7 tahun aku abdikan pada perusahaan ini. Waktu yang tidak
sebentar untuk meniti karir dan berjuang demi kemajuan sebuah perusahaan. Aku
jalani jenjang karirku dari cabang satu ke cabang lain, dari area yang satu ke
area yang lainnya. Susah senang aku telan bulat bulat, loyalitas waktu bahkan
uang, pikiran bahkan fisik kuserahkan demi perusahaan ini. Semuanya memang
berbuah manis namun pada akhirnya aku bagaikan bangkai busuk terbuang dan tidak
berguna. Hanya karena satu kesalahan...satu kesalahan yang aku anggap tidak
adil bagiku...bagi keluargaku...Tidak ada lagi penghargaan terhadap jerih
payah, loyalitas, serta dedikasi yang selama ini aku berikan dan tanamkan pada
perusahaan. Aku tersadar mungkin pandangan serta jalan pikiranku selama
berkerja mungkin ada yang salah. Aku coba untuk me-reset ulang dari awal
langkahku meniti karir di perusahaan ini. Dengan harapan bisa mendapatkan
pelajaran dari hasil re-view ku ini sebagai bekal melangkah dan menatap masa
depanku.
Aku mencoba meniti langkah awal berkerja selepas lulus
sekolah, sebagai pramuniaga pada perusahaan retail minimarket ternama di negeri
ini. Dengan mengucapkan syukur aku pun memantapkan hati untuk berkarir. Bukan
tanpa alasan aku berikrar. Mencari perkerjaan dengan berbekal ijazah SMA sangat
sulit. Setiap tahunnya harus bersaing dengan para "fresh graduate".
Belum lagi aku tidak punya keahlian dan pengalaman lebih karena aku hanyalah
lulusan SMA. Mengoperasikan komputer dan aplikasi perkantoran saja yang aku
bisa. Itu pun terkadang aku sudah lupa karena jarang menggunakan komputer.
"Maklum, bukan orang yang berada, orang tuaku belum
mampu membelikan komputer," jawabku, jika ada teman-temanku yang
menanyakan.
Aku sadar perlunya menguasai komputer di jaman ini.
Hampir setiap teman-temanku membicarakan perangkat komputer dan
teknologi-teknologi lainnya. Belum lagi menjamurnya demam internet di kalangan
anak anak teman sekolahku. Aku hanyalah menjadi pendengar yang paling setia
jika teman-temanku bercerita mengenai internet, chating, facebook serta satu
lagi yang baru muncul yaitu twitter. Semua cerita teman-temanku adalah bagai
bayang-bayang mimpi dalam angan-anganku.
Kami termasuk keluarga yang berekonomi pas-pas-an,
mengeluarkan uang 1000 rupiah pun, keluargaku masih berpikir dua kali. Maklum
ayah merupakan tukang becak yang mangkal di pasar Weru Plered Cirebon,
sedangkan ibu hanyalah sebagai pembantu di salah satu toko kue dan jajanan
ringan Pasar Weru juga. Aku mempunyai dua orang adik perempuan yang sekarang
ini masih bersekolah di bangku SMP dan yang paling bungsu baru duduk di bangku
Sekolah Dasar. Lepas sekolah, aku selalu menyempatkan diri untuk membantu di
toko kue tempat ibu berkerja. Untungnya majikan ibuku selalu menerima dengan
tangan terbuka. Ada saja yang dapat ku lakukan, memindahkan box karton yang
berisi kemasan kue jadi ke dalam mobil, mengolah adonan, membersihkan toko dan
pabrik pembuatan kue, membantu melayani pembeli ataupun mengambilkan sesuatu
barang dagangan di rak-rak toko, sepanjang di butuhkan dan sesuai kemampuan dan
kekuatanku sebagai anak anak. Waktu untuk ikut nongkrong ataupun bermain di
warung Internet untuk melihat serunya bermain dalam dunia maya pun tidak sempat
ku lakukan. Aku menyadari suatu waktu aku harus bisa mempelajari dunia
tersebut. Tapi selama aku masih bersekolah, ku pikir belum waktunya. Mungkin
nanti ketika aku berkerja...
Tiba saatnya aku harus membantu orang tuaku. Melepas
beban mereka berkerja untuk menghidupi keluarga dan sekolah adik-adikku.
