna biru. Melihat ukuran rumahnya pun cukup besar untuk ukuran orang kampung. Di samping itu juga rumah ini mempunyai halaman yang luas dengan kolam ikan dan taman-taman kecil di sekelilingnya yang tumbuhi oleh tanaman-tanaman bonsai. Sesuatu yang wajar jika rumah ini di penuhi tamu, mungkin kerabat sanak saudara yang datang untuk membahas mengenai masalah pernikahan. Setelah mengucapkan salam, mereka disambut oleh seorang ibu separuh baya, berambut pendek dengan uban putih yang menghiasi sebagian rambutnya. Melihat mimik mukanya, ibu ini menampilkan muka tengah bersedih karena terlihat dari kantung matanya yang membengkak. Mereka pun tanpa mengulur waktu langsung mengutarakan niat datang ke tempat ini. Namun bukannya di persilahkan masuk ke rumah atau di panggilkan orang yang bernama Johan, tetapi mereka di sambut dengan jatuhnya ibu tersebut ke lantai, pingsan...
Tidak membutuhkan waktu lama, pada akhirnya mereka pun mengetahui hal ikhwal sebenarnya. Mereka di interogasi oleh pihak keluarga dan menjelaskan bahwa ciri-ciri pakaian yang di kenakan calon pengantin tersebut sama persis seperti terakhir ketika mereka tewas dalam kecelakaan. Penjelasan tersebut membuat mereka semua shock, termasuk keluarga juga yang mendengarkan penjelasan dari mereka. Johan telah meninggal dunia bersama dengan Ayu satu hari sebelum mereka berkunjung datang ke kost. Jadi yang datang ke kost adalah arwahnya Johan dan Ayu. Menurut cerita keluarga juga, dimana malam ketika kecelakaan terjadi. Sebelumnya pasangan tersebut sudah merencanakan untuk membuat souvenir lilin pernikahan produksi anak-anak kost. Namun keinginan tersebut tidak kesampaian semasa mereka hidup, namun kesampaian setelah mereka meninggal dengan arwahnya yang mendatangi mereka. Setelah puas dengan penjelasan keluarga dan tidak mau berlama-lama di tempat tersebut mereka pun mohon diri, dengan tetap membawa pesanan johan dan ayu kembali ke kost. Sepanjang perjalanan, bulu kuduk mereka terus meremang padahal hari masih siang. Mereka saling berpandangan dengan muka yang serius dan setengah ketakutan sambil berjalan pulang. Teka-teki terjawabkan, rubby pun menghela napas panjang ternyata benar selama ini kejadian malam tersebut ada kaitannya.
Sesampainya di Kost, teman-temannya pun gempar, sebagian masih tidak percaya dengan apa yang aan, rubby serta pay jelaskan. Namun pada akhirnya semua percaya, setelah mereka melihat apa yang selama ini mereka lewatkan. Koran tertanggal 15 Maret 1998, teronggok diatas papan catur yang selama ini tidak mereka perhatikan. Entah siapa yang membeli atau membawa koran ini. Tiba-tiba mereka semua menyadari bahwa koran tersebut sudah ada semenjak pasangan misterius tersebut datang. Koran yang sebelumnya menjadi alas papan catur yang dimainkan dion dan robert di malam tersebut, serta beralih fungsi menjadi alas asbak. Padahal berita kejadian kecelakaan tersebut tepat berada didepan mereka. Mereka pun cemas, setengah ketakutan, namun masih bisa bernapas lega karena untungnya pada malam tersebut mereka tidak menyadari yang datang adalah arwah penasaran. Kalaupun tau, mereka sudah pasti minggat dari tempat kost ini ataupun menutup pintu kost rapat-rapat. Ini kejadian kedua kalinya yang terjadi di rumah kost ini. Namun belum sampai titik klimaksnya sampai malam menjelang tiba...tanpa di sadari mereka semua...
Tepat jam 11 malam, semuanya lengkap sedang berkumpul di ruang tamu. Hanya andri yang tidak di tempat karena kembali ke kost JK untuk mengambil beberapa peralatan. Seperti biasanya acara gaplek sedang berlangsung. Di luar seperti hari sebelumnya, tanah masih basah akibat hujan yang berlangsung dari sore. Namun malam ini masih menyisakan hujan yang rintik-rintik dengan angin malam yang dingin menusuk. Bulan maret seharusnya sudah menjelang masa transisi ke musim panas, namun hujan masih terus turun tiap hari mendera kota tempat mereka berada. Tidah heran jika dari sore lalu lintas sudah mulai sepi di sebabkan oleh hujan yang panjang. Semua penduduk lebih memilih tinggal di dalam rumah dengan di temani secangkir susu ataupun kopi panas serta selembar selimut yang melindungi dari hawa dingin yang menusuk. Malam pun terus merayap bertambah kelam. Malam yang terkesan mencekam mengingat topik hangat masih seputar kisah pesanan misterius pasangan calon pengantin. Di tambah dengan cerita rubby yang menceritakaan kejadian yang dialaminya, setelah kedatangan kedua pasangan misterius tersebut di kost ini. Angin dingin menusuk masuk ke ruang tamu tempat mereka berkumpul. Robert menggigil dan mengayunkan tangannya untuk menutupkan pintu masuk hampir sepertiganya, agar angin tidak terlalu masuk menerpa mereka. Gelas-gelas kopi dan susu berserakan tidak teratur berada di depan mereka. Asap-asap rokok pun bergelantungan di langit-langit ruang tamu, menimbulkan kabut tipis transparan yang di tembus sinar lampu. Setelah mendengarkan cerita Rubby, merekapun terdiam, terhenyak di tempat duduk masing-masing. Berusaha menerima secara rasional kejadian yang mereka alami selama ini.