Selepas lulus sekolah ku tanamkan dalam hati dan pikiranku untuk tidak menjadi
pemilih dalam menerima perkerjaan. Se realistis mungkin berpikir, berkerja
serta berdoa, sadar bahwa aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah seorang anak
miskin yang ingin keluar dari kesusahan, berusaha mencari perkerjaan untuk
membantu keluarga terutama adik-adikku menamatkan sekolahnya, serta berusaha
menyisihkan sebagian dari rejekiku ditabung untuk masa depan. Itu saja yang aku
minta.
Bersyukur aku mendapatkan perkerjaan yang tidak jauh dari
rumah. Kebetulan di daerah pasar Weru berdiri minimarket baru yang membutuhkan
pramuniaga. Aku pun mengisi lowongan pekerjaan tersebut. Tidak sulit
sebenarnya, karena aku sudah terbiasa membantu di toko tempat ibuku berkerja.
Ringan tangan, mudah beradaptasi, ramah terhadap pengunjung serta kejujuran,
merupakan modalku dalam berkerja.
Tahun demi tahun ku jalani, sudah beberapa cabang toko
minimarket dalam satu perusahaan di area Cirebon yang sudah merasakan tangan
dinginku. Biasanya memang untuk pramuniaga yang di anggap paling rajin dalam
satu area, akan di rolling untuk perbantuan di tiap-tiap cabang. Sebagai bentuk
penghargaan dan contoh bagi pramuniaga di cabang-cabang lain agar lebih
termotivasi, memperbaiki produktivitas dan pelayanan dalam berkerja.
Secara logika memang pramuniaga lebih nyaman jika
bertukar pikiran dengan sesama teman pramuniaga dibanding dengan atasan mereka.
Timbul perasaan segan sehingga jarang bertanya, tidak inisiatif dan hanya
menunggu perintah. Aku lebih memilih mencontohkan pola kerja kepada teman-temanku
sesama pramuniaga, walaupun berstatus sebagai perbantuan. Aku mencoba untuk
selalu berbaur dan beradaptasi sesama pramuniaga supaya tidak timbul anggapan
bahwa aku yang paling rajin, pintar dan sok menggurui. Dengan cara tersebut
pelan-pelan aku mengubah pola kerja teman-temanku dan berhasil. Semua Kepala
toko dan spv area Cirebon selalu memuji sikap kerja dan tanggung jawabku. Tidak
heran jika area Cirebon mendapatkan predikat area toko terbaik. Hal ini
sebenarnya berkat ide dan hasil kerja dari Spv Area Cirebon yaitu Pak Agung.
Hormat, respect serta kagum terhadap kepemimpinannya, sehingga mampu untuk
mengubah wajah area terutama team.
Ide-ide kreatif, membangun, serta memotivasi team-team di
bawahnya patut aku contoh. Ide untuk perbantuan bagi pramuniaga yang dinilainya
mempunyai prestasi ke toko-toko yang bermasalah pun cukup berhasil. Wajar jika
untuk bawahan seperti aku mengagumi figur contoh seorang pemimpin. Contoh figur
yang dapat mempengaruhi karakterku dalam berkerja, berpikir dan memutuskan jika
suatu saat aku menjadi pemimpin. Satu hal nasehatnya dalam suatu briefing
yang aku ingat...
"setiap orang adalah pemimpin, pemimpin bagi dirinya
sendiri, keluarga serta orang lain. Semuanya mempunyai tanggung jawab yang sama
dan mempunyai jumlah keadilan yang sama pula, oleh karena itu harus adil dalam
bertindak dan memutuskan sesuatu, karena kita tidak tau bahwa keputusan kita
bisa jadi merupakan keputusan yang salah atau benar. Karena setiap tindakan
pasti ada akibatnya."
"Selalu berpikir tenang, komunikasi dengan atasan
dan sesama teman. selalu belajar memperbaiki diri, belajar dari suatu kesalahan
dan kegagalan dan jangan pernah putus asa...itu jalan menuju sukses.
"Nasehatnya pada suatu briefing kunjungan ke toko kami.
Kemudian ia pun melanjutkan
"Suatu saatnya nanti, kalian pasti akan dapat
gilirannya untuk menjadi pemimpin, minimal pemimpin suatu keluarga ataupun di
berikan amanat untuk memimpin team dalam perkerjaan, Oleh karena itu, dari
sekarang kalian terus belajar dan belajar, retail banyak yang harus kalian
pelajari. Tidak harus dari buku, tapi dari kenyataan sehari-hari yang kalian
rasakan di toko. Jeli dalam mengamati kebutuhan kostumer, kritis jika melihat
barang yang laku tapi minim stocknya, kritis jika melihat sesuatu yang
mengganggu kenyamanan costumer dalam berbelanja, tahu mengenai barang-barang
yang paling laku terjual, kritis dalam melihat perubahan kompetitor."
"Terakhir adalah amati toko kalian sendiri dari kacamata
costumer, sudah nyamankah?, tersediakah barang kebutuhannya?, mudahkah brg
tersebut di lihat costumer (eye catching)?, mudahkah barang tersebut di temukan
costumer?, dan coba tolong lihat kalian sendiri?," seru pak Agung
tersenyum, lalu melanjutkan nasehatnya lagi.
"menarikkah penampilan kalian? Rapi? Berbau
badankah? Murah senyumkah? Sopan?" Serunya kali ini sambil tertawa.
"It's the key boys. Saya minta kalian yang di toko tolong jalankan. Untuk
pramuniaga jangan takut untuk tidak maju. Saya terus nilai kalian. Kalian bagus
penilaiannya, saya yakin karir kalian akan bagus juga," selamat berkerja
dan terus semangat." Hal tersebutlah yang aku ingat kembali dari beliau.
Beliau tidak hanya pintar memotivasi, namun juga selalu
mau kerja turun menemani bawahannya. Sebagai contoh Jika ada acara general
cleaning (bersih-bersih di satu toko secara keseluruhan), beliau mau ikut
serta. Menarik gondola, membersihkan sawang-sawang (jaring laba-laba),
mengkorek-korek kotoran yang menempel di lantai, membersihkan gondola dan
produk. Ataupun ada acara branding penyebaran leaflet, touring dengan menghias
becak, touring motor, badut, serta acara lainnya. Salut untuk beliau, kami
sebagai pramuniaga sudah menganggap beliau sebagai salah satu keluarga bahkan
teman. Setiap ada permasalahan tidak segan-segan untuk bertukar pikiran.
Jawaban dari beliau cukup memuaskan dan menenangkan diri.
Tiba saatnya aku di percaya pak Agung untuk mengikuti
test training manajemen toko. Dari 5 orang hanya aku terpilih sebagai
satu-satunya utusan dari area Cirebon yang lulus kualifikasi dan mengikuti
training. Training ini di maksudkan untuk membentuk kader yang pada akhirnya
nanti akan menduduki pos-pos manajemen (tahap tingkatan karir yaitu pejabat
sementara asst kepala toko, asst. Kepala toko, pejabat sementara kepala toko,
kepala toko, spv area, koordinator wilayah sampai ke manager) naik secara
berjenjang sesuai prestasi kerja.
"Inilah pintuku untuk meraih sukses dan ambisiku Ya
Allah, berkatilah dan luruskan Jalanku untuk meraih kesukseskan," berbisik
aku dalam doaku dan bersyukur atas peluang yang ku dapatkan.
Dalam pelatihan aku banyak diajarkan menggunakan aplikasi
program penjualan toko berbasis teknologi jaringan komputer, laporan yang
terkait dengan aplikasi office serta belajar untuk melakukan presentasi
laporan. Semuanya berbasis komputer teknologi dan untungnya aku bisa mengikuti.
Perlu diingat bahwa aku lulus sekolah tidak bisa apa-apa. namun ketika berkerja
aku pun dapat menyisihkan waktu dan uang gajiku untuk belajar komputer.
Teringat masa-masa selepas pulang berkerja dari toko, aku
berusaha mempelajari komputer dari buku dan praktek di warung internet. Aku
berusaha membuka mata dan hati serta tidak ingin cukup berpuas diri dengan apa
yang sekarang aku capai. Tidak ingin kembali di remehkan oleh teman-temanku
serta tidak ingin menjadi orang yang ketinggalan dalam informasi teknologi.Selain
materi keahlian kami juga di bekali materi kepemimpinan dan manajemen. Secara
teori materi tersebut di bimbing langsung oleh tutor dari divisi hrd dan
operasional manajemen dalam Training kelas di adakan 1 minggu 1 kali.
Selebihnya banyak di bimbing oleh kepala toko dan spv area dalam praktek di
toko.