"Ini tepatnya malam kesepuluh seperti yang kita janjikan untuk menyelesaikan pesanan," ujar Benny dengan napas tertahan dan berusaha untuk menepis pikiran yang muncul secara tiba-tiba.
Aan pun menangkap maksud Benny," jangan berpikir aneh ben, tadi khan kita udah coba antar ke rumahnya. Masa iya ada arwah yang masih menagih janjinya," ujar aan mencoba untuk menghilangkan pikiran negatif benny. Walaupun kalau secara jujur, pikiran aan sepaham dengan apa yang dirasakan Benny. Namun aan tidak mau teman-temannya merasa khawatir dan takut, makanya ia pun berusaha untuk menepis perasaan tersebut.
"Untuk acara di alam kubur kali an," seru Dion sambil tertawa mengikik seperti khasnya, "lumayan khan lilin bisa untuk candle light Dinner," sambung Dion berusaha mencairkan ketegangan dengan guyonannya yang terkesan keterlaluan namun mengocok perut. Namun sebelum sempat mereka tertawa, tiba-tiba...
"Selamat malam...., mas kok pesanan saya gak dikirim," sebuah suara mengiang lembut dibawa angin luar masuk ke dalam. Suara perempuan yang persis sama seperti 10 hari yang lalu. Seperti terkena sihir, mereka semuanya kompak terdiam, tidak ada seorang pun yang bergerak. Mereka tertegun kaku, antara mau bergerak menuju luar atau menoleh ke arah pintu yang tertutup sepertiganya atau kah harus diam terpaku. Diantaranya hanya memilih diam. Robert dan dion yang berada persis didepan pintu tergopoh-gopoh merapat menjauhi pintu. Mereka menunggu tindakan selanjutnya dari sang pemilik suara. Seluruhnya memandang ke arah pintu dan berharap cemas semoga pintu tersebut tidak terbuka Atau pun terdorong oleh sang pemilik suara.
"Mas, kok pesanan saya gak dikirim," suara tersebut kembali terulang dengan pertanyaan yang sama. Namun kali ini suaranya mengiang seperti tertahan dinding dan mengayun dari dalam ruang tamu semakin jelas dan dekat di mulut pintu. Semuanya tetap diam, sebagian ada yang menutup mata. Seperti rubby dengan kebiasaannya menutup kan sarung tidur ke kepalannya, pay dan benny memilih menyusupkan wajahnya ke bahu aan dan robert. Hanya dion, apri, robert dan aan terpaku tetap menatap ke arah pintu.
Robert memberanikan diri menjangkau bungkusan yang berisi souvenir yang berada tidak jauh dari kami. Tanpa bergerak dari tempat semula, Robert menjangkau bungkusan tersebut dengan kaki lalu menyorongkannya ke arah sisi pintu yang terbuka. Mereka menatap bungkusan tersebut dan menunggu tindakan selanjutnya. Rasa dingin, gemetar dan takut menghinggapi mereka semua.
"Mas, pesenannya kok gak diantar," kembali suara tersebut terngiang bergema kembali seperti terbatas pada dinding. Tambah gemetarlah seluruh persendian, kering sudah kerongkongan, terhenyak di sudut dinding mereka terkumpul jadi satu. "seharusnya bungkusan tadi ditinggal saja di rumah orang tersebut." Pikir aan menyesali tindakannya yang bodoh. Tapi belum di bayar lunas?" Pikir aan kembali.
Menit...demi menit berlalu tanpa sadar. Di teror oleh suara yang tanpa wujud. Yakin bahwa sang pemilik suara adalah orang yang sama 10 hari yang lalu datang ke kost ini. Yakin kalau itu adalah arwah ayu dan johan. Tidak ada seorang pun punya keinginan untuk membuka pintu dan melihat kenyataan siapakah orang dibalik pintu itu sendiri. Mereka semua benar-benar yakin itu adalah suara perempuan yang sama. Walaupun robert dan Dion tidak pernah mendengar suara perempuan itu sebelumnya, tapi melihat gelagat ketakutan pada teman-temannya mau tidak mau ikut percaya.