Waktu demi waktu ku jalani, tidak terasa pahitnya menimba
pengalaman. Berbekal kerja keras, ketekunan, serta tidak berhenti belajar dari
kesalahan dan kekalahan, menempa kesabaran tahap demi tahap kulalui. Pada
waktunya membawa karirku meningkat ke jenjang midle manajemen yaitu Supervisor
Area. Jenjang inilah tantangan terbesarku dengan tanggung jawab team di bawah
koordinasiku lebih dari 40 orang.
Awalnya berjalan dengan baik. Pengalaman yang telah
tertempa dengan waktu yang cukup lama selama di cabang, membuktikan karakter
kepemimpinanku. Tidak ada kesulitan apa pun dalam memimpin area. Segala
permasalahan teratasi, baik melalui pendekatan individual maupun pendekatan
secara struktural. Mekanisme tarik ulur dalam memimpin ku terapkan agar tidak
terlalu mengikuti irama team di bawahku dan agar ada gap atau pembatas antara
atasan dan bawahan.
Aku mencoba menempatkan diri sebagai bapak ke
anak-anaknya. Jarang ada tekanan dalam berkerja, karena prinsipku membuat team
di bawahku nyaman berkerja. Kenyamanan membuat mereka berusaha menghasilkan
pola dan produktivitas kerja yang baik apalagi dalam hal pelayanan ke costumer.
Ujung-ujungnya juga menghasilkan omzet untuk cabangnya sendiri. Namun
permasalahan berat yang terjadi di dalam toko adalah pencurian yang di lakukan
oleh internal toko. Tindakannya memang jelas yaitu di berhentikan langsung dari
toko. Namun kebijakan baru dari manajemen selain di berhentikan, harus di proses
verbal dulu ke pihak kepolisian sebagai efek jera dan contoh agar tidak
terjadi.
Pengalaman yang terjadi ketika saya di cabang. Kasus
pencurian yang terjadi terkadang memang tidak berjumlah dalam nominal yang
besar. Masih di bawah rata-rata total lima ratus ribu kebawah serta masih dapat
di ganti oleh yang bersangkutan jika memang terbukti. Aku pun jelas dan tegas,
memproses kasus tersebut ke divisi audit dan di keluarkan dari perusahaan.
Namun yang terjadi sekarang, tugasnya pun bertambah dengan melakukan pengaduan
ke pihak kepolisian dengan di koordinir oleh spv dan di dampingi pihak audit.
Harusnya menurut ku tugas untuk proses pengaduan dan proses verbal di
kepolisian maupun sidang di koordinir oleh divisi lain ataupun menunjuk
pengacara mewakili perusahaan. Tugas spv hanyalah sebagai saksi ketika proses
verbal terjadi.
Proses tersebut sudah menyentuh ranah hukum sedangkan aku
pun tidak mempunyai latar belakang dan tidak tahu apa apa tentang masalah
hukum. Aku yakin spv yang lain berpikiran sama dan sependapat mengenai hal
tersebut. Hasil proses verbal di kepolisian, sering di bicarakan sesama spv.
Apalagi di cabangnya sedang ada kasus pencurian. Para keluarga terdakwa
biasanya sering melakukan infiltrasi ke spv dengan menebar ancaman secara fisik
ataupun lewat telp.
"Resiko jabatan," keluhku mendengar cerita para
spv.
Sebenarnya beban mental yang terjadi pada diriku ketika
di hadapkan pada hukum. Perang batin muncul ketika kasus pencurian terjadi juga
di area ku pada salah satu cabang.
Ada ketakutan secara emosional ketika berbicara mengenai
polisi dan hukum. Ada alergi yang terjadi di pikiran dan batinku,
"kenapa harus berurusan dengan polisi."
Keluhku.
Di mataku, polisi dan hukum merupakan salah satu
ketakutan terbesar. paranoid akut ketika berhadapan dengan orang berseragam.
Walaupun sebenarnya aku pada sisi orang yang di rugikan dan mencoba untuk
meminta keadilan mewakili perusahaan. Konflik batin ini terjadi terus menerus
selama proses pengaduan ke audit dan akan melangkah pada proses verbal di kepolisian.
Aku berusaha untuk di selesaikan secara kekeluargaan, karena dari pihak
keluarga yang bersangkutan juga siap untuk mengganti kerugian perusahaan.
Namun instruksi harus tetap di jalankan. Menderita sekali
batin ini, ketika harus berhadapan dengan kenyataan yang mau tidak mau harus
aku laksanakan dan jalankan. Akhirnya aku sampai pada salah satu kesimpulan
dengan melakukan tindakan bodoh. Tindakan yang menurutku efek dari lelahnya
pikiranku dalam mencari jalan keluar yang selalu menemui dinding yang tak
bertepi. Kalahnya nalar sehat dan sadarku dalam konflik batin yang terus
menerus terjadi dan menyiksaku. Hilangnya daya analisa positif dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Semuanya aku gambarkan abstract dan
spontanitas, tanpa pikir panjang dan ingin semuanya praktis sehingga masalah
ini cepat selesai.
Namun yang terjadi di luar dari harapanku, mantan tim ku
tersebut siap untuk menghadapi semua. Menolak keinginanku yang tertera di sms
yang aku kirimkan.
"Baiklah, ini harus aku jalani,"gumamku. Tersadar
atas apa yang menjadi tanggung jawab dan tugasku kembali. Namun tidak menyadari
kalau suatu saat sms tersebut akan menjadi bencana bagi diriku.
Proses berjalan sesuai dengan apa yang di harapkan dan di
rencanakan sebelumnya ketika meeting saya dan tim audit. Proses verbal berita
acara di kepolisian, selang beberapa hari pemanggilan saksi dan tersangka.
Tidak ada satu pun yang terlewat dari kehadiranku, serta tidak satu pun hilang
pandangan kebencian keluarga terdakwa kepadaku. Semua aku terima dengan tegar
dan penuh tanggung jawab sebagai wakil dari perusahaan. Proses penahanan atas
terdakwa sudah dijalankan dan pada akhirnya proses selesai. Semuanya berjalan
dengan semestinya, namun tidak berjalan atas apa yang akan terjadi pada
nasibku.
Rabu pagi, aku di panggil divisi audit ke ruang verbal.
Salah satu ruangan yang tidak asing di mataku. Selama aku menjadi kepala toko,
ruangan ini menjadi saksi proses verbal untuk timku apabila menyalahi
penggunaan wewenang yang berpotensi adanya penyelewengan aset ataupun pencurian
bersama spv dan tim audit di dalam ruangan ini. Baru beberapa hari di bulan
lalu juga untuk kasus yang baru saja selesai aku tangani yang kini kasusnya
sudah di proses kepolisian. Memasuki ruangan, sudah ada general manager
operasional atasanku yaitu pak Tio, general manager audit Pak Charles, audit
yaitu pak syawal dan pihak legal yaitu pak budi. 4 orang tersebut memasang
wajah yang tidak seperti biasanya dan terkesan akan menghakimi. Perasaanku akan
benar tidak lama lagi:
"Selamat pagi pak Ari, kita langsung saja. Maksud
kami mengundang pak Ari mau mengklarifikasi mengenai no 081294xxxxxx apakah
benar no bapak," tanya Pak Charles kepadaku.
"Ya, benar,"jawabku merasa bingung, ada masalah
apa mengenai no ku. Tapi nalar serta pengalamanku mengarah adanya sesuatu
ketidak beresan. Mungkin pengaduan mengenai kinerjaku atau fitnah.
"Tolong klarifikasi apakah benar ini bunyi sms bapak
ke salah satu anak buah bapak yang sudah kita proses," sambung pak charles
dengan menunjukkan salah satu kertas yang berisi tulisan sms.
Saya tersentak kaget, ini merupakan sms saya ketika dalam
keadaan mental yang tertekan. Intuisiku mengatakan, pihak keluarga ataupun
mantan tim ku tersebut mencoba untuk membalaskan sakitnya kepadaku. Tapi aku
hanya menjalankan perintah, mengapa aku yang dijadikan sasaran tembak. Salahkah
diriku ini, apakah memang aku yang harus jadi korban? Mungkin iya, aku harus
menjadi korban supaya manajemen me-review kembali kebijakannya. Tertunduk lesu,
menyadari kebodohanku sendiri, menyadari lemahnya diriku dalam menyelesaikan
suatu masalah, menyadari gamangnya diriku ketika menghadapi tekanan ataupun
perubahan yang mengharuskan diriku harus berubah.
"Ya, ini sms saya," jawabku,
" tapi anaknya tidak kabur khan pak? Tetap hal ini
kita proses, dan prosesnya pun sudah selesai," lanjutku.
"Pak budi dan pak syawal juga tau kalau proses ini
sudah selesai, tetapi kenapa masalah sms ini di ungkit," tanyaku kemudian.