Pintu tersebut bergerak membuka dengan perlahan. Jantung anak-anak pun bedegub kencang. Ini kedua kalinya mereka di paksa menatap wujud makhluk gaib. Entah apa dosa mereka, entah apa maksudnya mereka harus begini. Mereka sangat pasrah, bibir aan bergerak-gerak ingin berteriak melihat tambah melebarnya pintu tersebut membuka, tiba-tiba..
"Woiiii, ngapain kalian pada tumplek...dasar kaum homo...," suara teriakan kasar mengagetkan mereka, muncul dari balik pintu dengan membawa panci besar di kedua tangannya
Haaaaaaaaaaa....seru aan, dion, robert, Apri tercekat berteriak sekuat tenaga, sedangkan Robert sambil berteriak dan melompat untuk berlari ke kamar.
Blentang...prok..mprak...." Bunyai Panci yang berisi lilin jatuh ke lantai, sedangkan sang pembawa panci kembali melompat mundur, sangat kaget mendengarkan teriakan seperti sebuah koor yang serempak dan sumbang dari paduan suara yang sebelumnya di sumpal mulutnya.
Bangsat...sialan...kucing kurap," seru benny kasar sambil melempar Andry dengan koran. Kini giliaran andri yang menampakkan muka pucat karena di teriakin kembali oleh teman-temannya. Mereka semuanya tertawa lepas, lega karena terbebas dari terror yang baru saja terjadi. Hanya Andri yang tidak mengerti apa yang terjadi sebelumnya. Ia hanya menyesali satu, bahan-bahan yang ia bawa dari JK tercampur jadi satu berwarna warni lilin pasir putih di hamparan lantai...
Malam itu, mereka akhirnya sepakat untuk tidur di dua kamar bersamaan. Robert pun untuk menghilangkan rasa takutnya akhirnya menyetel radio yang berisi lagu-lagu barat. Tidak ada satu pun yang protes, menurut mereka itu ide yang bagus agar mereka tidak mendengar hal-hal yang aneh kembali. Begitu juga di kamar aan, radio pun di stel juga. Malam itu mereka akhirnya sukses untuk tidur dengan sangat tenang dan mencoba untuk melupakan kejadian sebelumnya. Sebelum tidur memang tercetus ide, besok aan dan rubby akan kembali ke rumah Johan untuk mengantarkan pesanan pasangan arwah tersebut agar lebih tenang. Tentunya dengan gratis. Ini di sepakati oleh teman-teman yang lain, agar mereka tidak di teror kembali.
Namun ke esokan harinya keanehan pun terjadi. Bingkisan lilin untuk pasangan arwah tersebut hilang. Berganti dengan secarik kertas yang terlipat dan terlihat ada uang di dalamnya. Pay yang pertama kali menemukan dan tidak berani untuk menyentuhnya. Kebetulan pay bertugas piket untuk membersihkan rumah kost pada hari tersebut. Ia membangunkan seluruh penghuni kost, sehingga pagi hari ini pun mereka sudah heboh berkerumun memperhatikan lipatan kertas tersebut.
Terima kasih dan mohon maaf telah menggangu.
Souvenir ini sangat berarti bagi kami,"
Ttd
Johan dan Ayu
Bersama surat tersebut, terlipat uang Rp800.000. Jelas kalau itu uang asli dan bukan daun seperti yang di film ataupun sinetron. Mereka pun saking penasaran terus memperhatikan tulisan dan uang, bergilir membaca, memegang dan meraba uang tersebut tanda tak percaya. Hilang sudah pelajaran dasar-dasar logika yang diajarkan di Kampus. Hilang sudah rasionalisasi ataupun nalar berada di atas segalanya (hegel). Ini Indonesia bung, bukan negeri barat. Susah di terima oleh akal sehat, sulit di terima dengan kenyataan yang ada.
Semuanya berkumpul mencari kebenaran atas kejadian ini. Tidak mungkin rasanya ada arwah yang butuh lilin souvenir ataupun memiliki uang nyata. Pandangan-pandangan mungkin ada pihak keluarga, duplikat ataupun kembaran pasangan misterius tersebut yang datang mengambil. Tapi semuanya terbantah, karena kondisinya pintu depan dalam keadaan terkunci rapat dan sudah di buktikan. Tidak ada seorang pun yang masuk tadi malam. Satu persatu mereka pun menginterogasi yang berada di dalam rumah kost ini, tapi pada akhirnya menimbulkan rasa tidak nyaman dan api kecurigaan yang dapat menimbulkan permusuhan. Tidak ada alasan untuk menuduh sesama teman. Tidak ada untungnya juga mempermainkan hal seperti ini. Akhirnya mereka pun sepakat melupakan hal ini dan menganggap bahwa siapapun pelanggan atau costumer, wajib mereka layani dan penuhi keinginannya. Apapun itu status sosial ataupun status dalam kehidupannya. Mereka juga makhluk Tuhan bukan? Siapa tahu mereka akan berkunjung ke tempatmu untuk memesan sesuatu yang mereka butuhkan, persiapkan mentalmu....end
No comments:
Post a Comment