"Bukan masalah prosesnya sudah selesai, tapi
smsnya," jawab pak Charles tegas," tolong klarifikasi kenapa bisa ada
sms seperti ini?" Tanya nya kemudian.
Aku pun menjelaskan kondisiku ketika itu serta
permasalahan konflik batinku yang menyiksa selama proses. Sehingga pada
anhirnya aku pun malakukan tindakan bodoh dan ceroboh. Jujur aku akui, aku
salah dan tindakanku salah.
"Baiklah saya akan menerima konsekuensinya,"
jawabku
"tapi tolong pertimbangkan kinerja saya selama ini
dan usaha saya sehingga semuanya selesai dan clear," lanjutku
"Oke, seru pak charles santai.
"Akan kami pertimbangkan, untuk sementara
tugas-tugas sebagai spv area di non aktifkan sampai menunggu hasil final,"
lanjutnya menjelaskan.
Aku sadar, jelas-jelas sangat sadar ini berarti
pencopotan karirku secara implisit. Tidak butuh waktu lama, akhirnya aku
menerima surat pemecatan dengan tidak hormat. 7 tahun mengabdi berakhir dengan
pemecatan tidak hormat. Aku bukan maling, aku tidak menyalahi prosedur yang
menghilangkan uang bahkan seperak pun, aku juga bahkan tau uang yang di terima
perusahaan dari pihak keluarga, sebagai syarat tidak berlanjutnya proses atau
negoisasi penebusan. Nominalnya jauh lebih besar dari uang yang di curi bahkan
lebih besar juga dari uang yang di keluarkan perusahaan kepada pihak polisi.
"Perusahaan di rugikan dari tindakan saya dimananya?
" Itu pertanyaanku. Sedangkan setiap penyalah gunaan di area ku bahkan
ketika aku di cabang selalu dengan proses audit. Silahkan di cek kapan aku
melakukan tindakan yang menyalahi prosedur lainnya. Apakah selalu memakai
asumsi dan asumsi dalam menangani kasus per kasus? Ya tentu saja kalian para
audit memakai asumsi.
Dari dulu juga saya baru sadar kalian selalu berasumsi
menangani kasus padahal kalian belum mempunyai bukti yang mendasar. Tidak adil
rasanya perlakuan terhadapku. Namun harus bagaimana? Apa yang harus ku perbuat?
Hanya menerima dengan pasrah dan mengambil semua hikmah di balik kejadian ini.
Seorang perkerja sepertiku ini, apa yang bisa aku lakukan. Aku tidak punya daya
upaya yang harus aku tawarkan kepada perusahaan. Tidak punya sesuatu yang harus
di bayarkan untuk menutup kesahanku. Aku tidak punya apa-apa, sadar bahwa aku
hanya manusia biasa, manusia tidak punya kekuatan. Tapi aku yakin Tuhan tidak
tidur, Tuhan pasti memberikan cobaan ini kepadaku supaya aku sadar, sadar bahwa
ini hanyalah sebuah jalan. Sebuah jalan proses menuju yang lebih baik. Tuhan
mungkin menunjukkan bahwa ini jalan yang terbaik, yaitu keluar dari perusahaan
tersebut. Masih banyak perusahaan lain yang lebih baik dari segi materi dan
fasilitas bagi karyawannya. Toh, pengalaman merupakan bekalku yang berharga.
Bekal yang pasti dihargai lebih oleh perusahaan lain.
"Coba lihat dirimu sendiri, apa yang kau dapatkan
dari berkerja pada perusahaan tersebut?," batinku bertanya. Benar, tidak
satu pun yang aku dapatkan. Rumah masih mengontrak, motor masih menyicil,
tunjangan kesehatan tidak mengcover anak istri, tidak ada komisi pencapaian
target. Aku pun berkaca dengan teman-temanku sesama Spv, mereka pun sama
senasib dengan diriku, tidak punya apa apa.
Aku pun menangis haru, "engkau maha besar ya Allah,
engkau maha besar." Aku pun tersujud dan sadar angkuhnya diriku. Jika ku
teruskan berkerja belum tentu aku akan tersadar seperti saat ini. "7 tahun
engkau bekali aku pengetahuan dan pengalaman, terima kasih ya Allah."
Tersenyum aku dalam doaku,"Ya Allah, engkau memang
besar,engkau yang maha menunjukkan jalan bagi diriku yang hina ini. Terima
kasih ya Allah." Seruku sambil menutup doa dan mengusap mukaku.
Tidak lama hanya hitungan lima hari, aku pun di terima di
sebuah perusahaan retail garment. Selain gaji pokok dua kali dari gaji yang aku
terima dari perusahaan sebelumnya, aku mendapat komisi penjualan tiap bulannya.
Fasilitas komunikasi, transportasi, uang makan, serta tunjangan kesehatan.
Bahkan setiap bulan aku dapat jatah kunjungan dinas keluar kota, semuanya di
tanggung perusahaan. Setengah tahun bergabung di perusahaan ini, ku hadiahkan
sebuah rumah untuk istri dan anak pertamaku. Saat ini aku mengerti arti sebuah
pengorbanan, arti sebuah sakit serta arti sebuah keikhlasan. Teringat tentang
sebuah artikel yang dikirimkan oleh temanku mengenai arti sebuah kehidupan.
TAK PEDULI SEBERAPA PAHITNYA KEHIDUPAN KITA DIMASA LALU
...
KITA BISA MEMULAINYA LAGI DENGAN HARI INI ...
KARENA HARI INI ADALAH LEMBARAN BARU ...
ORANG YANG HEBAT BUKANLAH ORANG YANG SUKSES DALAM SEGALA
HAL, TAPI MEREKA YANG MAMPU MENGOPTIMALKAN HARI INI DENGAN APA YANG ADA
DITANGANNYA, DAN SELALU MENGUCAP SYUKUR ...
KETIKA KERJA KITA TIDAK DIHARGAI ...
SAAT ITULAH KITA BELAJAR TENTANG KETULUSAN ...
KETIKA USAHA KITA DINILAI TIDAK PENTING ...
SAAT ITULAH KITA BELAJAR TENTANG KEIKHLASAN ...
KETIKA HATI KITA TERLUKA SANGAT DALAM ...
SAAT ITULAH KITA BELAJAR TENTANG MEMA'AFKAN ...
KETIKA KITA HARUS LELAH DAN KECEWA ...
SAAT ITULAH KITA BELAJAR TENTANG KESUNGGUHAN ...
KETIKA KITA MERASA SEPI DAN SENDIRI ...
SAAT ITULAH KITA BELAJAR TENTANG KETANGGUHAN ...
KETIKA KITA HARUS MEMBAYAR BIAYA ...
YG SEBENARNYA TIDAK PERLU KITA TANGGUNG ...
SAAT ITULAH KITA SEDANG BELAJAR TENTANG BERMURAH HATI ...
TETAPLAH SABAR ... TERUSLAH BERSEMANGAT!
SELALULAH TERSENYUM!
TERUSLAH BELAJAR DARI PENGALAMAN ...
KARENA KITA SEDANG ... MENIMBA ILMU KEHIDUPAN!
ALLAH SUBHANALLAHU WA TA’ALA MENARUH KITA DITEMPAT KITA
SEKARANG INI BUKAN KARENA KEBETULAN!
AKAN TETAPI DIA PUNYA MAKSUD YANG TERINDAH UNTUK KITA ...
AKU MINTA KEPADA ALLAH SETANGKAI BUNGA SEGAR ...
ALLAH MEMBERIKU KAKTUS BERDURI ...
AKU MINTA KEPADA ALLAH HEWAN MUNGIL NAN CANTIK ...
ALLAH MEMBERIKU ULAT BERBULU ...
AKU SEDIH, KECEWA DAN BERTANYA TANYA ...
BETAPA TIDAK ADILNYA ALLAH KEPADAKU ....
NAMUN SEIRING DENGAN BERJALANNYA WAKTU ...
KAKTUS ITU BERBUNGA INDAH ...
BAHKAN SANGAT INDAH ...
DAN ULAT BERBULU ITU TUMBUH DAN BERUBAH ...
MENJADI KUPU KUPU YANG AMAT CANTIK ...
INILAH JALAN ALLAH ...
SEMUA INDAH PADA WAKTUNYA ...
ALLAH TIDAK MEMBERI APA YANG KITA INGINKAN ...
TAPI ALLAH MEMBERI APA YANG KITA BUTUHKAN... SUBHANALLAH.
Kata-kata inilah yang menjadi cambukku setiap hari. Jika
teringat tentang kejadian terdahulu, aku berusaha tersenyum walaupun sakit. Aku
masih terus belajar untuk mengikhlaskan semuanya. Biarlah semuanya berlalu
bagai debu bertebangan di tanah yang gersang.